Jakarta – Menteri Keuangan Republik Indonesia (Kemenkeu) Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA menyampaikan bahwa saat ini Covid-19 global masih menghadapi gelombang ketiga ataupun keempat.
“Secara global kasus Covid-19 sebetulnya masih menghadapi apa yang disebut gelombang ketiga atau keempat. beberapa negara masih terus harus melakukan langkah-langkah pengetatan dari mobilitas akibat meningkatnya gelombang Covid-19 pada masuk era musim dingin,” kata Sri Mulyani dalam Konferensi Pers APBN KITA Kamis, 25 November 2021 secara virtual di kanal YouTube Kemenkeu RI.
Selain itu, dalam tujuh hari terakhir ini ada 7.086 kematian, kasus Covid-19 juga mencapai 551.045 dalam tujuh hari terakhir, dan untuk vaksinasi secara global mencapai 7.78 milar dosis di 186 negara dengan rata-rata mencapai 42,6 persen vaksinasi.
Pertumbuhan ekonomi global memang tetap mengalami pemulihan meskipun terhantam oleh delta varian meskipun demikian pengaruh delta varian juga menyebabkan pertumbuhan dari tahun 2021.
Sri Mulyani mengatakan, kasus Covid-19 di Indonesia mengalami penurunan yang sangat drastis, yaitu 367 kasus pada bulan juni lalu, dan total vaksinasi sudah mencapai 1.285.593.
“Kasus harian Covid kita mengalami penurunan yang sangat drastis terendah sejak juni yaitu 367, untuk kasus vaksinasi harian kita juga terus meningkatkan saat ini adalah mencapai 1.285.593 yang tentu ini dibawah harapan kita untuk mengejar dua juta per hari sehingga target untuk mencapai 70 persen pada akhir tahun bisa dicapai,” ucap Sri Mulyani.
- Baca Juga: Sri Mulyani: Pemulihan Ekonomi Global Tidak Merata
- Baca Juga: Sri Mulyani Sebut APBN Telah Tunjukan Kinerja yang Baik
Dengan adanya penurunan kasus Covid-19 tersebut yang dapat dikendalikan di semua daerah di Indonesia, maka pemulihan ekonomi Indonesia mulat dapat berjalan kembali.
“Beberapa negara utama seperti AS, Eropa, India, Jepang, Tiongkok, dan Korsel menunjukan bahwa PMI dari negara tersebut mengalami lonjakan yang cukup tinggi, untuk ASEAN PMI juga sudah meningkat diatas 50. Bahkan, Indonesia meningkat 57,2 yang merupakan tertinggi di ASEAN dalam expansi manufakturnya,” ujar Sri Mulyani.
Selain itu, Untuk harga komoditas unggulan Indonesia yang lainnya seperti Nikel, CPO, dan Karet juga mengalami kenaikan, hal ini dapat memberikan dampak yang positif bagi momentum pemulihan di Indonesia.
- Baca Juga: Alokasikan Anggaran Rp 2.714,2 Triliun Belanja Pemerintah Tahun 2022
- Baca Juga: UU HPP Bekal Pemerintah Atasi Disrupsi Covid-19
“Pertumbuhan ekonomi global memang tetap mengalami pemulihan meskipun terhantam oleh delta varian meskipun demikian pengaruh delta varian juga menyebabkan pertumbuhan dari tahun 2021 dunia mengalami koreksi sedikit kebawah yaitu ke 5,7. tahun depan ada di 4,5,” kata Sri Mulyani.
Sementara itu, masalah yang baru muncul dari proses pemulihan ekonomi dunia adalah inflasi di negara-negara maju terutama Amerika yang inflasinya mencapai 6,2 persen, ini adalah inflasi tertinggi sejak 30 tahun terakhir dan ini akan menjadi tantangan yang sangat nyata.
(Ranutyas Djati Kusuma)