Tamasya ke Curug Mariuk Bogor, Dihujani Keluh Warga

Curug Mariuk di Sukamakmur, Sentul, Bogor, menjadi destinasi wisata menarik di Kota Hujan. Lokasi ini diprotes karena pemerintah kurang melek mata.
Curug Mariuk di Sukamakmur Bogor, tempatnya asyik namun masih banyak kritik dari masyarakat, 30 September 2019. (foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Jakarta - Membelah hutan di balik gugusan lembah Sukamakmur, Bogor, dapat menghilangkan kepenatan di kepala. Terlebih setelah menyaksikan birunya dan merasakan kesegaran air yang mengalir di Curug Mariuk. 

Air terjun ini dapat dijangkau 30-45 menit dengan berjalan kaki, menyusuri jalur setapak tanah bebatuan dengan trek menanjak dimulai dari parkiran utama.

Apabila datang sepagi mungkin, pengunjung bisa merasakan berbahagia ria, berendam bebas di kolam selam serasa milik pribadi, tanpa ada seorang pun yang mengganggu.

Teruntuk orang-orang yang memiliki keberanian berlebih, disarankan coba melompat dari tebing setinggi 4 meter, lalu menyelam ke dasar kolam alami sedalam 4 meter. Rasanya penat di kepala hilang seketika, segar awet muda kembali.

Warga Perlu Turun Tangan Pemerintah

Curug Mariuk BogorTiga pengunjung Curug Mariuk, Sukamakmur, Bogor mengarah ke parkiran setelah berwisata ke sana, 30 September 2019. (foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Untuk masuk ke lokasi ini pengunjung akan ditarik biaya sekitar Rp 30.000-Rp 35.000. Harga tersebut sudah terhitung dua orang, plus terhitung motor ke objek wisata

Sangat disayangkan, hingga kini Curug Mariuk kurang dilirik Pemerintah Daerah Bogor (Pemda) dan Dinas Pariwisata setempat, dengan ketiadaan tiket masuk, jaminan asuransi keselamatan bagi pengunjung, hingga akses jalan ke sini yang tergolong kacau.

Rishfan, penjaja dagangan di sekitar area wisata ini menjelaskan, sepengingatannya dana asuransi keselamatan dan kebersihan lokasi wisata dikumpulkan secara swadaya dari hasil rembug warga setempat selama sebulan.

Apabila dana desa cair, nilainya ia pandang kecil. Sangat kurang untuk menopang sektor pariwisata lokal. 

Curuk Mariuk BogorBerendam tiada saingan, terlebih saat pagi hari asyik menyelam di Curug Mariuk, Sukamakmur, Jawa Barat, 10 November 2019. (foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Sambil mengaduk kopi hitam Rishfan tersenyum, kemudian diamenceritakan antusiasme para pencari kesegaran yang rela datang ke sini. Mereka seperti tidak kenal lelah melintasi jalur terjal, namun nikmat.

Rishfan memastikan pendatang dapat terkesima menyaksikan Curug Mariuk di depan mata. Air terjun ini adalah pusat, yang mengaliri banyaknya curug di daerah Sentul, Bogor. Jadi, kata dia, pengunjung sebaiknya mencoba kesegaran yang ada di sana. 

Rishfan berpendapat, seandainya lokasi wisata dikelola dengan baik oleh negara, mungkin saja bisa membantu penduduk sekitar yang mayoritas merupakan pekebun. Asalkan, jangan dikelola pihak swasta, karena tidak jarang mempekerjakan warga negara asing.

Remaja ini sangat menginginkan jalur transportasi menuju area wisata dapat dibenahi sebaik dan secepat mungkin, demi menyedot kedatangan pengunjung.  

Curug Mariuk BogorMenuju Curug Mariuk, Sukamakmur, Bogor, 30 September 2019. (foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Rishfan menyoroti, menuju Curug Mariuk saat ini sangat minim arah penunjuk jalan. Belum lagi bila berbicara problem jalanan yang berlubang, jadi salah satu faktor wisatawan pikir dua kali untuk bertamasya ke sini.

"Jalanan banyak bolong memang. Parah, dapat membahayakan pengendara. Kalau berkenan pemerintah melihat wisata ini dan berikan asuransi bagi pengunjung. Pokoknya jangan dijual ke swasta, penduduk lokal juga harus tetap dilibatkan di sini," kata dia kepada Tagar, di Sukamakmur, Minggu, 30 September 2019.

Andalkan Naluri Biar Bisa Hidup

Curug Mariuk BogorPengunjung Curug Mariuk di Sukamakmur, Bogor, Jawa Barat, saat berbahagia berwisata 30 September 2019. (Foto: (Tagar/private).

Hari itu warungnya terlihat kebanjiran pengunjung. Rishfan sibuk sendirian melayani para pemesan makanan. Dia mengaku belajar hal ini sejak dini. Mengingat beban orang tuanya saat ini sangat besar. Dia ingin coba membantu meski tanpa mendapat pelatihan khusus.

Tangannya tak henti-hentinya memencet termos. Bermodal air panas, dia coba mengeruk untung Sabtu-Minggu, kala pelancong ramai-ramainya berlibur habiskan akhir pekan. 

Pria berusia 17 tahun ini dengan ramah menyambut pesanan tamu. Dia siap sedia membuatkan kopi, mie instan, dan dagangan siap saji lainnya. Hanya pada dua hari ini dia diizinkan coba menjajal nasib sebagai pendulang rupiah, karena Senin-Jumat tugasnya adalah menimba ilmu.  

Sementara adiknya, Yandri, di luar warung sana terlihat sibuk menyapu plastik dan botol yang dibuang, ditelantarkan begitu saja oleh para pengunjung. Di tempat ini memang nampak, belum tersedia tempat sampah satu pun.

"Ya capek juga, ketimbang diam. Bantu kakak dagang, saya bersih-bersih sampah, biar tidak numpuk ganggu pengunjung. Nanti sampah saya bawa ke rumah," kata Yandri.

Tiba-tiba saja Asep menyahut. Pria berusia 38 tahun ini mengaku sebagai warga sekitar. Bolak-balik ia coba bergurau memperkenalkan diri kepada para pejalan yang lain. Sambil mengapit kedua tangan, senyumnya terpancar. Kemudian dia memperkenalkan diri, adalah warga sekitar.

Asep mengatakan memang sejak awal pemerintah tidak melek mata terhadap kemajuan pariwisata Curug Mariuk di Sukamakmur, Bogor. Banyak yang kurang diperhatikan dan tidak merata.  

Bukit MariukPerbukitan arah curug Mariuk Bogor, Jawa Barat. (foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Buktinya, kata dia, jalur menuju Carug Mariuk yang dibuatnya bersama warga setempat berhasil, demi memenuhi kebutuhan ekonomi. Bangga karena campur tangan pemerintah ia rela membelah hutan.

Hal ini harus dilakukan, karena mereka tidak bisa hanya bisa bersandar dari hasil perkebunan kopi yang panennya tahunan, berburu babi hutan, hewan yang penduduk golongkan hama tanaman, tetapi bingung entah dibuang ke mana.

Pria berambut keriting ini merasa bisa mengendus potensi wisata lokal. Ibaratnya tinggal menggelar karpet merah kepada pemerintah menginjak kaki. Demi pengembangan berkelanjutan di sini. 

Dia berharap betul suatu saat nanti pemerintah melalui dinas pariwisata dapat membekali warga dengan pengetahuan mengenai UMKM, sertaa masih banyak hal yang lainnya.

"Bayangkan saja, ini saya dan warga yang belah hutan. Di sini memang kebun kopi, singkong, kami rapikan agar pengunjung nyaman datang. Tetapi gimana lagi pemerintah belum ada yang datang serius melatih, mengubah ini menjadi lebih baik," kata dia.

Mentereng Sebelah Mata


Mariuk BogprJalur turun landasan curug Mariuk, Bogor, Jawa Barat 30 Sepetmber 2019. foto: Tagar/Morteza Syariati Albanna).

Salah seorang pengunjung asal Depok, Hendy dan Yuda mengeluhkan pungutan liar saat dia datang menyambangi Curug Mariuk. Yuda secara cetus mengatakan wisata ini tergolong terisolir. Apalagi tidak ada sinyal, kian sulit dicapai. 

Di balik lembah, air terjun ini sulit diakses tanpa memanfaatkan GoogleMaps dan listrik. Belum lagi, menyoal jalanan berlubang, bisa merusak kendaraan roda dua dan roda empat.

Apabila pemerintah menyeriusi wisata, menurutnya, pengunjung bisa mengetahui tempat ini. Hal tersebut dengan sendirinya akan menguntungkan warga sekitar. Namun, tetap saja dia sebal dengan perilaku pemalak liar.

"Parkir dicegat suruh bayar plus kendaraan. Padahal buat datang ke sini sudah jerih parah, jalanan bolong-bolong, bikin rusak velg kendaraan," ucapnya ketus.

Namun, terlepas dari itu semua, Yuda tidak menyesal bisa mengunjungi tempat ini. Terlebih saat pengunjung sepi, hanya hening yang nikmat, dirinya dapat riang sekenyang mungkin. 

Pria berkepala pelontos ini maunya disebut sebagai penikmat keheningan, karena hutan dan air terjun alami dipastikan tidak ada di DKI Jakarta, tempat dia tinggal saat ini.

"Boro-boro kalau di Jakarta mau berlibur sih ramai, enak cari yang sepi-lah jelas buat hilangkan suntuk," tuturnya.

Saat di Curug Mariuk, Yuda merasakan sensasi berbeda. Dia merasa sementara bisa mengubur kegilaan di kepala. Menjauh dari rutinitas keseharian yang membosankan.

Menurutnya, air terjun ini sangat spesial. Meskipun harus berjalan kaki jauh, nyaris menaikkan bendera putih tanda menyerah. Belakangan ini, duda anak satu ini tidak menyesal mengunjungi jantung hutan di Sukamakmur, Bogor karena menjadi pengalaman berharga baginya.

"Airnya dingin dan segar, dari batu kita bisa lompat ke dasar air yang sangat jernih. Pokoknya pikiran fresh air pegunungan Bogor. Ini saatnya hilangkan kegilaan di Jakarta ha-ha-ha" ucapnya dengan gembirannya, sambil sesekali kepalanya menyelam ke air, menyadarkan kondisi.

Untuk menuju Curug Mariuk dari Jakarta, apabila melewati jalan tol, pengunjung bakal melintasi exit Gerbang Tol Citeureup. Setelah itu, mulai menyusuri jalanan menanjak sekitar 30-60 menit, begitupun dengan kendaraan roda dua, hingga tiba di parkiran utama Curug Mariuk Bogor. []

Berita terkait
Dalam Dekap Malam di Gunung Lawu
Dalam dekap malam yang dingin, harus segera diputuskan untuk melanjutkan perjalanan ke Sendang Drajat.
Gunung Lawu, Melihat Keindahan dari Ketinggian
Cukup jauh menapak jejak, hingga akhirnya diberikan kesempatan menginjak Hargo Dumilah, puncak tertinggi di Gunung Lawu.
Semeru dan Empat Gunung yang Terdampak Kebakaran Hutan
Gunung Semeru di Jawa Timur mengalami kebakaran lahan, apinya menjalar hingga Ranu Kumbolo. Selain itu terdapat empat gunung lain di Jawa, hangus.
0
Gempa di Afghanistan Akibatkan 1.000 Orang Lebih Tewas
Gempa kuat di kawasan pegunungan di bagian tenggara Afghanistan telah menewaskan lebih dari 1.000 orang dan mencederai ratusan lainnya