Dolok Sanggul - Masyarakat di kawasan Danau Toba, Sumut, sedikit terusik dengan wacana yang dilontarkan oleh Gubernur Sumut Edy Rahmayadi tentang wisata halal dan wisata syariah. Wacana itu bertentangan dengan tradisi dan budaya sebagai kearifan lokal.
"Saya pribadi tidak setuju dan menolak kebijakan tersebut karena akan mengganggu pranata adat istiadat masyarakat suku Batak," kata Bupati Humbang Hasundutan (Humbahas), melalui Plt Kadis Pariwisata, Resva Panjaitan, kepada “Tagar.id” Jumat,30 Agustus 2019 di Dolok Sanggul, Kabupaten Humbahas, Sumut.
Konsep membawa politik agama ke Danau Toba dengan wacana wisata halal dan wisata Syariah tidak mengedepankan kebinekaan. “Perlu diketahui, daerah Danau Toba dengan wisata budaya juga sebagai ikon pusat peradaban sejarah suku Batak dan mayoritas agama Nasrani,” kata Resva.
Menyikapi wacana Gubsu tersebut, pemerintah daerah Tobasa, Samosir, Humbahas, dan Tapanuli Utara satu derap langkah untuk melakukan kajian dan melihat ke depan, bagaimana melihat penolakan masyarakat yang terjadi saat ini.
Dengan demikian, Pemkab Humbahas dan DPRD Humbahas dengan elemen masyarakat sepenuhnya mendukung Danau Toba sebagai Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). “Dengan mensingkronkan kebijakan pariwisata nasional dengan kebijakan pariwisata di Humbahas,” kata Resva.
Menurut Resva, wacana Danau Toba menjadi wisata halal dianggap melemahkan tradisi dan budaya adat istiadat Batak dan agama. “Di sisi lain akan melemahkan perekonomian masyarakat. “Kenapa daerah lain tidak wisata halal,” tanya Resva. Di seputar Danau Toba antara masyarakat minoritas dan mayoritas dapat berdampingan dengan rukun.
Pada prinsipnya, masyarakat Danau Toba mendukung KSPN. Meskipun perlu dilakukan penataan aturan tanpa menghilangkan tradisi itu sendiri. “Semua pasti ada solusinya. Yang perlu diketahui tradisi suku Batak setiap acara melekat dengan simbol ternak babi,” ujar Resva mengingatkan.
Membandingkan warisan tradisi suku Batak sama halnya dengan tradisi Bali. Kental dengan warisan ritual adat dan tradisi leluhurnya karena kegiatan dikemas sebagai atraksi. Jutaan wisatawan setiap tahun datang berkunjung ke Bali dengan berbagai agama dan kepercayaan. []