Tiga Masukan Agung Wicaksono SBM ITB kepada Rektorat

Agung Wicaksono dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menyampaikan tiga masukan untuk Rektorat ITB.
Agung Wicaksono dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB). (Foto: Tagar/Istimewa)

Jakarta - Agung Wicaksono dari Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) menyampaikan tiga masukan untuk Rektorat ITB yang tertuang dalam sebuah surat yang dilayangkan kepada Sekretaris Institut Teknologi Bandung sebagai wakil dari Rektorat, Minggu, 13 Maret 2022.

Surat tersebut, merujuk kepada surat undangan No. 404/IT.1.B03/TU.08/2022 untuk Audiensi Forum Dosen dan Dekanat SBM pada hari Senin, 14 Maret 2022. 

"Saya menyampaikan tidak dapat menghadiri undangan tersebut karena tugas sebagai professional di perusahaan yang tidak dapat ditinggalkan," demikian tulis Agung Wicaksono, dikutip Senin, 14 Maret 2022.

Meski demikian, sebagai dosen praktisi SBM ITB yang berstatus part-time, saya mendukung sepenuhnya aspirasi dari para dosen SBM ITB yang disuarakan oleh Forum Dosen.


Mendidik adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, dengan tetap menjalankan profesi masing-masing di industri. Karenanya, dengan rasionalisasi yang dilakukan oleh Forum Dosen sesungguhnya kami tetap menjalankan pengajaran untuk membagikan pengalaman kami kepada mahasiswa.


"Untuk itu, perkenankanlah saya menyampaikan hal-hal sebagai berikut sebagai masukan kepada Rektorat Institut Teknologi Bandung," demikian tulis Agung Wicaksono.


1. We stand for Quality. We stand with Solidarity

Dalam surat tersebut, ia menyatakan mendidik adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, dengan tetap menjalankan profesi masing-masing di industri

"Saya bersama para dosen praktisi yang mengajar SBM ITB terutama pada program MBA ITB Jakarta adalah para praktisi industri profesional. Mendidik adalah bagian dari pemenuhan kebutuhan aktualisasi diri, dengan tetap menjalankan profesi masing-masing di industri. Karenanya, dengan rasionalisasi yang dilakukan oleh Forum Dosen sesungguhnya kami tetap menjalankan pengajaran untuk membagikan pengalaman kami kepada mahasiswa," tulisnya.

Lebih lanjut, sebagai contoh pada hari Minggu, 13 Maret 2022 ini Agung masih melakukan bimbingan Final Project kepada mahasiswa MBA yang dilakukan di luar waktu kerja profesional saya di perusahaan. 

"Menjaga kualitas layanan kepada mahasiswa adalah prinsip yang membuat SBM ITB dapat terakreditasi internasional AACSB. Namun kami juga sangat memahami situasi yang dihadapi oleh SBM ITB yang berdampak pada kondisi psikologis, ekonomi dan profesionalisme para dosen fulltime SBM ITB. Karena itu kami berdiri dalam solidaritas dengan seluruh dosen SBM ITB yang saat ini dalam situasi terdzolimi oleh kebijakan yang tidak sesuai dengan prinsip manajemen yang menempatkan human capital dalam posisi sentral," demikian isi surat tersebut.

Berdasarkan pengalaman di perusahaan, lanjutnya, sumber daya manusia yang berserikat untuk bersuara dan sesungguhnya dijamin haknya sebagai warga negara biasanya terjadi ketika ada hambatan dalam saluran komunikasi dengan pimpinannya.


2. Dosen Praktisi Mengajar di SBM ITB Sesuai Prinsip Kampus Merdeka

Para dosen praktisi termasuk yang mengajar di MBA ITB Jakarta adalah dosen dengan latar belakang pengalaman kepemimpinan, manajerial dan kewirausahaan di tingkat nasional dan internasional.

Mengajar sebagai praktisi adalah sesuai dengan prinsip Kampus Merdeka terutama Indikator Kinerja Utama No 4, yaitu Praktisi Mengajar di Kampus. 

"Latar belakang pendidikan kami ada yang Doktoral (S3), maupun Magister (S2) bahkan para dosen tamu ada yang Sarjana (S1), namun semuanya memiliki pengalaman praktek di industri untuk membawa manfaat bagi para mahasiswa," tulisnya.

"Kami prihatin dengan pernyataan Rektorat yang disampaikan di hadapan para Kaprodi pada tanggal 7 Maret 2022 bahwa program MBA adalah program S2 yang seharusnya tidak boleh diajar dosen yang tidak bergelar S3 dan tidak memiliki jabatan fungsional. Hal ini mengabaikan esensi program MBA yang berorientasi praktis, dan diperlukannya dosen praktisi meskipun tidak bergelar S3," tulisnya.

Bahkan para mentor praktisi kewirausahaan, lanjutnya, tidak dapat diakomodir dalam sistem anggaran dan biaya ITB padahal merekalah yang dibutuhkan mahasiswa dalam program Kewirausahaan. Jika penolakan dosen praktisi tanpa gelar S3 tersebut alasannya adalah peraturan, maka sesungguhnya kebijakan Kemendikbudristek sudah mengarah kepada Standar Nasional Pendidikan Tinggi.

"Di mana saat ini saya ditugaskan oleh Kemendikbudristek menjadi salah satu anggota tim sebagai dosen ITB untuk merevisi Peraturan Menteri tentang itu yang didasari prinsip mission differentiation dalam pengelolaan bidang ilmu yang berbeda. Karena itu kami menyuarakan agar ITB dapat mengakomodir bahkan juga mengembangkan para dosen praktisi di dalam jalur pengembangan karir dosen, sesuai kebutuhan bidang ilmu bisnis dan manajemen," tulisnya.


3. Kunci Sukses Business Schools di Dunia: Otonomi

"Sebagian besar dari kami sebagai professional di dunia bisnis mengetahui dan mengenyam pendidikan dari business schools terkemuka di dunia," demikian tulisnya.

Satu hal yang sangat penting sebagai kunci sukses dari world class business schools adalah otonomi dalam pengelolaan. Hal ini termasuk yang kami lihat menjadi kunci kesuksesan dari SBM ITB sehingga meraih akreditasi AACSB. 

"Kami mengkritisi Peraturan Rektor 1162/2021 yang mencabut swakelola SBM ITB, karena berdampak kontraproduktif terhadap kesuksesan SBM ITB dan bertentangan dengan prinsip keberhasilan world class business schools. Harvard University sebagai salah satu universitas ivy league dengan Harvard Business School yang terkemuka, memiliki prinsip ETOB (Every Tub on its Own Bottom), yang bermakna bahwa setiap sekolah/fakultas berdiri secara mandiri dan karenanya terdapat desentralisasi manajemen keuangan," katanya dalam surat tersebut. 

Tentunya dengan derajat kemandirian yang berbeda-beda dalam desentralisasi ini, bergantung pada kemampuannya, sehingga peran top management (rektorat) dan dukungan pemerintah masih diperlukan dengan proporsi yang berbeda-beda. 

Hal ini adalah umum bagi universitas kelas dunia memiliki nama yang khusus bagi business schoolsnya, seperti MIT dengan Sloan School of Management, Judge Business School milik Cambridge di UK, juga Krannert School of Management di Purdue University tempat Ibu Rektor menempuh pendidikan pascasarjana, dan contoh-contoh lainnya yang menunjukkan perbedaan sekolah bisnis di dalam satu kesatuan universitas. 

"Karena itu, saya meyakini bahwa prinsip In Harmonia Progressio Bersama Bertumbuh dalam Keberagaman yang dipegang teguh ITB akan dapat tercapai dengan otonomi yang diterapkan bukan hanya di SBM, namun secara bertahap juga pada Sekolah dan Fakultas lainnya. Seperti prinsip Bhinneka Tunggal Ika yang mengikat teguh negara ini, tetap menjadi satu di dalam perbedaan," demikian tulisnya.

"Demikian masukan saya untuk Audiensi yang tidak dapat saya hadiri dan merupakan penegasan sikap dukungan saya terhadap perjuangan Forum Dosen SBM. Atas perhatian Ibu Rektor beserta Bapak-Ibu Wakil Rektor dan Sekretaris Institut saya ucapkan terima kasih," demikian akhir surat tersebut. []


Berita terkait
Rektor ITB Pernah Nyatakan Setuju Otonomi Bagi SBM ITB Saat Kampanye
Salah satu Pendiri SBM ITB meminta Rektor mengingat kembali pernyataannya yang menyetujui otonomi bagi sekolah bisnis dan manajemen SBM ITB.
Forum Dosen SBM ITB: Walau Beda Pandangan, Kami Tetap Satu
Forum Dosen Sekolah Bisnis dan Manajemen Institut Teknologi Bandung (SBM ITB) melakukan petisi yang menuntut otonomi kepada Rektor ITB Rein.
Konflik, SBM ITB Tidak Beroperasi Seperti Biasa
Dengan berbagai pertimbangan, FD SBM ITB juga menyatakan tidak akan menerima mahasiswa baru sampai sistem normal kembali.
0
Melihat Epiknya Momen Malam HUT DKI Jakarta Lewat Lensa Galaxy S22 Series 5G
Selain hadir ke kegiatan-kegiatan yang termasuk ke dalam agenda perayaan HUT DKI Jakarta, kamu juga bisa merayakannya dengan jalan-jalan.