Jakarta - Kepala Pusat Penelitian Ekonomi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI), Agus Eko Nugroho mengatakan di tahun 2021 nanti, perekonomian Indonesia akan lebih baik, jika ketersediaan vaksin terpenuhi.
Ia menyampaikan pernyataannya tersebut pada webinar “Media Briefing Outlook Perekonomian 2021: Upaya Mempercepat Pemulihan Ekonomi di Tengah Pandemi,” di Jakarta pada Kamis, 17 Desember 2020.
“Perekonomian 2021 tampaknya akan lebih baik, jika syarat ketersediaan vaksin terpenuhi dan upaya perataan kurva penularan Covid-19 terus dilakukan,” katanya.
Perekonomian 2021 tampaknya akan lebih baik, jika syarat ketersediaan vaksin terpenuhi dan upaya perataan kurva penularan Covid-19 terus dilakukan.
Baca juga: Pakar Ekonomi: Wishnutama Jangan Jadi Pahlawan Kesiangan
Perkiraan sektoral yang dilakukan Pusat Penelitian Ekonomi LIPI atas Produk Domestik Bruto (PDB) 2020 menunjukkan bahwa beberapa sektor perdangan besar dan eceran, transportasi pergudangan, dan penyediaan akomodasi makanan atau minuman, selama pandemi mengalami kontraksi.
Dilihat dari sejarahnya, LIPI mencatat gambaran perekonomian Indonesia sejak 1960, menunjukkan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia mengalami tiga kali kontraksi atau pertumbuhan negatif, yaitu pada kurun waktu 1962-1963, 1997-1998, dan 2020.
Pada krisis keuangan Asia di tahun 1997, Indonesia memerlukan waktu selama empat tahun untuk kembali ke besaran PDB sebelum terjadi krisis finansial.
Pengalaman krisis tersebut juga menunjukkan bahwa hanya kontribusi tenaga kerja dan produktivitas yang mampu mengalami pertumbuhan positif selama masa pemulihan pasca krisis ekonomi.
“Tidak seperti krisis-krisis sebelumnya, resensi ekonomi kali ini hampir melumpuhkan seluruh aktivitas perekonomian, baik dari sisi penawaran maupun dari sisi permintaan. Pukulan yang amat berat bagi perekonomian Indonesia terjadi pada triwulan II dan III-2020,” tuturnya.
Baca juga: Kemendagri Berharap TPKAD Mampu Dorong Pemulihan Ekonomi
Selain itu, akibat berkurangnya permintaan masyarakat selama pandemi, industri manufaktur dan UMKM menjadi entitas yang paling menderita.
Maka, perlu penguatan inovasi di bidang manufaktur dan UMKM berbasis teknologi digital dan tata kelola bansos (bansos) serta penyediaan dan diversifikasi pangan (terutama pangan lokal) untuk menjaga ketahanan ekonomi pada saat pandemi. [] (Amira Salsabila Aprilia)