Tolak Jenazah Corona Semarang, Ketua RT: Warga Kaget

Warga Semarang digegerkan dengan penolakan penguburan jenazah perawat yang diduga meninggal karena terinfeksi virus Corona. Ini penjelasan ketua RT
TPU Siwarak Suwakul, tempat yang rencananya menjadi peristirahatan terakhir Nuria Kurniasih, perawat yang meninggal karena Covid-19. (Foto: Tagar/Budi Utomo)

Semarang - Hari Kamis 9 April 2020 sore, warga Semarang
digegerkan dengan penolakan jenazah perawat yang meninggal karena terinveksi virus Corona. Ketua Rukun Tetangga (RT) di wilayah Tempat Pemakaman Umum (TPU) tempat jenazah akan dimakamkan mengatakan wargat kaget dan panik.

Almarhumah bernama Nuria Kurniasih, perawat Rumah Sakit
Kariadi yang meninggal karena terinfeksi covid-19. Jenazah sedianya dimakamkan di TPU Siwarak Suwakul, Kelurahan Bandarjo, Kecamatan Ungaran, Kabupaten Ungaran.

Seandainya ada pemberitahuan terlebih dahulu bahwa jenazah
meninggal karena Corona, saya akan memberi pengertian pada warga.

Jenazah dibawa ke pemakaman dengan standard of procedure (SOP) pemakaman jenazah covid-19. Namun sesampainya di pemakaman, warga menolak pemakaman tersebut. Dialog yang alot dan ketegangan antara warga dan petugas terjadi hingga Magrib.

Hingga pada akhirnya Almarhumah Nuria Kurniasih urung dimakamkan di TPU tersebut. Hal itu sontak membuat marah dan geram warga Semarang dan juga warganet yang mengikuti berita tersebut di media sosial.

Atas insiden yang viral di dunia maya itu, Tagar menemui Bambang, 50 tahun, Ketua Rukun Tetangga (RT) setempat.

“Sebenarnya jenazah bukan warga sini [kelurahan Bandarjo],
tapi warga kelurahan Susukan. Keputusan memakamkan di sini adalah karena ada ahli waris di wilayah sini,” ujar Bambang kepada Tagar pada Jumat pagi, 10 April 2020.

Meskipun begitu, lanjutnya, warga tetap cooperatif untuk menerima jenazah. Buktinya, warga sudah menyiapkan liang lahat saat ada pemberitahuan kalau ada jenazah yang akan dimakamkan di TPU itu.

“Sayangnya, tidak ada pemberitahuan secara rinci kalau jenazah meninggal karena covid-19,” kata ketua RT yang mengaku pendatang (bukan warga asli) itu.

Bambang mengatakan, saat jenazah datang dengan diiringi
standard of procedure (SOP) pemakaman covid-19, warga kaget dan panik. Mereka shock melihat iring-iringan ambulan dan mobil lainnya serta petugas yang mengenakan Alat Pelindung Diri (APD) yang lengkap.

“Seandainya ada pemberitahuan terlebih dahulu bahwa jenazah
meninggal karena Corona, saya akan memberi pengertian pada warga dan pasti mereka bisa mengerti,” tuturnya.

Bambang mengulangi, pada intinya, apabila warga tidak kaget
melihat SOP pemakaman covid-19 yang ketat itu, mungkin insiden Kamis sore itu tidak akan terjadi.

Pantauan Tagar pada Jumat pagi di sekitar TPU Siwarak Suwakul khususnya dan wilayah Ungaran pada umumnya cukup normal. Warga
beraktivitas seperti biasa dan tidak terdampak dengan kejadian tersebut dan juga tidak terganggu dengan isu wabah Corona. []

Berita terkait
Penumpang Kereta Api Semarang Wajib Pakai Masker
Tak pakai masker, penumpang di Daop 4 Semarang tak dibolehkan naik kereta api dan tiket dikembalikan utuh.
8 Hari, 17 Pasien Positif Corona di Semarang Sembuh
Wow, prestasi ditorehkan Kota Semarang di penanganan virus corona. 17 pasien positif sembuh, 10 di antaranya sembuh pada Rabu, 8 April 2020.
Pencegahan Corona Merambah ke Kampung di Semarang
Isolasi wilayah demi mencegah penyebaran virus corona tak hanya dilakukan di jalan protokol Semarang. Warga juga menerapkan hal sama di kampungnya.
0
Penduduk Asli Pertama Amerika Jadi Bendahara Negara AS
Niat Presiden Joe Biden untuk menunjuk Marilynn “Lynn” Malerba sebagai bendahara negara, yang pertama dalam sejarah Amerika Serikat (AS)