Teror Ular Kobra

Teror ular kobra di segala penjuru. Di Klaten, Yogyakarta, Bogor, Jember, Jakarta Timur, Makassar. Masuk apartemen, masuk kantor bank. Ada apa?
Ilustrasi - Ular Kobra. (Foto: Pixabay)

Jakarta - Teror ular kobra di segala penjuru. Di Klaten, Yogyakarta, Bogor, Jember, Jakarta Timur, Makassar. Kobra meneror dengan masuk rumah, kantor, muncul di permukiman padat penduduk. Tidak ada kasus orang meninggal karena teror tersebut, tapi tetap membuat mencekam. Ada apa sesungguhnya?

Pengamat satwa liar dari Universitas Airlangga (Unair) Surabaya Dr Boedi Setiawan mencatat ada siklus setiap tahun saat berbagai jenis satwa liar termasuk ular kobra masuk ke permukiman padat penduduk. Fenomena ini terjadi karena habitatnya semakin terhimpit oleh pertumbuhan pembangunan untuk kepentingan manusia.

Boedi Setiawan mengatakan siklus tersebut biasanya terjadi di setiap pergantian musim pada wilayah permukiman penduduk yang berbatasan dengan hutan atau habitat satwa liar.

"Fenomena yang belakangan terjadi adalah masuknya kawanan ular kobra di sejumlah perkampungan di Jakarta dan Jember, Jawa Timur," ujar Boedi seperti diberitakan Antara, Selasa, 17 Desember 2019.

Telur-telurnya mulai menetas dan insting anak-anak ular kobra itu mencari makan sekaligus mencari kehangatan.

Boedi menjelaskan fenomena itu terjadi karena sekitar tiga bulan yang lalu merupakan musim kawin ular kobra.

"Sekarang ini, bertepatan dengan awal musim hujan, telur-telurnya mulai menetas dan insting anak-anak ular kobra itu mencari makan sekaligus mencari kehangatan di luar habitatnya yang telah rusak akibat perkembangan pembangunan, yaitu dengan masuk ke perkampungan padat penduduk," tuturnya.

Dalam tiga bulan terakhir, berbagai jenis satwa liar masuk ke permukiman padat penduduk di berbagai wilayah Indonesia.

Pada Oktober 2019 seekor bekantan jantan masuk ke perkampungan warga di Mantuil, Banjarmasin, Kalimantan Selatan. Pada akhir November 2019, kawanan gajah liar merusak 14 unit rumah penduduk di Kampung Rime Raya, Kabupaten Bener Meriah, Provinsi Aceh. Sementara pada awal bulan Desember 2019 gajah Sumatera liar juga terlihat berkeliaran di Mandau, Kabupaten Bengkalis, Provinsi Riau. 

Terkini, teror ular di mana-mana di antaranya kobra masuk apartemen di Cengkareng, sanca masuk kantor bank di Makassar. 

Boedi yakin ada kesalahan tata ruang yang menyebabkan berbagai satwa liar tersebut pada siklus tertentu masuk ke permukiman padat penduduk demi bertahan hidup.

"Mungkin karena pertumbuhan penduduk semakin meningkat, otomatis kebutuhan rumah juga sangat meningkat. Artinya di sini memang ada lahan-lahan yang harus dibatasi, tidak semua lahan dibuat perumahan," ujarnya.

Ia menekankan harus ada lahan yang dipertahankan untuk pertanian sehingga masih menyisakan habitat untuk satwa liar, yang selama ini menjadi korban dari pertumbuhan pembangunan.

Boedi seorang aktivis pecinta satwa di komunitas "Wildlife Photography" Surabaya ini mengimbau jika ada kawanan satwa liar masuk ke permukiman warga, agar tidak dibunuh.

Warga diminta untuk menghubungi petugas rescue di instansi perlindungan masyarakat yang ada di setiap daerah.

"Biasanya petugas ini dibantu petugas pemadam kebakaran yang telah terlatih untuk mengevakuasi dan mengembalikan satwa liar yang memasuki perkampungan penduduk tersebut ke habitatnya," ujarnya.

Lebih Jauh tentang Ular Kobra

Berikut fakta-fakta tentang ular kobra berdasarkan penjelasan peneliti reptil dari Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (LIPI) Amir Hamidy dikutip dari situs resmi LIPII, Jumat, 13 Desember 2019.

1. Ular kobra disebut juga ular sendok adalah jenis ular berbisa dari suku Elapidae. Disebut ular sendok karena ular ini dapat menegakkan dan memipihkan lehernya, melengkung menyerupai sendok, apabila merasa terganggu atau merasa terancam oleh musuhnya. Ular ini juga memiliki kemampuan menyemprotkan bisa (venom).

2. Terdapat dua jenis ular kobra di Indonesia. Yaitu kobra sumatera atau Naja sumatrana yang terdapat di Sumatera dan Kalimantan dan kobra Jawa atau Naja sputarix yang terdistribusi di Jawa, Bali, Lombok, Komodo, Rinca, Sumbawa, dan Flores.

3. Ular kobra Jawa menghuni tipe habitat seperti perbatasan hutan yang terbuka, savana, persawahan, dan pekarangan. Ular ini berukuran rata-rata 1,3 meter dan bisa mencapai ukuran panjang 1,8 meter. Sekali bertelur induk betina ular kobra Jawa dapat menghasilkan 10-20 butir telur.

4. Telur-telur tersebut akan menetas dalam rentang waktu tiga sampai empat bulan. Telur kobra diletakkan di lubang-lubang tanah atau di bawah serasah daun kering yang lembab. Awal musim penghujan adalah waktu menetasnya telur ular. Fenomena ini wajar, dan merupakan siklus alami.

5. Suhu ruangan hangat dan lembap cenderung disukai oleh ular untuk tempat menetaskan telur. Hampir semua jenis ular, termasuk induk ular kobra pada periode tertentu, akan meninggalkan telur-telurnya dan membiarkan telur tersebut menetas sendiri. Begitu menetas, anakan kobra akan menyebar ke mana-mana.

6. Ular kobra melumpuhkan mangsanya dengan menggigit dan menyuntikkan bisa pada hewan tangkapan melalui taringnya. Bisa tersebut melumpuhkan saraf dan otot mangsa hanya dalam beberapa menit saja. Meskipun masih bayi, ular kobra sudah memiliki kelenjar bisa yang mampu menghasilkan bisa dan berbahaya bagi manusia.

7. Untuk menghindari masuknya ular ke rumah dapat dilakukan dengan menjaga kebersihan rumah. Gunakan pembersih lantai dengan aroma yang menyengat karena ular tidak suka bau yang tajam. Selain itu juga hindari meninggalkan sampah bekas makanan di rumah. Sampah ini dapat mengundang tikus yang merupakan salah satu mangsa ular.

8. Selalu bersihkan rumah dari tumpukan barang-barang, termasuk perkarangan rumah dari tumpukan daun-daun kering atau material yang menumpuk. Tempat-tempat itu bisa menjadi tempat persembunyian ular.

9. Prinsip pengendalian populasi ular perlu memperhatikan keseimbangan ekosistem sehingga tidak menimbulkan permasalahan ekologi. Untuk keamanan manusia, pemindahan ular bisa dilakukan dengan pendampingan petugas yang berwenang dan memiliki pengetahuan dalam menangani ular berbisa.

10. Jika terjadi kasus gigitan ular kobra, penanganannya dapat mengikuti petunjuk terbaru dari WHO tentang Manajemen Kasus Gigitan Ular. Antibisa kobra Jawa sudah tersedia di Indonesia, sehingga masyarakat dapat memastikan ketersediaan tersebut dengan mengetahui letak rumah sakit terdekat yang memiliki stok antibisa. []

Baca juga:

Berita terkait
Sepatu dan Tabung Gas, Tempat Singgah Ular Kobra
Ruang berongga atau berlobang menjadi tempat bagi induk kobra bersarang. Sepatu dan tabung gas sering menjadi tempat singgah anakan kobra.
Pawang Ular yang Jarinya Cacat karena Gigitan Kobra
Fani, Pawang ular kobra, jarinya cacat usai digigit kobra. Dari situ dia menjadi pawang ular berbisa. Dia bentuk komunitas menangani serangan ular.
Harga Serum Anti-Bisa Gigitan Ular Kobra Mahal
Apabila ada warga DKI Jakarta yang tergigit ular kobra bisa mendapatkan serum anti bisa ular di sejumlah rumah sakit.
0
Ketok Palu Tingkat I Tiga RUU DOB Papua Akan Putuskan DPR Siang Hari Ini
Panitia Kerja (Panja) 3 RUU DOB Papua akan kembali menggelar rapat pengambilan keputusan Tingkat I terkait dengan pembagian batas wilayah.