Humbahas - Setelah wabah virus menyerang babi dan belum ditemukannya vaksin virus african swine fever (ASF), tidak lantas membuat usaha kuliner babi menjadi surut atau tutup di Kabupaten Humbahas.
Sebaliknya, usaha rumah makan atau restoran dengan bahan utama ternak babi, justru diminati.
Ita Silaban, warga Doloksanggul, Kabupaten Humbahas, Sumatera Utara, justru membuka restoran kuliner khas Batak di tengah gonjang-ganjing wabah virus meyerang babi.
"Rumus fisika ini telah menginspirasi hidupku, W=FxS. Menjadi pedoman dalam setiap langkahku, harapan dan mimpiku di resto kuliner Batak," kata Ita, pendiri Restoran Koji, di Doloksanggul, Rabu 12 Februari 2020.
Kata Ita, ada banyak varian kuliner berbahan daging babi yang dia sajikan dan jual di restoran miliknya, seperti daging panggang, saksang, napinadar, babi goreng, dan sop daging babi.
"Ketika menghabiskan waktu bersama keluarga, atau acara penting suku Batak, daging babi akan tetap berdampingan dan selalu ada," kata alumni Fakultas Fisika Universitas Pendidikan (UPI) Bandung itu.
Dia menyebut, pernah mencoba usaha resto kopi. Kandas karena harus berkompetisi dengan pemilik usaha berdompet tebal. "Berharap dari usaha ini akan mendapatkan sesuatu yang saya inginkan," ungkapnya.
Aman dimakan. Karena tidak menular, dan ini sudah dilakukan melalui sosialisasi
Kurang lebih satu bulan memulai bisnisnya, dia tetap belajar untuk mencari formula menu yang enak di lidah konsumen.
"Meskipun tantangan kondisi saat ini, seperti kolera yang menyerang babi. Ketika saya berhasil membuat nyaman lidah konsumen, itulah keberhasilan saya. Tidak perlu harus mundur dengan virus ASF," katanya.
Salah seorang pengunjung Restoran Koji, S Siahaan menyebut, kuliner daging babi di suku Batak tidak bisa dilepaskan. Karena merupakan bagian dari budaya dan akan tetap diwariskan. "Akan tetap dicari, karena berkaitan juga dengan tradisi budaya," katanya.
Untuk kenyamanan konsumsi daging babi, cukup dimasak dalam suhu seratus derajat. "Dimasak selama satu jam, sudah aman dikonsumsi. Hal itu itu berdasarkan anjuran dari organisasi dokter hewan dunia," kata Kepala Bidang Kesehatan Hewan dan Veteriner Dinas Peternakan Humbahas, Martongam Lumbantoruan.
Disebutkannya, ASF tidak zonosis atau tidak menular dari hewan ke manusia. "Aman dimakan. Karena tidak menular, dan ini sudah dilakukan melalui sosialisasi makan daging babi bersama dengan Kementan RI beberapa waktu lalu," ungkapnya.[]