Jakarta – Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menjelaskan bahwa perekonomian Indonesia dalam dua tahun terakhir sedang mengalami kelumpuhan di mana penerimaan yang didapatkan berkurang, tetapi pengeluaran justru bertambah.
“2020 kita lumpuh. Penerimaan kita jatuh untuk pajak sampai 18 %. Total penerimaan kita turun hampir sekitar 16 %, tapi belanja kita naik hampir 15 %. Jadi belanjanya melonjak, penerimaan jatuh, makanya defisitnya di 6,1 %,” ucap Sri Mulyani dalam sebuah podcast di kanal YouTube Gita Wirjawan pada Kamis, 9 Desember 2021.
Sri Mulyani mengungkapkan bahwa utang harus dilakukan saat itu. Baginya tidak ada pilihan lain dalam membantu rakyat, tetapi semua itu tetap harus dilakukan dengan hati-hati. Pemerintah harus mengelola dengan baik untuk menyelamatkan negara dan perekonomian.
Vaksin iya kemarin kena varian Delta tagihan untuk banyak sekali perawatan sangat tinggi sampai 90 triliun belanja untuk memberikan insentif bagi sektor yang masih kurang.
Saat perekonomian sedang terguncang atau hancur, pemerintah harus tetap mengangkat perekonomian ke atas. Jika ekonomi sedang overheating, stabilisasi tetap harus dilakukan untuk menahan perekonomian tidak terjun payung terlepas dari penerimaan yang belum didapatkan.
- Baca Juga: Menkeu Sambut Baik Upaya Google dalam Membangun UMKM
- Baca Juga: Gerhana Matahari Total 4 Desember 2021 yang Paling Dinantikan
“Tahun 2021 kita harus turunkan (defisitnya). Kalau tahun 2020 adalah 6,1 %, kita turunkan ke 5,7 %. Sekarang dengan harga minyak bagus, batu bara bagus, CPO bagus, pemulihan ekonomi terjadi, kita mendapat penerimaan cukup bagus, belanjanya tetap didisiplinkan,” katanya.
Menurut Sri Mulyani, meskipun penerimaan sudah mulai membaik seiring ekonomi dan mobilitas yang memulih, pemerintah tetap harus memperhitungkan pengeluarannya ke depan sebagai bentuk disiplin. Pembagian dana juga harus ditetapkan dengan baik agar pemulihan dapat terjadi.
“Vaksin iya. kemarin kena varian Delta, tagihan untuk banyak sekali perawatan sangat tinggi sampai 90 triliun, belanja untuk memberikan insentif bagi sektor yang masih kurang, kita berikan karena kita ingin pemulihan benar-benar terjadi,” ucapnya
Pembagian-pembagian ini Sri Mulyani akui memang sudah terjadi. Beberapa ekonomi telah bertumbuh dengan region yang terlihat cukup bagus. Meskipun telah terkena varian Delta, perekonomian masih harus fleksibel untuk melakukan adaptasi.
- Baca Juga: Menkeu Ungkap Upaya Pemerintah untuk Dukung UMKM
- Baca Juga: Sri Mulyani: Kasus C-19 Indonesia Alami Penurunan Drastis
“Kita lihat akhir tahun ini kemungkinan defisitnya sudah akan turun. Dari yang 6,1 %, kemungkinan kita akan di 5,1 % sampai 5,3 %. Ini sudah turun hampir 1 % dari GDP. Tahun depan kita bisa di 4,7 %,” ujarnya.
Sebelum pandemi terjadi, rasio utang Indonesia tercatat sebesar 30 persen terhadap Produk Domestik Bruto (PDB). Setelah pandemi, persentase meningkat 10 persen. Rasio ini diketahui masih rendah dari sejumlah negara lainnya seperti China, Brasil, dan Turki.
(Rana Maheswari Ummairah)