Viral Suhu Panas Yogyakarta Bisa Cegah Corona

Postingan di media sosial soal suhu panas di Yogyakarta bisa mengusir virus Corona menjadi viral.
Postingan yang tersebar di media sosial Facebook tentang udara panas bisa mengusir virus Corona. (Foto: Grup Facebook/Tagar/Evi Nur Afiah)

Yogyakarta - Viral postingan status WhatsApp disebarkan di sejumlah grup Facebook, yang menyebut suhu panas di Yogyakarta bisa mengusir virus Corona. Entah siapa yang membuat pertama kali status WA tersebut, yang jelas sudah banyak bagikan di media sosial.

Dalam beberapa hari terakhir ini, suhu di Yogyakarta memang terasa panas meski saat ini sedang musim hujan. Dalam postingan tersebut tertulis imbauan dari Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY) Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X yang mengatakan kondisi suhu udara di Yogyakarta cukup panas akhir ini adalah dampak pengusiran virus Corona atau Covid-19.

Salah satunya postingan tersebut di Grup Info Viral Jogja. Di grup ini, postingan tersebut sampai Rabu 18 Maret 2020 pukul 14.00 dikomentari 385 akun, dibagikan 28 kali dan disukai 1.005. Berikut tulisan dalam postingan itu:

Iki tenan or ya Lur nek tenan ya alhamdulillah

Pak Sri Sultan Dawoh masyarakat Yogyakarta mbotensah podo ngeloh panas (panik virus Corona). Ini dampak pengusiran virus korona tidak ada hujan selama 7 hari 7 malam. Virus ingkang menyebar wonten ing Ngayojokarto Hadiningrat kajenge budal teng pagenipon (kebakar dening suhu panas).

(Ini Benar tidak ya, kalau benar ya alhamdulillah.

Pak Sri Sultan berpesan kepada masyarakat Yogyakarta tidak perlu mengeluh panas. (Panas ini dampak pengusiran virus corona). Tidak ada hujan 7 hari 7 malam. Virus yang menyebar di Yogyakarta biarkan pergi karena kepanggang suhu panas).

Menanggapi hal tersebut, benarkah virus bisa mati di suhu udara yang panas? Prof. dr. Hari Kusnanto, Dr.PH selaku Guru Besar Fakultas Kedokteran Universitas Gadjah Mada saat dikonfirmasi terlepas apakah kabar dari yang membuat postingan mengatasnamakan Raja Keraton Yogyakarta benar atau bohong, harus ditinjau ulang.

Namun, kata dia, dalam fakatnya, jumlah terbesar kasus Covid-19 di temperate zone beriklim sejuk, latitude 30-45 derajat lintang utara. Suhu udara panas tidak menentukan virus itu bisa terhindar dari tubuh manusia. "Coronavirus ini menular dari manusia ke manusia di daerah tropik termasuk Indonesia," kata Prof. dr. Hari saat dihubungi Tagar pada Rabu, 18 Maret 2020.

Untuk mengatisipasi terhindari dari virus yang tengah mewabah, lebih penting hindari kerumunan dan jaga jarak dari orang lain termasuk bisa mengonsumsi yang hangat-hangat.

Coronavirus ini menular dari manusia ke manusia di daerah tropik termasuk Indonesia.

"Semaksimal mungkin berada di rumah. Kalau empon-empon (rempah-rempah) jahe kunyit dan lain-lain mungkin bisa meningkatkan sistem kekebalan. Belum banyak diteliti memang baru hipotesis kekebalan," katanya.

Rekomendasi standar untuk mencegah penyebaran infeksi di antaranya mencuci tangan secara teratur, menutupi mulut dan hidung ketika batuk dan bersin, memasak daging dan telur dengan saksama.

Hindari kontak dekat dengan siapapun yang menunjukkan gejala penyakit pernapasan seperti batuk dan bersin. Selain itu, untuk mencegah penyebaran Covid-19 akibat droplet yang menempel pada permukaan perlu dilakukan disinfeksi lingkungan.

Sementara itu, Kepala Unit Analisis dan Prakiraan Cuaca Stasiun Klimatologi Mlati Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) Yogyakarta, Sigit Hadi Prakosa mengatakan suhu udara di Yogyakarta akhir-akhir ini panas cenderung gersang. Suhu udara panas pada siang hari mencapai 33 derajat celcius.

Kendati demikian, hal tersebut masih dalam kondisi normal. Menurut data klimatologi biasanya cuaca panas akan berlangsung sampai April 2020. Apakah selama itu tingkat suhu udara menjadi semakin naik, sangat tergantung dari kondisi cuaca.

"Suhu akan meningkat di masa pancaroba dan dingin pada musim kemarau. Kalau suhu panas atau maksimum itu dicapai siang hari sekitar pukul 14.00 WIB. Sementara malam kalau hujan pasti suhunya turun," kata Sigit saat dikonfirmasi wartawan.

Sigit menyampaikan, jika pagi sampai siang dan sore hari cuaca cerah maka bumi menerima radiasi matahari yang intensitasnya tinggi. Kondisi seperti ini akan berdampak pada suhu panas.

Pada malam hari ada pembentukan awan maka panas yang diterima bumi dari pagi sampai sore hari akan terperangkap. Sehingga tidak bisa lepas ke atmosfer. "Dampaknya apa? Ya kesumukan yang kita rasakan sekarang," ucap Sigit.

"Sekarang Yogya memasuki pancaroba, angin berubah arah menjadi dari tenggara sehingga hujannya sudah mulai berkurang, tidak merata lagi seperti Februari. Hujan sedang-lebat masih berpotensi namun terjadi tidak merata dan waktunya random, tidak konsisten tiap hari," katanya.

Sigit mengimbau bagi masyarakat yang beraktivitas di luar ruangan untuk selalu menggunakan pakaian penutup (topi, payung), menggunakan pelembab kulit dan sedia air minum cukup agar tidak dehidrasi. Juga tidak direkomensasikan mengenakan baju berwarna hitam.

"Warna hitam menyerap panas. Pemakainya akan merasakan panas berlebih dibandingkan dengan warna lain. Gunakan baju yang berbahan dingin dan menyerap keringat," ucap Sigit. []

Baca Juga:

Berita terkait
Empat Etika Batuk dan Bersin Tangkal Virus Corona
Menjaga etika batuk dan bersin sangat penting di saat merebaknya virus Corona di sejumlah negara.
Pemerintah Luncurkan Situs Resmi Penanganan Corona
nformasi satu pintu mengenai virus corona di Indonesia dan bagaimana mengendalikannya kini tersedia di situs resmi yang diluncurkan pemerintah.
Corona Bikin Seluruh Tempat Wisata di Bantaeng Tutup
Seluruh tempat wisata di Kabupaten Bantaeng, Sulawesi Selatan ditutup sementara waktu.
0
Ini Alasan Mengapa Pemekaran Provinsi Papua Harus Dilakukan
Mantan Kapolri ini menyebut pemekaran wilayah sebenarnya bukan hal baru di Indonesia.