Jakarta - Togu Simorangkir seorang pegiat sosial dan merupakan cicit dari Raja Sisingamangaraja XII bersama dua orang rekannya Anita Hutagalung, dan Irwandi Sirait, melakukan aksi berjalan kaki dari Toba ke Jakarta, untuk menemui Presiden RI Joko Widodo terkait penutupan PT Toba Pulp Lestari (TPL).
Mereka mengaku geram akan ulah PT TPL, sehingga mereka melakukan perjalanan yang dimulai dari Makam Raja Sisingamangaraja XII, di Soposurung, Balige, Senin, 14 Juni 2021.
Aksi ini didasari berawal dari masyarakat dan karyawan PT TPL yang sempat terlibat bentrok terkait lahan di Desa Natumingka, Kecamatan Borbor, Kabupaten Toba, Sumatera Utara.
Bentrokan itu dipicu rencana pihak PT TPL yang ingin menanam eukaliptus di atas tanah adat masyarakat Natumingka. Akibat bentrokan itu, puluhan masyarakat setempat mengalami luka-luka.
Ketua Aliansi Masyarakat Adat Nusantara (AMAN) Tano Batak, Roganda Simanjuntak, mengatakan bentrokan antara masyarakat dengan pihak PT TPL, sudah lama berlangsung.
Bahkan sepanjang 2020-2021, lanjut Roganda, sekitar 70 warga dilaporkan PT TPL ke polisi. Konflik lahan konsesi TPL pun terjadi di Toba, Simalungun, Taput, Humbahas.
Oleh karena itu, aksi jalan kaki ini dilakukan dengan nama aksi 'Ajak Tutup TPL'. Sebelum melakukan aksi keberangkatan menuju jakarta untuk bertemu dengan presiden Jokowi para penatua menjalankan ritual pemberangkatan ketiga orang tersebut di depan Makam Raja Sisingamangaraja XII.
Usai melakukan ritual dan doa pemberangkatan, Togu Simorangkir terlihat memohon restu untuk pamit kepada ibu dan istrinya. Satu anaknya Togu Simorangkir, Bumi Simorangkir ikut juga dalam aksi tersebut.
Kita melakukan hal ini sebagai bentuk respons kita atas peristiwa 18 Mei 2021 di Desa Natumingka kita sudah geram, kita sudah muak dengan perusahaan TPL yang semena-mena terhadap lingkungan.
“Kegiatan ini kita namakan Ajak Tutup TPL. Aksi Jalan kaki Tutup TPL dari Toba ke Jakarta,” ujar Togu Simorangkir saat ditemui dilokasi Makam Sisingamangaraja XII.
“Kita melakukan hal ini sebagai bentuk respons kita atas peristiwa 18 Mei 2021 di Desa Natumingka, kita sudah geram, kita sudah muak dengan perusahaan TPL yang semena-mena terhadap lingkungan,” ujarnya.
Sebelumnya, ketiga orang tersebut, telah mempersiapkan diri sekitar sebulan. Aksi mereka tersebut merupakan sebagai peringatan 114 tahun gugurnya Raja Sisingamangaraja yang dikenal sebagai pahlawan nasional untuk melawan penjajah, Belanda.
“Tidak lebih dari sebulan kita sudah persiapkan dan kita sudah putuskan untuk berangkat. Dan ini juga menyambut 114 tahun Raja Sisingamangaraja XII gugur,” ucapnya.
“Kita mulai perlawanan dengan TPL dari makamnya. Dan semoga, kalaupun dulu Raja Sisingamangaraja XII 30 tahun melawan penjajah dan sekarang kita sebenarnya melawan penjajah dari bangsa sendiri,” ujar Togu.
“Kami mohon doa-doa kawan semua dalam perjalanan ini,” ucapnya.
Diperkirakan aksi jalan kaki Togu Simorangkir dan kedua rekannya tersebut akan memakan waktu 40-50 hari dengan jarak tempuh lebih kurang 1700 km.
Aksi jalan kaki itu hanyalah aksi cari perhatian masyarakat luas akan kasus yang sering terjadi di Tano Batak. "Aksi jalan kaki kami ini tidak lebih hebat dari seruan 'TutupTPL' yang teman--teman buat di lapangan dan di media sosial," katanya.
Togu juga mengatakan aksi yang dilakukannya bersama rekannya bisa saja memunculkan pemikiran orang banyak yang mengatakan bahwa aksi jalan kaki mereka ini akan sia-sia, ingin terkenal, atau pandangan miring lainnya.
"Aksi jalan kaki ini hanya pemantik untuk memastikan Kedaulatan Bangso Batak. Kami hanya ingin bergerak. Hasil itu nomor dua. Yang penting aksi dulu," ucapnya.
Di sisi lain, Aliansi Gerak Tutup TPL Abdon Nababan mengatakan pihaknya akan berusaha menghubungi Sekretariat Presiden. Abdon ingin para aktivis bisa langsung difasilitasi setibanya di Jakarta.
"Harapannya karena sudah beberapa kali Pak Jokowi juga bicara tentang ini, jadi sebenarnya aksi ini mendukung apa yang pernah dijanjikan presiden untuk mengembalikan hutan yang ada di Toba itu ke masyarakat adat," katanya. []