Kulon Progo - Kegiatan Nyadran Agung tahun 2020 di Kabupaten Kulon Progo terpaksa harus ditiadakan akibat dari adanya pandemi Covid-19. Sebagai gantinya, maka kemudian digelar pentas seni religi, yang dibuka secara resmi oleh Bupati Kulon Progo, Sutedjo di Auditorium Taman Budaya Kulon Progo, Senin malam, 6 September 2020.
Pelaksanannya sampai dengan tanggal 29 September 2020, dengan mengambil tiga lokasi yaitu Auditorium Taman Budaya Kulon Progo, Studio Megaswara Kulon Progo FM dan Wisma Dharmais Pengasih. Mereka yang menjadi peserta, adalah perwakilan dari 87 Kalurahan dan satu Kelurahan Kabupaten Kulon Progo.
Kepala Dinas Kebudayaan Kulon Progo, Niken Probo Laras mengatakan, pentas seni religi tersebut, pihaknya ingin memberi ruang ekspresi bagi kelompok seni religi Kabupaten Kulon Progo. "Saya garis bawahi, seni religi tidak hanya terpaku pada agama Islam saja namun juga untuk semua agama," ucapnya di Kulon Progo, Selasa, 7 September 2020.
Niken menjelaskan, karena masih dimasa pandemi maka kegiatan tersenut dilaksanakan secara tertutup dan tanpa penonton serta mengacu pada protokol pencegahan Covid-19. "Kami siarkan secara live streaming melalui akun channel YouTube Dinas Kebudayaan Kulon Progo," ujar Niken.
Saya garis bawahi, seni religi tidak hanya terpaku pada agama Islam saja namun juga untuk semua agama.
Melalui kegiatan ini harapannya, para seniman khususnya di bidang religi mendapatkan ruang dan meningkatkan kreativitas. "Harapannya tentu mampu mengajak masyarakat untuk semakin mendekatkan diri kepada Tuhan," ujarnya.
Bupati Kulon Progo, Sutedjo mengapresiasi atas terselenggaranya kegiatan tersebut, mengingat di Bumi Binangun ini terdapat kesenian yang sangat beragam. Kesenian sebafau warisan leluhur harus dilestarikan. "Ini harus harus dilestarikan, karena seni budaya, bisa dijadikan media edukasi dan penyampaian informasi positif pada masyarakat," ungkapnya.
Menurut dia, seni budaya juga bisa menjadi filter atas perkembangan teknologi informasi dan globalisasi yang diketahui banyak memuat informasi positif maupun negatif. "Seni adalah penyaring," tutur Sutedjo. []