Tiga Terapi untuk Anak Autisme

Apabila anak terdiagnosa autisme segera lakukan penanganan dengan memberikan terapi yang mencakup tiga hal yakni perilaku, bicara dan okupasi.
Ilustrasi Autisme (Foto: Pixabay)

Jakarta - Dian Sastrowardoyo baru berani mengungkapkan kepada khalayak tentang kondisi anak pertamanya yang terdiagnosis autisme.

Dian, dalam konferensi, dalam konferensi pers Pameran Anak Spesial (SPEKIX) 2019 di Jakarta, dikutip dari Antara, Jumat, 23 Agustus 2019, mengaku tahun tentang kondisi anaknya saat sang anak masuk usia delapan bulan. Dia menyadari ada hal yang berbeda pada putranya.

"Dia enggak punya ketertarikan sama anak-anak lain. Dia enggak bisa menggunakan telunjuk. Mau nunjukin dia tertarik, dia tarik tanganku," ujar Dian tentang putranya, Syailendra Naryama Sastraguna Sutowo.

Penelitian menunjukkan, 80 persen anak berkebutuhan khusus sukses karena orang tuanya (membantu)

Menurut Ketua Masyarakat Peduli Autis Indonesia (MPATI) Gayatri Pamoedji apabila anak terdiagnosa autisme, maka segera lakukan penanganan dengan memberikan terapi yang mencakup tiga hal yakni perilaku, bicara dan okupasi.

"Untuk bicara bisa dimulai dengan 10 benda yang paling sering anak pakai. Di rumah usahakan 30-40 jam per minggu dilakukan terapi," kata dia, di Jakarta dikutip dari Antara, Jumat, 23 Agustus 2019.

Untuk terapi okupasi, bisa berupa olahraga untuk mengoordinasikan motorik halus seperti gerakan jari, motorik kasar misalnya gerakan kaki dan ini bisa dilakukan melalui bantuan orang tua di rumah.

"Orang tua yang harus belajar. Penelitian menunjukkan, 80 persen anak berkebutuhan khusus sukses karena orang tuanya (membantu)," tutur Gayatri.

Dia mengatakan orang tua perlu memberikan tiga kali lipat kasih sayang pada anak dengan autisme di rumah karena mereka merasa tidak aman di luar rumah.

Selain itu, dukungan keluarga besar menjadi hal penting. Jika belum bisa menerima, setidaknya jangan menghakimi anak dengan autisme.

"Anak autis tantrum di mal misalnya, jangan dilihat lebih dari lima detik karena tidak menolong, orang tua merasa terpojok. Jangan dikira anak autis tidak punye perasaan. Jangan bercanda pakai kata autis," kata Gayatri. []

Berita terkait
Anak Dian Sastro Autis
Dian mengungkapkan masalah anaknya itu dalam konferensi pers Pameran Anak Spesial 2019 di Jakarta.
Kepribadian Seseorang Dilihat dari Merek Jam Tangan
Dulu jam tangan digunakan hanya sebagai penunjuk waktu. Namun, saat ini dapat mencerminkan kepribadian pemakainya, dari merek yang digunakan.
Cinta Tanpa Batas Para Peduli Autis di Bali
Saya minta gelas, anak saya memberikan gelas, itu saya anggap anak saya lulus S2, kata Jogester, ayah dari anak kembar autis di Bali.