Tiga Profesor Bicara tentang Tempe

Banyak vegetarian di luar negeri menggunakan tempe sebagai pengganti daging.
Olahan burger tempe. (Foto: Lutfi Yuhandi)

Surabaya, (Tagar 21/3/2018) – Tempe merupakan warisan budaya Indonesia yang ada sejak dulu kala. Bahkan berdasarkan kitab Serat Centhini, tempe telah eksis di Indonesia sejak abad ke-16 dan digunakan sebagai makanan utama di keraton.

Saat ini tempe menjadi makanan yang telah mendunia. Semakin berkembangnya tempe di berbagai negara di dunia membuat United States Soybean Export Council (USSEC) selaku produsen kedelai dari Amerika mengadakan 13th SE Asia Soy Food Symposium 2018.

Acara berlangsung di Ballroom A, Hotel Shangri-La Surabaya selama dua hari, 19-20 Maret 2018. Acara ini menghadirkan 17 pembicara dari berbagai belahan negara yang berkontribusi untuk menyampaikan pemikirannya terhadap perkembangan pemanfaatan soy bean (kacang kedelai).

Profesor Aman Wirakartakusumah dari Institut Pertanian Bogor mengatakan agar tempe dapat menjadi makanan berkualitas internasional harus ditingkatkan baik dari segi produksi, manajemen tempe dan melestarikannya sebagai bagian budaya Indonesia.

Diperlukan kontribusi para perempuan dan kaum muda untuk ikut membantu para produsen tempe. Pernyataan ini tak hanya ditujukan kepada produsen tempe lokal, tetapi juga pengusaha yang telah memiliki industri tempe. Begitu juga dengan pengakuan pemerintah bahwa tempe merupakan warisan budaya Indonesia.

Sementara Profesor Made Astawan selaku Ketua The Indonesia Tempe Forum (ITF) menyampaikan materi “A Collaborative Effort for Tempe Industry Upgrade and Improvement in Indonesia”.

Menurutnya banyak produsen tempe di Indonesia tidak memiliki teknik yang baik dan benar dalam membuat tempe, maka hal yang perlu diperhatikan dalam memproduksi tempe adalah perbaikan kualitas baik dari segi teknik maupun kebersihan.

“Cara kolaboratif yang dapat dilakukan adalah dukungan dari berbagai pihak yaitu pemerintah, produsen tempe, produsen kedelai, institusi riset pangan, dan industri pangan,” ujar Made.

Melalui cara kolaboratif ini diharapkan konsumsi tempe terutama bagi generasi muda semakin giat, layaknya mengenakan pakaian batik dalam berbagai acara. Sekaligus agar tempe dapat diakui oleh UNESCO sebagai warisan budaya dunia mengingat sejarahnya pada waktu lampau dan nilai serta gizi dari tempe itu sendiri.

Profesor Doktor Agustinus Ngadiman dari Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UKWMS berbicara bagaimana tempe dilihat dalam sudut pandang warisan budaya Indonesia.

Tempe yang terbuat dari kedelai, atau dalam bahasa Jawa disebut dhele seringkali muncul dalam lagu daerah. Salah satunya adalah lagu cublak-cublak suweng yang diciptakan Sunan Giri.

“Nilai sosial yang dimiliki tempe adalah orang Jawa merupakan orang yang adaptif, berkompeten, dan dapat bergaul dengan setiap orang, karenanya tempe dapat dimakan dengan ataupun tanpa lauk pendamping,” pungkas Ngadiman.

Selanjutnya, Amita Buissink pendiri Tempe Tahu Mr Bean dan Stefanus Indrayana dari PT Indofood Sukses Makmur berbicara tentang dunia industri secara global.

Seperti diketahui tempe terbuat dari kedelai yang difermentasi menggunakan beberapa jenis kapang seperti Rhizopus oligosporus, Rh. oryzae, Rh. stolonifer atau Rh. arrizhus.

Sediaan fermentasi tempe ini kemudian membentuk ragi tempe. Setelah itu akan muncul miselia kapang yang berwarna putih untuk merekatkan biji kedelai. Hal ini juga yang akan memadatkan tekstur tempe.

Di era modern ini tempe menjadi makanan yang wajib ada di dapur masyarakat Indonesia. Di Indonesia sendiri tempe diolah menjadi beragam makanan seperti tempe goreng, tempe bacem, tempe mendoan, sambal goreng tempe, keripik tempe, brownies tempe hingga yang terbaru adalah cokelat tempe.

Lebih luas lagi kini tempe eksistensinya sudah mendunia. Banyak vegetarian di luar negeri menggunakan tempe sebagai pengganti daging. (lut)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.