Jakarta - Pelecehan verbal kerap kali terjadi dalam suatu hubungan. Meski tak berdampak pada kondisi fisik, pelecehan verbal sama berbahayanya dengan kekerasan fisik, karena pelecehan verbal dapat berdampak pada harga diri korban.
Sayangnya, pelecehan verbal sulit sekali diidentifikasi dan menjadi jenis pelecehan yang umum.
Terkait hal tersebut, terapis pernikahan dan keluarga berlisensi, Amelia Peck mengatakan bahwa pelecehan verbal dapat berbentuk apapun, dan dilakukan demi mendapatkan kendali hubungan
Dilansir dari Brides, berikut 7 tanda jika kamu mengalami pelecehan verbal,
1. Name calling
Name Calling adalah panggilan yang mengganggu dan sering kali disertai penghinaan.
Panggilan terkadang bisa sangat kasar, atau seperti Backhanded compliment, yaitu pujian tersirat yang justru membuat sakit hati.
Pelecehan verbal berupa Name Calling seringkali digunakan pelaku untuk menargetkan rasa tidak aman dan perasaan malu pada korban.
2. Kata-kata yang menjatuhkan
Kritik, sarkastik, dan ejekan, sering digunakan untuk menjatuhkan harga diri korban (baik sendiri atau di depan banyak orang).
Bisa karena pakaian, cara berbicara, atau kecerdasan korban, dan ini dilakukan secara sengaja.
Hal ini dilakukan agar para pelaku dapat memiliki kuasa dalam hubungan, melalui penjatuhan harga diri pasangannya.
3. Meninggikan suara
Ada saatnya pelaku pelecehan verbal akan mulai meninggikan suaranya (berteriak) meskipun tanpa provokasi.
Ini akan membuatmu khawatir bahwa apapun yang kamu katakan akan membuatnya marah.
Jika kamu seperti berjalan di atas kulit telur, dan harus memilih kata-katamu dengan hati-hati, maka itu bukan pertanda bagus. Ini akan mengintimidasi mu, dan kamu akan merasa tidak aman.
4. Mengancam
Ada saatnya juga pelaku pelecehan verbal akan melemparkan ancaman terhadap hidupmu atau terhadap tubuhmu, entah itu kosong atau tidak.
Mungkin mereka akan berkata “hanya bercanda”, tetapi dalam suatu hubungan seharusnya tidak ada ketakutan di dalamnya.
Tindakan ini harus dianggap serius, apalagi jika mempengaruhi prilaku mu dan merasa waspada.
5. Menyalahkan meskipun mereka yang salah
Jika mereka kehilangan kesabaran dan menyalahkanmu atas tindakan yang akan mereka lakukan selanjutnya, maka kamu sedang berada pada fase ini.
Tanda ini sering berkaitan dengan kepribadian narsistik. Mereka akan membuat alasan berbelit-belit yang membingungkan, sehingga kamu akan meminta maaf.
Setelahnya terkadang mereka akan menjadi sangat baik, untuk meyakinkanmu bahwa mereka tidak benar-benar menyakitimu. Ini akan mempengaruhi emosional yang membuat korban akan membenarkan tindakan pelaku.
6. Menolak keluhan
Ketika kamu ingin membahas masalah yang membuatmu kesal, mereka akan menghindari.
Ini adalah upaya mereka untuk menghentikan pembahasan perilaku mereka yang buruk, yang menyakitimu.
Ini juga dapat berupa gaslighting, dia akan mengabaikan kekhawatiranmu, bersikeras bahwa peristiwa itu tidak terjadi, dan mengatakan bahwa kamu mengingat peristiwa yang salah.
Kamu akan mempertanyakan realitas mu sendiri, dan kembali dalam siklus menyalahkan korban.
7. Manipulasi
Banyaknya ancaman yang dilakukan terus menerus dan intens, akan membuat kamu melakukan sesuatu yang menurutmu tidak nyaman. Ini biasa terjadi di akhir pernikahan.
Jika pelaku tidak ingin bercerai, mereka akan mengatakan sesuatu yang mempengaruhi emosimu, dan akan membuatmu tetap bertahan.
Ini dilakukan agar kamu menuruti keinginan mereka, terlepas dari apa yang terbaik bagi kamu sebagai individu. []
Baca Juga
- Asuransi Kesehatan Keluarga yang Ccock untuk Pasangan Baru
- 12 Rahasia Agar Anda dan Pasangan Selalu Bahagia
- 5 Topik Keuangan untuk Didiskusikan dengan Pasangan
- Awas! Pengeluaran Ini Bisa Jadi Masalah Finansial Pasangan Baru Nikah