Untuk Indonesia

Untung Kita Bangsa Rumpi

'Silakan sebar hoaks, akan kami preteli satu-satu dalam rumpian kami, kalian nanti akan capek sendiri.' - Eko Kuntadhi
Aktivis Ratna Sarumpaet (tengah) tiba di Mapolda Metro Jaya untuk menjalani pemeriksaan di Jakarta, Kamis (4/10/2018). Pelaku penyebaran berita bohong atau hoaks itu ditangkap oleh pihak kepolisian di Bandara Soekarno Hatta saat akan pergi ke luar negeri. (Foto: Antara/Akbar Nugroho Gumay)

Oleh: Eko Kuntadhi*

Dari hoaks, ke hoaks, ke hoaks lagi. Begitulah politik Indonesia ini mau dimainkan. Dan perancangnya berpikir, bangsa ini terlalu bodoh untuk sekadar berpikir kritis. Dan terlalu malas untuk mencari kebenaran.

Pada Pilpres 2014 lalu, kubu Prabowo menyebarkan tabloid Obor Rakyat. Isinya adalah fitnah kepada Jokowi. Soal agama Jokowi, soal Jokowi dituduh PKI, soal Jokowi keturunan Tionghoa. Semua tipuan itu targetnya untuk mendesakkan informasi bohong sehingga rakyat percaya.

Di Jawa Barat, harus diakui fitnah itu bekerja dengan baik. Tim Jokowi tidak punya mekanisme penangkal permainan hitam ini. Tapi syukurlah, di bagian wilayah lain, operasi itu gak berjalan mulus. Masih banyak orang Indonesia yang akhlaknya terjaga. Mereka gak ikhlas politik kita dikotori dengan fitnah.

Ujungnya, justru Prabowo lah yang termakan informasi hoaks. Dia mempercayai hitung cepat hasil Pilpres dari tim PKS. Prabowo yang memang malas berpikir, langsung nyusruk sujud syukur merayakan kemenangan.

Dia yang memproduksi hoaks, dia yang termakan hoaksnya sendiri. Miris.

Sepertinya mereka tidak pernah belajar. Pada Pilpres 2019 ini, cara yang sama mau dimainkan. Seorang Ratna Sarumpaet ingin dijadikan simbol penindasan. Targetnya emosi rakyat terpancing, mendengar ibu 70 tahun digebuki orang tidak dikenal.

Seluruh energi dikerahkan untuk mendistribusi hoaks. Jika dalam kasus Obor Rakyat mereka mengerahkan tim hitam yang tidak langsung berafiliasi dengan tim kampanye resmi. Kali ini justru Prabowo yang turun langsung. Hitungannya dengan kekuatan penuh, mereka berharap kekuatan tendangan informasi bohong itu akan lebih maksimal.

Tapi justru kebohongannya cepat terbongkar. Sejak kasus ini meledak, rakyat netizen memang tidak percaya begitu saja. Berbagai analisis kepalsuan mulai ditelisik. Foto-foto diamati detail. Ujungnya polisi yang memberikan keterangan bahwa Ratna cuma operasi plastik, bukan digebuki orang.

Mereka tidak mengira semudah itu kebohongan terbongkar. Pasukan yang tadinya full team menggoreng isu, kini oleng. Kepercayaan diri mereka merosot.

Tapi gak cukup. Mereka mulai memainkan fitnah baru. Ratna adalah agen yang disusupkan ke tim Prabowo-Sandi. Seruan tersebut diteriakkan berbarengan dengan niat Ratna ke luar negeri.

Bayangkan kalau Ratna jadi kabur. Apakah mereka tidak akan leluasa memelintir masalah untuk menyerang Jokowi dengan fitnah baru?

Tapi polisi sigap. Ratna ditangkap di Bandara. HP, laptop dan perangkat komunikasi Ratna disita. Nah, polisi mungkin bisa membuka sandiwara menjijikkan di panggung politik kita. Inilah yang bikin sebagian orang gak bisa tidur.

Tampaknya strategi lempar hoaks sembunyi bacot ini, diadopsi dari strategi kemenangan Trump. Di AS Trump bisa jadi Presiden atas jasa para penyebar kebohongan.

Tapi mereka lupa, rakyat Indonesia adalah makhluk yang hobi ngegosip. Hobi ngerumpiin persoalan. Berbeda dengan karakter rakyat AS yang cenderung individualis.

Medsos di Indonesia termasuk salah satu yang paling riuh di dunia. Jadi jika ada sebuah masalah mencuat, semua orang berusaha ngomong dari berbagai sudut pandang. Semua orang mengungkapkan kesaksiannya. Semua orang menuliskan sesuai dengan keahliannya.

Nah, berbagai informasi yang berseliweran itu sedikit demi sedikit bisa membantu membuka kedok kebohongan. Antar-netizen saling memberikan info. Diuji oleh netizen lainnya dengan sudut pandang lain. Semakin lama info yang beredar semakin mengerucut mengikuti rasionalitas publik.

Rakyat yang hobi ngerumpi ini, memang mudah jadi sasaran informasi palsu. Tapi justru dari kegemarannya ngerumpi, akhirnya kepalsuan sebuah informasi terverifikasi dengan sendirinya. Artinya hobi ngerumpi bisa jadi penyakit, tetapi sekaligus sebagai daya tahan sosial di tubuh masyarakat dari serangan virus hoaks.

Tampaknya para konsultan politik yang merekomendasikan strategi penuh hoaks harus belajar banyak.  Mau dari Rusia, kek. Mau dari AS, kek. Gak ngaruh.

Kami ini bangsa rumpi. Silakan sebar informasi. Akan kami preteli satu-satu dalam rumpian kami. Terus saja membuat hoaks, kalian nanti akan capek sendiri.

*Eko Kuntadhi Pegiat Media Sosial

Berita terkait
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)