Pekalongan - Pembelajaran jarak jauh atau daring di Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah, tak bisa diikuti oleh semua siswa. Sejumlah pelajar tetap harus belajar di sekolah karena tidak memiliki handphone (HP).
Ironi itu dialami tiga siswa Sekolah Menengah Pertama Negeri (SMPN) 2 Tirto, yakni Aldila Tribuana, Devi Dina Septiana dan Salsama Putri. Mereka tak seberuntung teman-teman satu sekolahnya yang bisa mengikuti pembelajaran daring karena memiliki handphone.
Meski demikian, ketiga siswa kelas 7 itu tetap memiliki semangat untuk tetap berangkat ke sekolah untuk belajar agar tak ketinggalan materi pelajaran.
"Orang tua tidak bisa membelikan HP, jadi saya tetap berangkat ke sekolah," kata Aldila, Senin 12 Oktober 2020.
Bagi orang tua Aldila yang sehari-hari bekerja sebagai pelayan di sebuah toko sembako, HP merupakan barang mewah. Karena itu, Aldila mesti bersepeda menempuh jarak sekitar tiga kilometer dari rumahnya di Dukuh Kepuh, Desa Pandanarum, Kecamatan Tirto ke sekolah agar bisa tetap mengikuti pembelajaran.
"Sudah 1,5 bulan ini berangkat sekolah. Dari rumah berangkat jam 07.30 WIB naik sepeda," ujar remaja gadis itu.
Orang tua tidak bisa membelikan HP, jadi saya tetap berangkat ke sekolah
Di sekolah, Aldila mengikuti pembelajaran daring dari pukul 08.00 WIB hingga 12.00 WIB. Pembelajaran diikuti menggunakan HP yang dipinjami pihak sekolah.
"Setelah selesai pembelajaran, HP dikembalikan ke sekolah," ujar siswa yang bercita-cita menjadi dokter ini.
Kepala SMPN 2 Tirto Khoirul Huda mengatakan Aldila, Devi dan Salsama memiliki semangat besar untuk belajar meski tidak memiliki HP.
"Mereka tidak punya HP karena kondisi ekonomi orang tuanya sehingga tetap berangkat ke sekolah," ujar dia.
Baca juga: Suasana Sekolah di Seluruh Dunia Saat Pandemi Corona
Menurut Khoirul, selama pembelajaran, sekolah memfasilitasi ketiga siswa tersebut dengan meminjamkan HP dari guru yang memiliki lebih dari satu HP.
"Jadi pembelajaran tetap online. Cuma kalau ada soal-soal yang tidak bisa diselesaikan, guru bisa lebih mudah memantau. Tapi tetap dilakukan dengan menyesuaikan kondisi pandemi, tetap menerapkan protokol kesehatan," ucapnya.
Selain Aldila dan dua teman sekelasnya, sebelumnya terdapat juga satu siswa yang tetap berangkat ke sekolah karena tidak memiliki HP untuk mengikuti pembelajaran daring. Siswa bernama Dzul Faqor Risqi itu bahkan sempat menangis agar bisa mengikuti pembelajaran di sekolah meski hanya seorang diri.
"Dzul sempat menangis memang. Setelah mengikuti pembelajaran di sekolah dengan dipinjami HP, kami kemudian coba komunikasikan ke pihak-pihak lain. Akhirnya PT Telkom membantu membelikan smartphone untuk Dzul. Kalau yang tiga siswa tadi belum. Sementara masih kami pinjami HP. Mudah-mudahan ada lagi pihak yang mau membantu," ujarnya.
Baca lainnya:
- Simulasi Tatap Muka di Jateng Sukses, Ganjar: Tambah Sekolah
- 4 SMPN di Rembang Simulasi Belajar Tatap Muka di Sekolah
Khoirul menambahkan, pembelajaran daring sudah berlangsung sejak awal tahun ajaran 2020/2021. Sebelum dijalankan, sekolah sudah lebih dulu memberikan pelatihan pembelajaran daring kepada guru terkait media pembelajaran.
Selain itu, sekolah juga memantau kehadiran 433 siswa secara daring untuk mengantisipasi adanya siswa yang terkendala mengikuti pembelajaran daring.
"Tiap kelas melalui wali kelas membuat grup WA dan kami pantau siapa saja siswa yang tidak hadir. Dari situ kami tahu ada beberapa siswa yang tidak hadir dan kami lakukan home visit untuk mencarikan solusi kendalanya. Kalau sekolah tidak mampu, kami gandeng pihak lain," imbuhnya. []