Warung Mistis di Yogyakarta yang Mendunia

Terdapat Warung Makanan Roh Halus di Yogyakarta yang sudah 50 tahun berdiri. Tempat ini mendunia karena sempat diliput media Inggris dan Singapura.
Tri Waryanti, pengelola Warung Makanan Roh Halus di Yogyakarta pada Rabu, 16 Oktober 2019. (Foto: Tagar/Aji Shofwan Ashari).

Yogyakarta - Di antara gemerlap kehidupan kota dan hiruk-pikuk lalu lalang kendaraan bermotor, malam itu sekitar jam 10 malam seorang pedagang bunga di Jalan Wirobrajan, dekat Pasar Klitikan Yogyakarta tengah duduk sendiri menanti pembeli. Wajahnya tak pilu, meski dagangannya kurang laris.

Wanita paruh baya ini kemudian keluar dari warung. Di bawah lampu yang menerangi kegelapan malam, terlihat kantung matanya yang besar menggantung berwarna hitam, menghiasi kerutan wajahnya yang tak lagi belia.

Namanya Tri Waryanti. Dia mengelola sebuah warung "kuliner" yang menu makanannya tergolong tidak lazim, karena bukan dilahap manusia, sejatinya diperuntukkan bagi makhluk astral. 

Adalah "Warung Makanan Roh Halus", ngeri-ngeri sedap mendengarnya, dan seketika dapat membuat bulu kuduk ikut berdiri. Warung yang sudah berumur 50 tahun ini merupakan peninggalan ibu mertuanya, namanya Sujilah. Namun saat ini telah dia warisi penuh untuk dikelola.

Omzetnya meroket ketika momen-momen tertentu, sehari bisa mengantongi Rp 5-8 juta.

Wanita berusia 49 tahun ini mengaku sudah hampir 20 tahun meneruskan bisnis ini bersama sang suami, Bambang Siswanto. 

Ditemui ditempat yang sama, Bambang menjelaskan alasan penamaan lapak dagang. Hal itu dikarenakan, pada dua dekade lalu masih banyak warung penjual bunga. Lapaknya dia maukan terlihat unik berbeda dari saingannya yang sama-sama menjual beragam bunga dan menyan.

Selain itu, penyematan Warung Makanan Roh Halus dia pandang demi memudahkan para pembeli untuk mengingat, sekaligus menjadi senjata ampuh berstrategi bisnis agar dagangannya selalu dilirik "sang raja".

“Dan sekarang malah jadi ikon warung ini,” ujarnya tersenyum semringah.

Pria berusia 53 tahun ini menuturkan, warung yang dia kelola menyediakan bermacam-macam menu, mulai dari bunga sripah (untuk kematian), bunga macan kerah, leson, dan segala jenis minyak untuk melakukan ritual. Tidak hanya menjual beragam bunga-bungaan, dia juga menyediakan kemenyan dan dupa.

Harganya variatif, per keranjang dipatok mulai Rp 15 ribu, Rp 20 ribu, hingga Rp 30 ribu. Seandainya ada pesanan khusus yang diperuntukkan buat kebutuhan ritual, maka akan dibungkus menggunakan daun pisang, supaya tidak terlalu mencolok mata orang lain.

Warungnya Menjadi Langganan Politikus dan Publik Figur

Seraya tersenyum bangga Bambang bercerita, orang yang datang ke warungnya tidak hanya masyarakat biasa, bahkan sampai kalangan artis, polikus, dan orang keraton Yogyakarta menjadi pembeli setia.

Namun dia enggan membeberkan nama-nama publik figur yang pernah datang ke sini, dengan alasan memegang teguh janji. 

Pemilik Warung Makanan Roh Halus di YogyakartaTri, Pemilik Warung Makanan Roh Halus di Yogyakarta pada Rabu, 16 Oktober 2019. (foto: Tagar/Aji Shofwan Ashari).

Jika tiba musim pemilihan kepala daerah (Pilkada) atau pemilihan calon anggota legislatif (Pileg), kata Bambang, maka warung ini dia pastikan bakal menjadi magnet para politisi yang datang tidak hanya dari Kota Gudeg. Mereka rela mencuri waktu ke sini hanya untuk membeli bunga untuk kebutuhan ritual. 

Aji mumpung, kata Bambang, pendapatannya bersama sang istri bisa melonjak drastis pada masa kontestasi pemilihan wakil rakyat. “Artis banyak yang ke sini, apalagi kalau mau Pilkada atau Pileg, itu ke sini beli sampai jutaan,” kata dia di lapaknya, Rabu, 25 September 2019.

Jika ada orang yang mau datang saya tahu. Isyaratnya kalau ada cicak yang berlalu lalang.

Tri menimpali, jika masuk Selasa Kliwon dan Jumat Kliwon, pihak keraton datang ke sini untuk membeli 10 hingga 20 oncot bunga. Omzetnya meroket dalam momen-momen tertentu. Dalam sehari mereka bisa mengantongi Rp 5-8 juta. Oncot adalah satu wadah bunga seberat 4-5 kilogram yang dibungkus menggunakan kain.

"Namun kalau hari besar seperti Jumat Kliwon dan bulan-bulan tertentu seperti Ruwah atau Syaban, Syawal atau Suro, bisa sampai 40 oncot terjual atau pernah sampai 100-150 kilogram bunga setaman," tutur Tri.

Lebih dari dua windu berdagang, wanita berkacamata ini mengaku jadi punya firasat tinggi. Dia bisa tahu lebih awal jika ada orang yang ingin mengunjungi warungnya. Padahal, hanya melalui isyarat dari cicak yang nemplok berlarian di tembok. 

“Jika ada orang yang mau datang saya tahu. Isyaratnya kalau ada cicak yang berlalu lalang, biasanya itu pertanda akan ada orang yang mau datang, dan biasanya itu juga pertanda adanya orang meninggal,” ucap wanita bertubuh gempal ini.

Dengan berdagang bunga, Tri dan Bambang dapat membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Karyawannya saat ini ada tiga, semuanya perempuan tamatan Sekolah Menengah Atas (SMA).

Warung Makanan Roh Halus buka dari jam 5 pagi hingga jam 11 malam. Ketika siang hari tiga karyawan ditugasi menjaga warung. Bila matahari telah terbenam, giliran Sri dan Bambang yang nampak di sana.

Di luar jam operasional, Tri mengaku rela terjaga demi melayani kebutuhan pembeli. Beberapa kali dia melakukan itu, meskipun warungnya sudah tutup akan dia sempatkan, dengan alasan tidak tega mengecewakan pelanggan. 

Bambang melanjutkan, memang bukan sekali dua kali ada pembeli ke sini saat mereka berdua telah terlelap. "Kadang jam 2 pagi dan jam 3 pagi," ujar dia.

Diliput Media Internasional

Ketenaran Warung Makanan Roh Halus tidak hanya menggema di seputar Yogyakarta. Dia ingat betul salah satu stasiun televisi swasta nasional pernah meliputnya, bahkan media internasional datang ke sini dengan alasan tertarik mewawancarai. 

Setidaknya, kata Tri, ada dua media internasional yang sudah pernah mampir ke lapak dagangan mereka berdua yang terletak di jalan RE Martadinata No 7, Wirobrajan, Yogyakarta.

Mereka pernah ke sini meliput. Ada BBC London dan BBC Singapura.

“Iya, mereka pernah ke sini meliput warung ini. Ada BBC London dan BBC Singapura pernah datang ke sini,” ujarnya dengan wajah terheran-heran.

Untuk ukuran sebuah warung yang berada di tengah kota besar di Pulau Jawa, hal ini menjadi sesuatu yang dapat dibanggakan, karena usaha Tri dan Bambang tersiar dilihat orang luar negeri. 

Namun dengan rendah hati, Tri tidak mau jemawa dengan keadaan tersebut. Sebab, hal yang paling penting menurutnya ialah tetap memuaskan hasrat pembeli. 

Pasutri ini bahkan menyanggupi pesanan yang cukup jauh dari lokasinya berdagang. Jadi, Warung Makanan Roh Halus dapat dikatakan tidak sekadar menunggu bola. Tak jarang satu di antara mereka rela mengantar bunga pesanan meski jaraknya jauh. Mereka juga tidak menagih ongkos kiriman sepeser pun. 

Daerah tujuan yang pernah mereka satroni mencapai Jalan Kaliurang kilometer 10, Berbah, Godean, Kasihan, hingga Bantul. Padahal, lokasi tersebut tergolong cukup jauh dari jantung kota Yogyakarta.

"Tergantung besaran pembeli dalam memesan, kalau memungkinkan bisa dibawa pakai motor, kalau banyak menggunakan pick up," kata Tri.

Muhammad Faisal Aklis, 24 tahun, salah seorang mahasiswa Universitas Islam Negeri (UIN) mengaku kaget dan baru mengetahui bahwasannya ada Warung Makanan Roh Halus di pusat Kota Pendidikan.

“Saya lama tinggal di Jogja, tapi baru tahu kalau ada warung mistis kayak gini” ujar Aklis di Yogyakarta. []

Berita terkait
Kuntilanak Penculik dari Bantaeng Sulawesi Bernama Anja
Menjadi cerita turun-temurun Anja sosok kuntilanak menakutkan di Banteang, Sulawesi Selatan, karena kerap menculik anak kecil selepas magrib.
Setan Geunteut, Usai Magrib Culik Anak Kecil di Aceh
Hantu geunteut boleh saja dianggap sebagai mitos belaka. Namun, kesaksian korban yang diculik di Aceh, membuktikan jika makhluk gaib ada di sana.
Hantu Aisyah Customer Ojek Online, Siapa Dia?
Kisah hantu Aisyah yang dalam beberapa waktu terakhir viral di media sosial sebagai customer ojek online di Sleman, Yogyakarta.
0
Tinjau Lapak Hewan Kurban, Pj Gubernur Banten: Hewan Kurban yang Dijual Dipastikan Sehat
Penjabat (Pj) Gubernur Banten Al Muktabar meninjau secara langsung lapak penjualan hewan kurban milik warga di Kawasan Puspiptek.