Jakarta - Produsen perlengkapan olahraga Nike, menginginkan pelanggan membeli lebih banyak sepatu, pakaian, dan perlengkapannya lainnya hanya di gerai resmi Nike, Nike.com, aplikasi, dan grup distributor yang lebih terbatas seperti Dick's Sporting Goods (DKS) dan Foot Locker (FL).
Bagi toko-toko ritel, kehilangan Nike dan merek atletik populer lainnya bisa menjadi pukulan telak. Pasalnya, Nike adalah daya tarik utama bagi pelanggan.
Untuk itu, perusahaan ini mengubah strategi bisnisnya. Nike, telah memangkas jumlah pengecer tradisional yang menjual barang-barangnya dalam beberapa tahun terakhir ini. sehingga Nike secara perlahan tumbuh lewat saluran penjualannya sendiri, terutama secara online. Bahkan, perusahaan tersebut juga telah mengakhiri kemitraan penjualan di Amazon pada 2019 lalu.
Sebelumnya, Nike mengatakan, dengan menjual barang melalui situs web dan toko fisiknya sendiri, perusahaan mampu mendapatkan keuntungan lebih dari dua kali lipat daripada melalui mitra grosir, Selain itu, dengan menjual sendiri Nike dapat mengontrol pengalaman pembelanja dan harga dengan lebih ketat, serta produk seperti apa yang terjual ketika berinteraksi langsung dengan konsumen.
Pertimbangan ini lantaran Nike ingin selalu menjadi merek premium yang senantiasa memastikan barang dagangan mereka dipamerkan kepada pelanggan dengan cara yang menarik dan mencegah produk dikenai diskon terlalu banyak.
- Baca juga : AS Roma Akhiri Kerja Sama dengan Nike
- Baca juga : Profil Kim Jong Un, Koleksi Sepatu Nike dan Humoris
Kompetitor Nike, yakni Under Armour dan Adidas juga mengikuti jejak yang sama dengan mengurangi jumlah mitra ritel yang mereka andalkan saat mulai membangun penjualan langsung ke konsumen.
Sementara bagi toko-toko ritel, kehilangan Nike dan merek atletik populer lainnya bisa menjadi pukulan telak. Pasalnya, Nike adalah daya tarik utama bagi pelanggan sehingga toko harus semakin berjuang untuk bersaing dan bertahan. Apalagi, Nike juga memiliki merek lain seperti Jordan dan Converse. []