Solo - Tempat Pembuangan Akhir (TPA) Putri Cempa Mojosongo, Solo, terbakar. Diperkirakan kebakaran meluas mencapai 2,5 hektare.
Kebakaran gunung sampah tersebut sudah berlangsung dua pekan ini. Akibat kebakaran yang semakin meluas, menimbulkan kabut asap tebal hingga mengganggu penafasan bagi masyarakat sekitar.
"Biasanya sore sampai malam itu asap banyak. Anak-anak itu diungsikan ke tempat saudara yang jauh. Biasanya ada obat masker kok ini tidak ada," ungkap Joko, warga Jatirejo RT 3/39 Mojosongo, Solo, yang rumahnya berada di utara TPA, Senin 7 Oktober 2019.
Joko menjelaskan, setiap angin tertiup ke arah utara, asap kebakaran gunungan sampah tersebut menyebabkan sesak napas dan mata terasa perih.
Kabut asap tersebut bahkan mengganggu pemandangan warga. Akibatnya, banyak warga yang mengungsi ke tempat sanak saudara yang aman, khusunya anak-anak dan balita.
Bau dan juga asapnya itu perih di mana kita memilih mengungsi
Tak hanya Joko, dampak kebakaran tempat pembuangan sampah terbesar di Solo tersebut juga dirasakan oleh warga Plesungan, Karanganyar.
"Ini kebakaran sudah beberapa minggu terakhir dan mengganggu aktivitas warga sehari-hari. Bau dan juga asapnya itu perih di mana kita memilih mengungsi," ujar Ambat, 34 tahun, warga Ketekan RT 8 RW 9, Plesungan, Gondangrejo, Karanganyar.
Bagikan masker
Untuk mengurangi dampak akibat kabut asap, Dinas Lingkungan Hidup Surakarta membagikan masker kepada warga yang terdampak kabut asap.
Pemkot juga terus berusaha menangani kebakaran sampah tersebut, upaya prmadaman terkendala dengan medan dan sulitanya mendapatkan air.
"Minggu sudah dibagikan warga terdampak, gimana anginya ke sana. Kita tidak bisa apa-apa. Kita sibuk menangani agar api bisa mati terus. Tapi api muncul terus, biasanya PMI, DKK," ujar Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Sri Wardhani Poerbowidjojo.[]