Video: Pilpres Zimbabwe, Tiga Capres Terkuat Klaim Bakal Menang

Tiga capres terkuat klaim bakal menangkan pemilu Zimbabwe. Ketiganya memiliki komitmen serupa, bersumpah akan membangun perekonomian Zimbabwe yang dihancurkan pemerintahan Robert Mugabe.
Suasana kampanye di kota Harare. (Foto: Parmahando)

Harare, (Tagar 30/7/2018) – Dua puluh tiga calon presiden (capres) Zimbabwe, termasuk empat capres perempuan menggelar kampanye terakhir mereka (28/7).

Di hadapan puluhan ribu pendukung partainya Zimbabwe African National Union – Patrotic Front (ZANU-PF) yang berkumpul di stadion utama Harare, Presiden Emerson Mnangagwa mengatakan, “Kita akan memilih untuk masa depan. Kita memberikan suara untuk generasi yang akan datang. Bersama-sama kita akan membuka potensi untuk Tanah Air kita tercinta.”

Pada saat yang bersamaan di tempat terpisah, calon presiden Nelson Chamisa mengatakan kepada ribuan pendukung parpol Movement for Democratic Change (MDC), “Setelah kalian menyoblos nanti, saya minta kalian jangan meninggalkan tempat pemungutan suara supaya tidak ada penipuan suara. Perubahan pasti terjadi, kita pasti menang.”

Sementara itu calon presiden dari People’s Rainbow Coalition (PRC) Joice Mujuru yang berkampanye di Harare Selatan menyatakan, “Kita akan menang. Saya dan PRC adalah satu-satunya koalisi yang memiliki kapasitas untuk memulihkan perekonomian Zimbabwe yang selama bertahun-tahun telah diselewengkan. Saya siap membebaskan setiap orang yang ditindas oleh pemerintahan Mugabe.”

Partogi SamosirPartogi Samosir di kantor KPU Zimbabwe. (Foto: Parmahando)

Pada dasarnya ketiga capres terkuat tersebut memiliki komitmen yang serupa. Ketiganya bersumpah akan membangun kembali perekonomian Zimbabwe yang selama ini dihancurkan oleh pemerintahan Robert Mugabe.

Baca Juga: Pemerintah Mnangagwa Mengejar 20 Tahun Ketertinggalan Zimbabwe

Namun Mnangagwa mewakili veteran pejuang kemerdekaan yang telah memerintah sejak tahun 1980, sedangkan Chamisa yang baru berusia 40 tahun mewakili generasi muda, dan Mujuru mewakili kaum perempuan Zimbabwe.

Dibandingkan dengan pemilu-pemilu sebelumnya, sejauh ini kampanye pemilihan presiden dan parlemen di Zimbabwe berlangsung terbuka dan damai. Minister Counsellor KBRI Harare, Partogi Samosir mencatat hanya terjadi satu kali konflik kekerasan, yaitu upaya pembunuhan terhadap Presiden Mnangagwa ketika ia berkampanye di kota Bulawayo.

Dalam pertemuan antara Komisi Pemilihan Umum Zimbabwe (ZEC) dengan ratusan peninjau internasional (25/7), peninjau dari US National Democratic Institute Johnnie Carson menyatakan kepuasannya terhadap besarnya akses yang diberikan Pemerintah dan KPU Zimbabwe kepada para peninjau internasional untuk mengawasi persiapan Pemilu dan Pilpres Zimbabwe.

Senator AS Jeff Flake pun mengatakan, “Setelah mengamati seluruh persiapan, kami melihat pemerintah dan KPU Zimbabwe telah menerapkan langkah konkret untuk memastikan pemilu yang transparan, bebas, rahasia, adil dan kredibel.”

Partogi Samosir yang hadir selaku salah seorang peninjau internasional dalam Pemilu dan Pilpres Zimbabwe 2018, mencatat pengakuan dari berbagai partai politik pada pertemuan tersebut bahwa Pemerintahan Mnangagwa cukup banyak membawa perubahan positif. Dulu satu-satunya televisi Zimbabwe (ZTV) hanya meliput kegiatan parpol pendukung pemerintah. Sekarang, semua kegiatan parpol dan capres, termasuk kampanye empat capres perempuan ditayangkan di ZTV.

Menjawab pertanyaan Ketua Delegasi Peninjau dari Organisasi negara-negara Persemakmuran John Mahama, Ketua KPU Zimbabwe Priscilla Chigumba menegaskan, pihaknya tidak mentoleransi penyelewengan dan kekerasan. KPU Zimbabwe akan membawa semua protes dan aksi kekerasan ke pengadilan pemilu yang telah dibentuk di seluruh provinsi di Zimbabwe.

Menurut Partogi Samosir, kehadiran delegasi peninjau dari Organisasi Negara-negara Persemakmuran sangat fenomenal. Mereka terakhir mengawasi Pemilu di Zimbabwe pada tahun 2002. Pada saat itu Zimbabwe masih menjadi anggota Persemakmuran.

Presiden Zimbabwe  saat itu Robert Mugabe  menyatakan keluar dari Persemakmuran pada tahun 2003 setelah para peninjau dari Persemakmuran menilai Pemilu Zimbabwe 2002 penuh dengan kekerasan dan tidak demokratis.

Kini Organisasi Negara-negara Persemakmuran mengerahkan 102 peninjaunya ke semua 10 provinsi Zimbabwe. Sedangkan Uni Eropa mengerahkan 140 peninjaunya.

Menurut Ketua KPU Priscilla Chigumba, KPU Zimbabwe telah mengakreditasi 488 jurnalis lokal, 46 jurnalis asing, 5.541 peninjau lokal dan 600 peninjau internasional, termasuk  Partogi Samosir untuk mengawasi 10.985 tempat pemungutan suara. (Penulis: Parmahando)

Berita terkait