Trump Cari Gara-gara Tekan Iran, IAEA: Teheran Komit 'Kok' Soal Kesepakatan Nuklir

DONALD TRUMP DI DEBAT UMUM PBB: Presiden Amerika Serikat Donald Trump ketika menyampaikan pidatonya pada sesi Debat Umum di Sidang Majelis Umum PBB ke-72 di New York, Amerika Serikat pada Selasa (19/9). Pidato ini merupakan debut Presiden Donald Trump di Sidang Majelis Umum PBB sejak terpilih sebagai presiden Amerika Serikat awal tahun 2017, kemudian akselerasinya kerap terlihat ingin mengatur dunia. (Foto: Ant/Aditya Wicaksono)

Wina, (Tagar 14/10/2017) – Mendapat tantangan dari Pemimpin Korea Utara (Korut) Kim Jong-un (Korea Utara), tidak membuat kesombongan Amerika Serikat berkurang. Amerika melalui Presiden Donald Trump selalu terlihat bernafsu untuk mengatur dunia. Kali ini dia mencecar nuklir Iran tanpa alasan jelas.

Nyinyirnya Donald Trump langsung direspons Perserikatan Bangsa-Bangsa. Pengawas nuklir PBB pada Jumat (13/10) mengkonfirmasi kembali bahwa Iran telah melaksanakan kesepakatan nuklir Iran di bawah rejim pengabsahan nuklir yang kuat.

Direktur Jenderal Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA) Yukiya Amano mengatakan, Teheran bekerjasama dengan badan pengawas atom tersebut untuk melaksanakan komitmen yang harus dilakukan oleh Teheran.

"Iran sekarang untuk sementara melaksanakan Protokol Tambahan bagi Kesepakatan Perlindungan Menyeluruhnya dengan IAEA, alat pengabsahan yang kuat yang memberi para penyelidik kami akses lebih besar bagi informasi dan dan lokasi di Iran," kata Amano.

Berdasarkan kesepakatan nuklir Iran yang dicapai pada 2015, IAEA diminta mengabsahkan apakah Iran memenuhi komitmennya untuk mengurangi program nuklirnya dan memberi transparan lebih besar pada rencana atomnya.

"Sebagaimana telah saya laporkan ke Dewan Gubernur, komitmen yang berkaitan dengan nuklir yang dilakukan oleh Iran berdasarkan JCPOA dilaksanakan," kata Amano, sebagaimana terpantau di Jakarta, Sabtu (14/10) pagi.

Apa yang dikatakan Amano tersebut sekaligus membantah tuduhan Amerika mengenai proyek nuklir Iran.

Pukulan Keras

Sebelumnya, Donald Trump di dalam upaya terakhirnya untuk memenuhi janji kampanyenya, pada Jumat (13/10) memberi pukulan keras terhadap kesepakatan nuklir Iran tanpa menghapuskannya.

"Saya mengumumkan hari ini bahwa kami tidak bisa dan takkan membuat sertifikasi ini (mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir)," kata Trump di Gedung Putih, saat ia mengungkapkan strategi baru pemerintahnya mengenai Iran.

Pencabutan sertifikasi itu takkan membuat Amerika Serikat keluar dari kesepakatan nuklir Iran pada saat ini, tapi itu akan membuka jendela 60-hari, yang memungkinkan Kongres AS memberlakukan kembali sanksi yang berkaitan dengan nuklir atas Iran, langkah yang akan berarti pelanggaran terhadap kesepakatan oleh pihak AS.

Selama pidatonya pada Jumat itu, Trump menyebut kesepakatan nuklir Iran, yang secara resmi dikenal dengan nama Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA), sebagai "salah satu transaksi yang paling jelek dan paling satu pihak yang pernah dimasuki Amerika Serikat".

Trump menyalahkan Iran karena melakukan "banyak pelanggaran kesepakatan" dan "tidak menghidupkan semangat kesepakatan tersebut".

Tuduhannya mengenai pelanggaran Iran terhadap kesepakatan itu tampak bertolak-belakang dengan pernyataan Menteri Dalam Negerinya Rex Tillerson, yang sebelumnya mengatakan berdasarkan JCPOA, Amerika Serikat tidak membantah bahwa Iran "melakukan kepatuhan ".

IAEA pada masa lalu delapan kali memberi pengesahan mengenai kepatuhan Iran pada kesepakatan nuklir tersebut. (ant/yps)

Berita terkait