Webinar IA-ITB: Karakter dan Pasar Gen Z Sebelum Melakukan Investasi atau Bisnis

Hendarsyah menyebut ada 3 ciri generasi Z yang tentu memiliki perbedaan dalam kultur dan kehidupan dengan generasi-generasi pendahulunya.
Hendarsyah Aditya Saptari sedang memberikan materi dalam webinar pertama Ganesha Investment Series. (Foto: Tagar/Eka)

Jakarta – Ikatan Alumni Institut Teknologi Bandung (ITB) mengadakan acara webinar dengan tema Ganesha Investment Series edisi pertama Investing in Gen Z dalam rangka memahami kontribusi Gen Z terhadap ekonomi nasional dalam dunia start up, UMKM, teknologi, dan non teknologi serta bagaimana para investor melihat Gen Z sebagai founders yang siap mendapakan investasi pada Jumat, 15 Oktober 2021.

Acara yang akan diadakan rutin dengan tema investment ini dihadiri oleh beberapa narasumber dan pembicara, salah satunya adalah Dosen SBM Institut Teknologi Bandung (ITB) yang juga merupakan Co-founder dan director Everidea Education Hendarsyah Aditya Saptari. Dalam webinar tersebut, Hendarsyah menjelaskan pasar dan beberapa karakteristik yang ada dalam kehidupan Generasi Z.


Kenapa dibilang hypercognitive generation? Karena mereka punya kecenderungan untuk merelate sesuatu dan kemudian tidak hanya menerima apa yang terjadi tetapi mereka membuat itu cocok dengan apa yang mereka inginkan.


“Apa sih karakteristik Gen Z itu sendiri, dan juga sekarang Gen Z berdasarkan fakta dan resetnya mereka spending dimana? Ini mungkin bisa jadi insight buat teman-teman atau buat calon investor yang ingin investing di Gen Z,” ujarnya dalam acara webinar Ganesha Investment Series Episode 1 Investing in Gen Z, Jumat, 15 Oktober 2021.

Diambil dari data McKinsey, Hendarsyah menyebut ada 3 ciri generasi Z yang tentu memiliki perbedaan dalam kultur dan kehidupan dengan generasi-generasi pendahulunya. 

Pertama, generasi Z atau biasa dikenal Gen Z merupakan orang-orang yang lahir di antara tahun 1995-2010. Kedua, gen Z dikenal sebagai “True Digital Natives” karena telah terpapar dari teknologi dan digital informasi sejak mereka lahir. Dan Ketiga, Gen Z merupakan “Hypercognitive Generation”.

“Kenapa dibilang hypercognitive generation? Karena mereka punya kecenderungan untuk merelate sesuatu dan kemudian tidak hanya menerima apa yang terjadi, tetapi mereka membuat itu cocok dengan apa yang mereka inginkan,” katanya.

Selanjutnya, ia menjelaskan bahwa ada 4 perilaku inti dari para Gen Z. Pertama, Gen Z sangat menghargai adanya individual ekspresi dan menghindari melebelkan sesuatu. 

Kedua, mereka akan memobilisasi diri sendiri untuk bermacam hal yang dianggap penting. Ketiga, dalam menyelesaikan sebuah konflik dan meningkatkan keadaan dunia, mereka percaya bahwa dialog merupakan sebuah kunci. 

Terakhir, saat Gen Z melakukan keputusan umumnya mereka akan merelate kepada institusi tertentu dengan melakukan analisis yang sebenarnya sangat tinggi dan pragmatis.

“Dari semua inti di atas, ada anchor yang menjadi kunci utama yang mengikat keempat core tersebut. Basically Gen Z adalah orang-orang yang sebenarnya sangat mencari kebenaran yang hakiki. Jadi, 4 core behavior tadi sebenarnya dikunci dan diikat oleh satu anchor yaitu mereka mencari sebuah kebenaran atau searching for the truth,” ujar Hendarsyah.

Pada dasarnya teknologi memberikan generasi Z tingkat konektivitas yang belum pernah terjadi sebelumnya, seperti adanya teknologi yang memungkinkan banyak orang berkumpul bersama dalam satu ruang pertemuan daring. Oleh karena itu, tren dan segala sesuatu di kehidupan Gen Z cenderung cepat berubah.

Adanya perubahan ini tidak hanya berlaku bagi Gen Z saja, tetapi untuk perusahaan dan para investor.

“Ada dua hal, bisa berarti tantangan dan bisa berarti adanya peluang yang menarik. Tinggal bagaimana perusahaan melihatnya. Untuk memotret hal itu, kita sebagai investor harus bisa terbuka terhadap Gen Z ini,” katanya.

Hendarsyah menambahkan, berdasarkan data McKenzie, top 3 besar produk yang biasa dikonsumsi Gen Z adalah groceries (bahan makanan), skincare (produk perawatan kulit), dan suatu produk yang menurutnya lebih kepada barang keseharian yang biasa digunakan serta beberapa hal yang bisa dibeli di perangkat seluler.

“Jadi 3 hal ini mungkin bisa jadi konserderasi bagaimana investasi Gen Z dan bagaimana kita beraksi atas perilaku Gen Z yang pada saat 3 hal itu yang menjadi the biggest spending from them right now,” ujar Hendarsyah.

(Eka Cahyani)

Berita terkait
Dosen IA ITB Bahas Soal Vaksinasi Merah Putih dalam Webinar IA-ITB
Ketua IA ITB Gembong Primadjaja dalam sambutannya mengatakan bahwa IA-ITB mendukung program pemerintah terkait vaksinasi untuk lawan Covid-19.
Menkes Sebut 6 Tranformasi Sektor Kesehatan dalam Webinar IA-ITB
Menkes RI Budi Gunadi Sadikin mendapat tugas dari Presiden RI untuk melakukan transformasi dari sektor kesehatan dengan menyiapkan transformasi.
IA-ITB Gelar Vaksinasi C-19 dengan Sasaran 20 Ribu Orang
IA-ITB kembali menggelar vaksinasi Covid-19 dengan sasaran 20 ribu orang kali ini bekerja sama dengan ikatan alumni Upar dan IKA Unpad.
0
Elon Musk Sebut Pabrik Mobil Baru Tesla Rugi Miliaran Dolar
Pabrik mobil baru Tesla di Texas dan Berlin alami "kerugian miliaran dolar" di saat dua pabrik kesulitan untuk meningkatkan jumlah produksi