Tingkatkan Kualitas Udara dengan Kampanye Jogja Lebih Bike

Kulitas udara di Yogyakarta kurang baik akibat mobilitas kendaraan. Jogja Lebih Bike mengajak masyarakat meningkatkan kualitas udara di Kota Gudeg.
Ilustrasi Polusi Udara (Foto: Pixabay)

Yogyakarta - Dampak polusi dari moda transportasi semakin menurunkan kualitas udara bersih di Yogyakarta. Jika kondisi ini dibiarkan terus menerus, dapat mengancam kesehatan masyarakat. Untuk mengurangi polusi tersebut, salah satunya memilih moda transportasi yang lebih ramah lingkungan.

Arif Wismadi dari Pusat Studi Transportasi dan Logistik Universitas Gadjah Mada (Pustral UGM) mengatakan, pertumbuhan laju motorisasi yang pesat menyumbang lebih dari 60 persen dari total emisi di Kota Gudeg ini.

Baca Juga:

Ada tiga opsi kebijakan untuk mengatasi permasalah ini, yaitu mengurangi jumlah atau jarak perjalanan, inovasi teknologi dan efisien, serta perpindahan ke moda transportasi yang ramah lingkungan. Seperti sepeda. “Mendorong masyarakat melakukan perubahan pilihan moda transportasi yang minim emisi,” kata Arif di Yogyakarta, Jumat, 19 Februari 2021.

Dalam satu minggu terakhir saja, kualitas udara di Yogyakarta tercatat dalam kondisi bervariasi dengan rata-rata kondisi sedang (moderate). Dalam kondisi ini, masyarakat yang termasuk dalam kelompok sensitif disarankan menggunakan masker untuk menghindari paparan polusi.

Mendorong masyarakat melakukan perubahan pilihan moda transportasi yang minim emisi.

Melihat kondisi tersebut, Arif mendukung adanya kampanye sepeda yang digagas oleh Jogja Lebih Bike. Kampanye ini bertujuan untuk meningkatkan kesadaran warga Yogyakarta dan pemangku kepentingan tentang masalah polusi udara.

Nurul Fatchiati, Peneliti Litbang Kompas, yang berkolaborasi menyelenggarakan Survei Persepsi Publik tentang Polusi Udara bersama Jogja Lebih Bike menambahkan, dalam mobilitas harian, 88 persen masyarakat Yogyakarta masih sangat bergantung pada kendaraan bermotor. "Berdasarkan data di tahun 2020, hanya 2,6 persen warga yang telah bersepeda,” ucap Nurul.

Kerja sama berbagai mitra mulai dari akademisi, lembaga swadaya masyarakat, hingga komunitas pesepeda melalui Jogja Lebih Bike dibangun untuk menggerakkan percakapan publik tentang pentingnya kualitas udara yang baik.

Nurul melanjutkan, survei terhadap 500 responden di sini menunjukkan polusi udara ternyata termasuk dalam tiga isu terpenting bagi warga Yogyakarta selain penanganan Covid-19 dan kriminalitas. “62,5 persen masyarakat yang tinggal di Kota Yogyakarta menilai kualitas udara di lingkungannya tidak baik,” ujarnya.

Baca Juga:

Untuk membantu masyarakat mendapatkan data kualitas udara secara real-time, Jogja Lebih Bike juga bekerja sama dengan Nafas, yakni sebuah startup dengan jaringan sensor kualitas udara terbesar di Indonesia. Lima sensor kualitas udara telah dipasang di berbagai titik polusi di Yogyakarta yaitu di Gondolayu (Tugu), Sayidan, Umbulharjo, Jembatan Janti dan di kampus UGM.

Piotr Jakubowski, Co-founder dan Chief Growth Officer Nafas menyatakan, data kualitas udara yang dapat diakses secara mudah dan real-time saat ini masih terbatas, padahal data kualitas udara menjadi penting untuk dijadikan acuan bagi masyarakat dalam beraktivitas, terutama bagi kelompok sensitif. “Data real-time kualitas udara dapat diakses secara mudah dan gratis melalui aplikasi Nafas maupun website Jogja Lebih Bike,” katanya. []

Berita terkait
Kualitas Udara Banda Aceh Pakai Passive Sampler
Metode passive sampler merupakan salah satu metode sederhana yang digunakan untuk pengukuran kualitas udara ambien dengan menggunakan parameter.
Kualitas Udara Kota Yogyakarta Saat New Normal
Aktivitas warga mulai normal di Kota Yogyakarta. Jalanan mulai ramai dibanding sebelum pemerintah menerapkan new normal.
Corona Bikin Kualitas Udara Lebih Baik di Yogyakarta
Virus Corona yang membuat warga di rumah menjadikan kualitas udara Kota Yogyakarta jauh lebih baik dalam seminggu terakhir dibanding biasanya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.