Terjebak Tawuran Warga di Manggarai Jakarta Selatan

'Minggir-minggir. Awas ntar kena batu, Bu,' teriak seorang warga sambil mengarahkan kamera ponsel ke kerumunan tawuran di Manggarai.
Mobil patroli terparkir di sisi jalan, petugas bersiaga mengantisipasi adanya tawuran susulan di Manggarai, Selasa, 16 Juli 2019. (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Jakarta - Ledakan petasan bersaut-sautan diarahkan secara vertikal ke Jalan Sultan Agung dan jembatan penyeberangan yang menghubungkan Pasar Rumput dan perkampungan Menteng Tenggulun di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan. Disusul lemparan batu seukuran kepalan tangan orang dewasa serta pecahan kaca di tengah jalan sore itu, Selasa, 16 Juli 2019.

Para pengguna jalan otomatis memberhentikan kendaraannya agar tak masuk dalam kerumunan pelaku tawuran. Di tengah jalan, warga yang tawuran berlarian ke sana ke mari. Beberapa di antaranya bahkan ada yang membawa senjata tajam, seperti celurit dan klewang. Klakson mobil dan motor bersahut-sahutan beriringan dengan ledakan petasan serta batu yang beradu dengan pembatas jalan semakin menambah suasana mencekam.

“Minggir-minggir. Awas ntar kena batu, Bu,” teriak seorang warga sambil mengarahkan kamera ponsel ke kerumunan tawuran.

Di tepi jalan, warga yang melintas banyak yang mengabadikan foto dan video tanpa takut terkena lemparan batu atau pecahan kaca. 

Saat mereka mengambil gambar, seorang pelaku tawuran menyusup di antara mereka. Pria berbaju putih berbadan sedikit gempal menggenggam sebuah celurit di belakang punggung. Tak jauh dari situ, berdiri kokoh bangunan pos polisi dengan mobil patroli terparkir rapi di depan.

“Mau ngapain lagi sih nih orang tawuran. Bikin susah orang lewat aja,” seorang pria mengumpat kesal di atas motornya.

Tak berselang lama, polisi datang dengan menembakkan gas air mata untuk menghalau para pelaku tawuran. Efek pedih di mata dan rasa sesak saat terhirup di hidung sesaat setelah gas air mata ditembakkan langsung terasa.

“Aduh perih banget mata gue nih,” kata seorang wanita yang lewat dengan sedikit berlari bersama temannya.

Asap petasan dan gas air mata bercampur dan terlihat mengepul di beberapa sudut jalan. Polisi dengan cepat menghalau warga dengan membawa sebuah senapan laras panjang di tangan.

Minggir-minggir. Awas ntar kena batu, Bu.

Tawuran ManggaraiTawuran antarwarga di kawasan Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2019. (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Tiga Puluh Menit Kemudian

Berkisar 30 menit, tawuran bisa dibubarkan oleh pihak kepolisian. Pelaku tawuran berlarian menuju jalur kereta dekat Stasiun Manggarai. Sisa-sisa batu dan pecahan kaca berserakan di tengah jalan. Petugas oranye bergotong-royong membersihkan jalan.

“Ini isinya pecahan kaca, Mas,” kata seorang petugas oranye sambil menunjukan kantong sampah yang dipegangnya.

Petugas kepolisian beserta TNI berkeliling perkampungan untuk memeriksa keadaan. Beberapa anggota aparat keamanan juga terlihat di beberapa titik. 

Salah satu lokasi berkumpul petugas keamanan berada di tepi rel kereta stasiun Manggarai. Seorang pria dengan kacamata hitam menempel di kepalanya, menjelaskan kronologi kejadian.

"Penyebabnya masih dicari tahu. Lagi diselidiki. Kan udah lama enggak ada tawuran. Baru-baru ini terjadi lagi setelah hampir setahun," ujar Kapolsek Menteng, Dedy Supriadi kepada Tagar sesaat setelah tawuran reda.

Seorang saksi mata menjelaskan kronologi yang terjadi sore itu. Ibu Yayah, perempuan paruh baya yang tinggal di Kampung Tenggulun RT 10 RW 01 Kelurahan Menteng Kecamatan Menteng, Jakarta. Saat kejadian, ia sedang berkumpul bersama ibu-ibu lain. Tiba-tiba saja sesaat kemudian tawuran dimulai.

“Tadi sepi, terus dari arah Kampung Magesen ada petasan diarahin ke sini. Besar-besar petasannya, meledak sampai deket rumah sini,” ujar wanita yang mengenakan daster coklat ini.

Ini isinya pecahan kaca, Mas.

Tawuran ManggaraiKondisi jalanan sesaat setelah terjadi tawuran di Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2019. (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Sejak Tahun 1980-an

Selasa sore itu memang kembali terjadi tawuran di kawasan Manggarai setelah sebelumnya juga terjadi pada Senin sore, 15 Juli 2019. Entah apa pemicunya. Sejak era 80-an, kawasan ini memang dikenal sebagai daerah yang sering terjadi tawuran.

"Di sini mah udah sering. Enggak tahu karena apa," kata seorang wanita penjaga warung, penjual minuman di sekitar kawasan Manggarai Tuyul, dekat Pasar Manggarai, Jakarta Selatan.

Masuk ke area pemukiman, Tagar mencoba mencari informasi terkait tawuran yang seringkali terjadi. Terlihat sekelompok ibu sedang berbincang di sekitar jembatan kecil yang cukup teduh karena adanya pohon berdaun rimbun di sekitarnya. Weni dan Novi di antaranya.

Weni saat itu sedang duduk di tepi jembatan dan Novi duduk di kursi yang ada di atas jembatan berukuran lebar sekitar satu meter. Weni adalah salah satu warga yang tinggal di kawasan belakang Manggarai Tuyul, sedangkan Novi merupakan seorang pejabat RT (Rukun Tetangga) setempat. Mereka bercerita tentang pengalamannya tinggal di situ selama puluhan tahun.

"Sejak tahun 80-an dulu sudah ada tawuran. Warga sini sama Manggarai Tuyul. Tapi itu udah lama banget," ujar Weni yang tinggal di daerah itu selama 38 tahun.

Menurutnya ini sudah seperti ajang tradisi dan selalu ada regenerasi yang melanjutkannya, sehingga permasalahan tak kunjung usai.

Tak hanya Weni, Novi juga turut kesal dengan seringnya aksi tawuran karena warganya juga ikut terdampak dari aksi tersebut.

"Saya bingung itu tujuannya apa. Yang jelas, warga sini cuma kena 'sampahnya' doang. Rumah terkena lemparan batu dan juga petasan. Takutnya itu api, bisa jadi kebakaran," kata Novi dengan raut wajah yang menggambarkan kekesalan.

Wanita yang sejak lahir tinggal di kawasan itu menduga aksi tawuran sudah saling membuat janji antara satu kelompok dan kelompok lain. Menurutnya, banyak juga warga dari luar yang ikut dalam tawuran tersebut.

"Dia sistemnya itu kalau tawuran kayak orang pacaran. Janjian melalui IG (Instagram). Kebanyakan itu warga luar, mengundang orang-orang entah dari mana," ujarnya.

Dulu pernah diadakan kegiatan olahraga antarkampung. Antusiasme warganya juga bagus. Intensitas tawuran juga menurun.

Tawuran ManggaraiKapolsek Menteng beserta jajaran aparat keamanan berjaga di sekitar rel stasiun kereta Manggarai, Jakarta Selatan, Selasa, 16 Juli 2019. (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Penyebab Tawuran

Ketua RW (Rukun Warga) 05, yang daerahnya juga terdampak tawuran, Isnu Dwihartanto menjelaskan penyebab seringnya terjadi tawuran di kawasan tersebut. Menurutnya, hal ini dipicu dari ketersediaan lahan tinggal dan pertumbuhan penduduk yang tidak seimbang. Sehingga, banyak anak muda menyalurkan gejolak mudanya pada hal-hal yang negatif.

"Kebanyakan itu anak-anak usia 14 sampai 24 tahun. Ada yang masih sekolah dan sudah putus sekolah juga," jelas pria berjanggut panjang dan berwarna putih ini.

Minimnya kesadaran warga sendiri juga menjadi salah satu pemicunya. Ia berharap, peran serta pemerintah dalam menghadapi masalah ini. Penyediaan lahan serta pembangunan RPTRA (Ruang Publik Terpadu Ramah Anak) sangat diperlukan untuk menunjang kegiatan positif yang warga bisa lakukan.

Isnu sendiri juga pernah berdiskusi dengan kepala-kepala pimpinan kelompok yang sering melakukan tawuran bersama ketua RT, RW, Camat, Lurah, Pihak Kepolisian, serta Pihak TNI. Menurut mereka, tidak adanya lahan untuk mereka berkegiatan yang memicu terjadinya tawuran antarwarga.

“Dulu pernah diadakan kegiatan olahraga antarkampung. Antusiasme warganya juga bagus. Intensitas tawuran juga menurun,” katanya.

Pria asal Solo, Jawa Tengah ini juga menduga bahwa pendekatan dalam keluarga pelaku tawuran juga sangat minim. Orang tua mereka yang sudah lelah bekerja bisa memicu kurangnya perhatian terhadap anak-anaknya.

“Peran serta keluarga tentu menjadi salah satu hal yang juga sangat penting,” katanya.

Saya sih pernah dengar aja ya. Katanya itu (tawuran) cuman isu aja. Padahal ada transaksi narkoba.

Tawuran ManggaraiPintu jembatan penyeberangan penghubung Pasar Rumput dan Kampung Tenggulun, kondisinya rusak diamuk pelaku tawuran di Manggarai, Selasa, 16 Juli 2019. (Foto: Tagar/Thio Pahlevi)

Desas-desus Warga

Berkaca dari beberapa kejadian, tentunya ini bukan menjadi akhir dari tawuran jika tak ada solusi yang tepat. Kepadatan penduduk, kurangnya lahan pekerjaan, serta kemiskinan menjadi faktor penyebab terjadinya tawuran.

“Kadang saya juga lihat, anak-anak kecil usia SD (sekolah Dasar) itu bermain dengan memperagakan aksi-aksi saat tawuran. Miris saya melihatnya,” ujar Isnu dengan raut wajah menunjukkan keprihatinan.

Dugaan adanya transaksi narkoba dalam setiap terjadinya tawuran bisa jadi bukan hanya isapan jempol belaka. Beberapa warga ternyata mengetahui dan mendengar kabar tersebut. Bahkan di jagat dunia maya, warganet berkomentar dalam sebuah postingan foto saat kejadian tawuran.

Beberapa akun di antaranya mengatakan, seperti @f******, “dikhawatirkan ada transaksi narkoba”. Ada juga @u**************, “Mau ngumpulin orang-orang yang bilang ini settingan, karena mau ada narkoba masuk”. Kemudian @p*********, “Yee si bambankkk!! Bisa aje ngalihinnye. Dan barang haram pun masuk ke pemukiman wkwkk lagu lama kaset kusut”.

Tak hanya warganet, Tagar mencoba mengkonfirmasi hal ini pada warga sekitar. Hasilnya, mereka juga mengetahui adanya kabar tersebut.

“Saya sih pernah dengar aja ya. Katanya itu (tawuran) cuman isu aja. Padahal ada transaksi narkoba,” ujar seorang warga yang enggan disebutkan namanya.

Seorang wanita paruh baya di sebelahnya juga membenarkan kabar tersebut.

“Iya emang pernah dengar selentingan aja kalo ada narkoba. Tapi enggak tahu bener apa enggaknya,” ujarnya. []

Tulisan feature lain:

Berita terkait