TGB Sindir Ulama Nyinyir di Kubu 02 Prabowo-Sandi

Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyindir ulama yang suka nyinyir di kubu 02 Prabowo-Sandi.
Didampingi direktur komunikasi politik Usman Kamsong dan Direktur program TKN Jokowi KMA, TGB mengkhawatirkan hoaks dapat menyebabkan perang saudara. (Foto: Tagar/Gemilang Isromi Nuari

Bandung - Muhammad Zainul Majdi atau Tuan Guru Bajang (TGB) menyindir ulama nyinyir yang sering menyampaikan dakwah dengan narasi kekerasan hingga memfitnah salah satu pasangan capres dan cawapres.

Hal tersebut disampaikan TGB dalam ceramahnya di acara 'One Day Training With TGB Zainul Majdi atau TGB' di Masjid Pusdai Jawa Barat, Kamis 11 April 2019.

“Ada ulama atau kiai yang berdakwah tentang Islam tetapi berbau darah, kekerasan, sedikit demi sedikit kekerasan. Apalagi yang seolah-olah Pilpres 2019 ini menjadi perang badar atau menjadikannya perang keimanan dan kekufuran lalu mengajak salah satu pasangan jangan didengar apalagi diikuti,” tutur TGB.

Menurut TGB agama Islam sesungguhnya tidak mengajarkan dakwah dengan cara yang seperti itu. Lihat bagaimana Rasulullah SAW berceramah, datang ke Madinah saat jumlah umat Islam sedikit tetapi beliau tetap berceramah dengan baik, tidak menjelekkan, tidak memfitnah tetapi lebih mengayomi seluruh umat baik yang muslim dan non muslim. Sehingga, Rasulullah SAW dijadikan rujukan pemimpin oleh masyarakat Madinah yang waktu itu lebih banyak dihuni oleh masyarakat non muslim.

“Masyarakat Madinah yang belum masuk agama Islam saja menjadikan Rasulullah SAW rujukan pemimpin, karena beliau mengayomi semua umat Islam dan umat non muslim, tidak mengkotak-kotakannya,” katanya.

Apabila berbeda pilihan politiknya seperti yang mendukung Jokowi-KH Ma’ruf Amin maka disebut ulama munafik atau kafir.

Artinya, jelas TGB, dakwah yang baik itu harus yang mengayomi, bukan yang suka menjelek-jelekkan orang hanya karena berbeda pilihan politik. Mengayomi semua umat manusialah yang seharusnya dihadirkan dalam ceramah-ceramah saat ini, bukannya memecah-belah, memfitnah salah satu capres dan cawapres ataupun kubu tertentu.

“Sehingga tanpa diminta pun umat Islam terutama non muslim akan menghormati kita yang muslim dan menjadikan kita teladan. Daripada jumlah kita banyak tetapi tidak mengayomi kelompok beragama lainnya, justru memilah dan memisah-misahkan hanya akan menghadirkan kecemasan dan keresahan,” jelas dia.

Disamping itu, dalam ceramahnya TGB pun menyoroti soal label ulama yang kini dipersempit atau dilabeli ulama munafik bahkan ulama kafir hanya karena berbeda pilihan politiknya.

“Kalau dulu itu label ulama itu yang sering menyampaikan risalah-risalah kebaikan dan konsisten melakukannnya dengan alasan takut kepada Allah SWT dan demi kebaikan umat. Tiba-tiba istilah ulama kini dipersempit,” tutur TGB.

Apabila berbeda pilihan politiknya seperti yang mendukung Jokowi-KH Ma’ruf Amin maka disebut ulama munafik atau kafir. Label tersebut disematkan kepada ulama hanya karena memilih membantu pemerintah memperjuangkan umat Islam, dan tidak sejalan dengan ide politik untuk mendukung pasangan nomor urut 02.

“Sampai-sampai ulama yang bertahun-tahun berjuang demi Islam dan dakwahnya menyampaikan risalah kebaikan, tak memiliki media sosial dan tak pernah masuk televisi. Kemudian berceramah tentang Islam dan bersama-sama dengan pemerintah memajukan ulama dan agama Islam disebut ulama penjilat pemerintah,” ujar TGB.

Ironis memang dengan yang terjadi saat ini. Oleh karena itu dirinya mengajak umat untuk kembali kepada Alquran. Kembali kepada dakwah yang menyampaikan risalah kebaikan agama Islam yang rahmatan lil’alamin.

“Mari kita ikuti dan contoh dakwah Islam yang menghadirkan kedamaian dan kelapangan, yang mengingatkan kita kembali kepada yang baik, yang mempersatukan bukan yang menakut-nakuti apalagi memfitnah,” tutup dia. []

Baca juga:

Berita terkait