Perjuangan Siswa di Simalungun untuk Belajar Daring

Puluhan siswa di Desa Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera Utara, harus memanjat pohon untuk mendapatkan sinyal internet
Siswa di Dusun Borno Desa Siporkas Kabupaten Simalungun saat belajar daring di atas pohon jengkol. (Foto: Tagar/Anugerah Nasution)

Simalungun – Belasan bocah duduk di balai-balai kayu yang dipasang di atas pohon. Letaknya sekitar dua atau tiga meter di atas tanah. Bocah-bocah itu menggenggam ponsel di satu tangannya, sementara tangan lain memegang buku.

Di bawah belasan itu, beberapa bocah lain juga terlihat melakukan hal yang sama. Mereka duduk di sekitar pohon sambil memperhatikan ponsel dan memegang buku.

Lokasi itu berada di Dusun Borno, terletak cukup jauh dari rumah bocah-bocah tersebut, mereka harus berjalan beberapa kilometer dari rumahnya di Tiga Nagori Siporkas, Kabupaten Simalungun untuk tiba di situ dan mendapatkan sinyal internet.

Anak-anak yang masih berstatus sebagai pelajar itu bukan bermain di atas pohon dan di sekitarnya. Mereka sedang berjuang untuk bisa mengikuti pelajaran secara daring (dalam jaringan).

Siporkas merupakan salah satu daerah terpencil dengan tujuh dusun yang berada di Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Provinsi Sumatra Utara, Indonesia.

Siporkas berjarak sekitar 20 kilometer dari kantor Bupati Simalungun dengan kondisi alam perbukitan yang menjulang. Mayoritas masyarakat Siporkas pada umumnya merupakan petani karet, padi, ataupun berbagai komoditi lainya.

Susah Sinyal dan Isi Daya

Diary salah seorang murid kelas dua SMP di sana berkeluh mengenai kesulitan yang dialaminya.

"Tidak ada jaringan jadi kami belajar disini. Biasa sekolah dari pagi sampai siang. Kadang sampek sore kalau ada tugas sekolah," ungkap dia.

Cerita Anak Simalungun Cari Sinyal 2Tokoh pemuda Siporkas Jeka Saragih saat mendampingi anak anak dusun Bahpasusang belajar di kebun sawit. (Foto: Tagar/Anugerah Nasution)

Pada saat belajar daring, para siswa juga harus memastikan baterai ponselnya terisi penuh. Tapi tak jarang mereka kesulitan mengisi daya ponsel kerena harus mengantre dengan puluhan murid lainya.

"Selain jaringan kadang mau charger bang susah karena disinikan ramai. Dan tidak bisa sekalian charger hp. Belum lagi kadang jaringan hilang. Cuman disini dapat jaringan, di tempat lain tidak ada," kata Diary.

Kami mohon ada perbaikan jaringan internet dan jalan di desa kami agar bisa belajar di rumah dan tidak susah mau ke kampung karena jalan susah. Dan kami mohon agar kami bisa belajar online di rumah bukan di atas pohon jengkol. Buat guru kami juga agar maklum karena situasi masih seperti ini.

Kondisi yang hampir sama terjadi di Dusun Bahpasusang. Siang itu mentari bersinar cukup terik, tapi rimbun dedaun dan sejuknya udara di situ mampu sedikit menahan teriknya matahari.

Siswa dari Dusun Bahpasusang harus rela duduk di bawah pohon-pohon sawit dan berjalan beberapa kilometer untuk mendapatkan jaringan internet.

Jonny Setiawan Saragih siswa kelas 3 SMA salah satu SMA Negeri di Raya menceritakan pengalaman belajar di alam terbuka. "Sudah beberapa bulan kami belajar disini. Panas panaslah bang, apalagi kadang jaringan hilang," ujar Jonny, Senin 10 Agustus 2020.

Masih beruntung jika hari cerah, saat hujan tiba perjuangan menjadi lebih berat. Para siswa harus berteduh di antara pepohonan, atau memilih kembali ke rumah, dengan risiko tak dapat mengirimkan tugas sekolah.

"Kalau cerah paling panas panasan, tapi kalau hujan kan kami lebih susah lagi bang harus berteduh. Kadang jadi enggak bisa ikut belajar dan kirim tugas sekolah. Kadang kena marah sama guru-gara itu," lanjut Jonny.

Hal itu mendapatkan sorotan masyarakat termasuk Gubernur Edy Rahmayadi yang meminta operator untuk meningkatkan kualitas jaringan.

Edy sempat meminta para operator untuk menyiapkan jaringan yang baik di wilayah-wilayah yang selama ini sangat kesulitan sinyal namun hingga saat ini hal itu belum juga terwujud.

Tak Cukup Hanya Dengan Empati

Tokoh pemuda Siporkas Jeka Saragih menuangkan kesedihanya melihat kondisi anak anak di kampung kelahiranya. Atlet nasional MMA itu berujar pendidikan merupakan hal utama mengembangkan SDM.

Cerita Anak Simalungun Cari Sinyal 3Sejumlah anak di Desa Siporkas, Kecamatan Raya, Kabupaten Simalungun, Sumatera sedang belajar daring di kebun. (Foto: Tagar/Anugerah Nasution)

“Kenyataan ini tak bisa dijawab hanya dengan rasa empati. Sebaiknya ada kerja nyata yang mengedepankan nilai kemanusiaan dan keadilan. Kemajuan SDM tanpa pendidikan itu mustahil," tutur Jeka.

Jeka mengatakan ada tiga masalah besar yang berpengaruh bagi sektor pendidikan di kampungnya. Hal yang pertama adalah kurangnya kesadaran dan perencanaan pembagunan pendidikan yang merata bagi generasi mendatang.

"Kedua adalah soal minimnya jumlah guru dan sekolah di desa yang berkompeten serta minimnya akses sarana dan prasarana pendidikan," tegasnya.

Seharusnya ungkap Jeka, sistem pendidikan berasas kesetaraan untuk memanusiakan manusia, sesuai konstitusi. Timpang tindih sistem pendidikan justru akan menghambat kemajuan anak anak di desa.

Jeka pun memohon agar pemerintah segera membuat kebijakan yang menguntungkan. "Masalahnya adalah jaringan saat belajar daring. Harusnya segera ada solusi yang cepat agar anak anak tak terhambat saat belajar," harapnya.

Hal sama juga disampaikan oleh Rumpiah Purba salah seorang orang tua murid. Selain harus membelikan ponsel untuk dua buah hatinya, Rumpiah juga harus memikirkan paket internet untuk belajar daring.

"Beli HP baru buat dua orang anaku. Belum lagi paket. Padahal buat makan aja pas-pasan. Semoga ada bantuan dari pemerintah khususnya untuk anak anak di sini." 

Sementara, Kepala Desa Siporkas, Hendra Saragih saat ditemui Tagar mengatakan sejak dahulu, akses jaringan internet di Siporkas memang sangat sulit diakses, khususnya di tiga dusun yakni Bornoh, Bahpasusang dan Buntu Ganjang yang sama sekali tak terjamah jaringan komunikasi elektronik.

Oleh karena itu, metode belajar daring, kata Hendra tidak relevan bagi siswa di dusunnya. "Sejak dahulu memang jaringan disini sangat susah apalagi di dusun Bornoh, Bahpasusang dan Buntu Ganjang sama sekali tidak ada jaringan," ungkap Hendra.

Ada 300 kepala keluarga di tiga dusun Bornoh, Bahpasusang dan Buntu Ganjang dengan 500 anak yang masih bersekolah di tingkat SD, SMP dan SMA.

Kata Hendra, setiap harinya para siswa di tiga dusun tersebut harus berdesak desakan sampai harus memanjat pohon untuk mendapatkan jaringan internet.

"Di sini biasa siswa belajar online harus jalan ke daerah tertentu agar bisa dapat jaringan internet. Sampai harus memanjat pohon durian, dan ada yang belajar di pohon jengkol. Karena jaringan di sini kadang ada, kadang tidak," terang Hendra.

Pada 2019 lalu, ucap Hendra, masyarakat desa Siporkas pernah mengajukan kepada provider jaringan internet agar mendirikan tower, namun sampai hari ini hal itu belum juga terealisasi.

"Tahun lalu warga sudah pernah buat permohonan agar ada pendirian tower jaringan internet. Namun belum ada sampai hari ini. Kami mohon pemerintah cepat merespon kesulitan warga kami," tuturnya.

" Kita ini di Indonesia. Menjelang HUT RI ini menjadi catatan buruk bagaimana ketidakadilan bagi masyarakat desa. Jika di kota kota anak anak belajar di rumah, tidak di kampungku yang belajar di hutan dengan sejumlah risiko.".

Kepala Dinas Pendidikan Simalungun Elfiani Sitepu mengakui bahwa siswa belajar daring di atas pohon sempat viral di media sosial. Saat ini pihaknya tengah berkoordinasi dengan pihak terkait dalam untuk melengkapi koneksi internet.

"Kami akan koordinasi dengan pihak-pihak terkait supaya jangan sampai panjat-panjat pohon," ujar Elfiani.

Elfiani mengungkapkan dinas pendidikan mempunyai dua metode pembelajaran siswa di masa pandemi Covid-19.

"Ada dua metode selain daring ada luring (luar jaringan) yang penerapan mempertimbangkan koneksi internet, medan tempat tinggal dan kesiapan siswa apakah memiliki android atau tidak," paparnya.

"Jika tidak punya android dan tidak ada sinyal internet maka diberlakukan luring. Dalam proses belajar mengajar luring, guru mendatangi rumah siswa.” []

Berita terkait
Togap Marpaung, Nasib Whistleblower Kasus Korupsi
Seorang mantan pejabat fungsional pada Badan Pengawas Tenaga Nuklir (Bapeten) bernama Togap Marpaung mengaku karirnya dijegal
Perjuangan Rusli, Relawan Banjir Bandang di Makassar
Rusli, seorang mahasiswa relawan harus mengikuti yudisium di tengah perjalanan menuju lokasi banjir di Luwu Utara, Sulawesi Selatan.
Silancur Highland Negeri di Atas Awan Magelang
Kota Magelang, Jawa Tengah memiliki obyek wisata pegunungan yang kerap disebut negeri di atas awan, yakni Silancur Highland
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.