Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020 Saat Pagebluk

Gelaran Festival Kebudayaan Yogyakarta pada 2020 ini tampil beda akibat pagebluk. Berikut rangkaian acaranya.
Jumpa pers Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2020 di Dinas Kebudayaan DIY (Foto: Dok Humas FKY/Tagar/Evi Nur Afiah).

Yogyakarta - Mulanira2 menjadi tema besar Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2020 dengan judul Akar Hening di Tengah Bising. FKY 2020 kali ini dituntut harus membaca situasi dan kondisi serta tantangan adaptasi ruang hidup dalam situasi pagebluk.

Mulanira kata yang diambil dari bahasa Jawa kuno yang berarti wiwitan atau pada mulanya ini selaras dengan tujuan FKY untuk mengenalkan beragam kebudayaan di Yogyakarta.

Wabah Covid-19 yang menjangkiti semua belahan dunia memaksa lahirnya kebiasaan baru, begitu juga pagelaran FKY 2020. Festival yang sebelumnya digelar secara leluasa dalam mengundang kerumunan kini harus diselenggarakan dengan format yang berbeda. Semua pertunjukan dan pameran disajikan dengan konsep daring melalui website www.fkymulanira.com dan luring dengan menghadirkan program melalui televisi dan radio.

”Laman website www.fkymulanira.com akan menjadi venue utama FKY 2020. Meskipun secara garis besar akan digelar dengan konsep daring dan luring, khusus untuk Pameran Seni Rupa akan tetap dihadirkan secara langsung dengan batasan kunjungan dan protokol kesehatan,” kata Direktur Utama FKY Paksi Raras Alit saat jumpa pers di Dinas Kebudayaan DIY, Senin, 7 September 2020.

Sedikit berbeda dengan tahun sebelumnya, FKY 2020 akan diselenggarakan selama 6 hari mulai tanggal 21 sampai dengan 26 September 2020. Judul Akar Hening di Tengah Bising di FKY 2020 dimaknai sebagai pengingat, bahwa seiuh apapun kondisi yang harus semua orang jalani tetap memiliki ruang dalam mengupayakan produksi pengetahuan, memperlebar celah-celah ruang yang menghidupi kekuatan bertahan warga dan mempertajam daya baca kita.

“Mengusung semangat yang sama di tengah pandemi Covid-19 ini. FKY harus tetap terselenggara seperti layaknya sebuah festival dengan mengikuti protokol kesehatan dan pemanfaatan teknologi digital,” ujar Paksi.

Jumpa Pers Festival Kebudayaan Yogyakarta 2020Foto bersama usai jumpa pers Festival Kebudayaan Yogyakarta (FKY) 2020 di Dinas Kebudayaan DIY (Foto: Dok Humas FKY/Tagar/Evi Nur Afiah).

Menurut Paksi, transformasi FKY ke panggung virtual ini mempunyai tantangan tersendiri baginya. Ia menilai tak semua kegiatan seni dan budaya bisa dinikmati ketika medianya berganti. “Contohnya pameran seni, pameran itu dinilai kehilangan rasa jika disajikan melalui virtual. Pengunjung pameran terbiasa menikmati secara detail karya-karya di pameran, untuk itu pameran seni rupa tetap dihadirkan secara langsung,” tutur Paksi.

Mengusung semangat yang sama di tengah pandemi Covid-19 ini. FKY harus tetap terselenggara seperti layaknya sebuah festival dengan mengikuti protokol kesehatan dan pemanfaatan teknologi digital.

Direktur Kreatif FKY Gintani Nur Apresia Swastika menjelaskan, seniman khususnya di Yogyakarta menjadi target FKY 2020 untuk turut berperan aktif dalam upaya pemulihan serta para pekerja seni yang terdampak Covid-19.

Pada FKY 2020 dihadirkan 33 seniman dengan ragam medium karya mulai dari patung, instalasi, lukisan, foto, audio visual, hingga buku. Beberapa seniman yang berpartisipasi antara lain, Sugeng Oetomo, Bioscil, The Freak Show Man, Wok The Rock, Timoteus Anggawan Kusno, Handiwirman Saputra, dan lainnya.

Manajer Pameran Seni Rupa Sukma Smita mengungkapkan, pameran seni rupa ini menjadi menarik karena menghadirkan salah satunya, Sugeng Oetomo. Sugeng adalah seorang penata lampu pertunjukan, ia melakukan kerja artistik di belakang panggung yang jarang dilihat audiens. Praktik kerjanya sejalan dengan semangat Akar Hening di Tengah Bising.

“Kemudian ada Bioscil, yaitu pegiat film yang fokus memberikan edukasi tontonan pada anak-anak di sekolah dan kampung-kampung, aktivitas mereka didasarkan atas kegelisahan pada tontonan anak-anak hari ini yang tidak sesuai dengan usia mereka,” jelas Sukma.

Pengunjung dapat menikmati pameran ini melalui dua metode kunjungan, yaitu kunjungan virtual melalui website www.fkymulanira.com dan kunjungan langsung di Kompleks Museum Sonobudoyo pada 21 – 26 September 2020 pukul 10.00-18.00 WIB.

Akan diberlakukan aturan selama kunjungan langsung ke pameran, seperti pemeriksaan suhu tubuh, pengaturan jarak orang, durasi lama kunjungan, dan jumlah pengunjung. Ada pembatasan kunjungan, yaitu 30 orang per sesi dan harus melakukan registrasi terlebih dahulu, serta diwajibkan mengenakan masker. []

Berita terkait
10 Festival Wisata Budaya Kampung Budaya Polowijen
Kampung Budaya Polowijen menggelar 10 event festival bersama peserta Kuliah Kerja Nyata Universitas Negeri Malang.
Padang Gelar Festival Perpaduan Dua Budaya
Pemerintah Kota Padang, menggelar festival perpaduan budaya Tionghoa dan Minangkabau.
Unik, Kirab Budaya Festival Sarung Batik di Pekalongan
Pada Festival Sarung Batik di Pekalongan ini juga ditampilkan sejumlah pertunjukan antara lain tari kreasi, musik rampak, reog, dan barongsai.