Tak Ada Asap Rokok di PB Djarum (Bagian 1)

Tak ada asap rokok di gedung olahraga PB Djarum di Kudus, Jawa Tengah. Kalau ada atlet ketahuan merokok, langsung dikeluarkan.
Gedung Olahraga Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum di Kudus, Jawa Tengah, Selasa, 27 Agustus 2019. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

Kudus - Megah. Itu kesan pertama mengunjungi Gedung Olahraga Perkumpulan Bulu Tangkis (PB) Djarum Kudus, Jawa Tengah, Selasa, 27 Agustus 2019. Dari tempat ini, lahir banyak talenta pebulu tangkis mengharumkan nama Indonesia.

Kesan megah hadir pada bangunan bertingkat yang didominasi kaca. Gedung yang dibangun di atas tanah seluas 29.450 meter persegi itu, adalah pusat aktivitas para pengurus dan bibit-bibit atlet yang digembleng setiap hari.

Gedung itu terdiri dari 12 lapangan latihan, ruang perkantoran, asrama atlet memiliki 40 kamar berdiri di atas lahan seluas 1.834 meter persegi. Juga ada perumahan pelatih di atas lahan seluas 312 meter persegi.

Sebelum memasuki aula gedung, mata kita akan disambut sebuah instalasi seni berupa patung. Ia tegak berdiri di tengah-tengah kolam bundar. Patung itu menggambarkan seorang atlet sedang melakukan gerakan smash, di bawahnya ada representasi bola dunia.

Pagi itu sekitar pukul 10.00, aula gedung olahraga PB Djarum terlihat lengang. Hanya ada beberapa pekerja yang ditugaskan untuk membawa kotak-kotak minuman ringan ke dalam gudang yang terletak di sisi kanan aula.

Begitu melangkahkan kaki ke dalam aula, kedua mata disambut sebuah tembok berwarna merah, bertuliskan Hall of Fame. Di sana terpampang foto-foto para pemain jebolan PB Djarum, mulai dari Christian Hadinata, Liem Swie King, Alan Budi Kusuma, Hariyanto Arbi, Liliyana Natsir dan terakhir Debby Susanto.

Saya tertarik bulu tangkis karena di sekolah sering bermain templek.

Total ada 30 pigura, namun dua di antaranya masih kosong dan bertuliskan who's next (siapa selanjutnya). Sementara 28 foto lain memuat foto, tanda tangan komplet dengan daftar gelar juara.

Di balik suasana yang cenderung sepi, sesekali terdengar decitan yang mirip bunyi alas sepatu yang beradu dengan lantai.

Setelah meminta izin Program Director Bakti Olahraga Djarum Foundation Yoppy Rosimin, Tagar dipersilakan melongok ruang latihan di belakang aula. Ditemani Eddy Prayitno sebagai Operation and Administration Support Coordinator PB Djarum. Benar saja bunyi decitan itu berasal dari sepatu belasan atlet bulu tangkis putri yang sedang berlatih. Suasana terasa sejuk, meskipun embusan angin tak langsung menerpa.

PB DjarumHalifia Usni Pratiwi, atlet berusia 10 tahun, binaan PB Djarum. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

Saat itu, beberapa atlet binaan sedang melakukan latihan pukulan. Meski terlihat serius, sesekali ada senyum terlontar.

Sementara atlet senior berlatih pukulan, beberapa atlet junior telah selesai dengan menu latihan. Mereka banyak bersendau gurau, sesekali menaiki alat yang berbentuk seperti sepeda kayuh.

Di antara atlet-atlet junior itu, ada sosok Halifia Usni Pratiwi. Atlet putri usia U-11 (Under 11) asli Kota Kudus, tampak bersantai dengan rekan. Sesekali ia membicarakan menu latihan yang telah lewat.

Kepada Tagar, ia mengaku sudah sekitar setahun menghuni asrama dan menjadi calon atlet, binaan PB Djarum. Bocah berumur 10 tahun itu mengaku, masuk dalam didikan PB Djarum, sudah menjadi cita-citanya sejak kecil.

"Saya dulu awalnya tertarik bulu tangkis karena di sekolah sering bermain templek (permainan menangkis menggunakan raket dari kayu). Nah sejak saat itu tertarik, kemudian ikut PB Efran setiap Sabtu-Minggu. Masuk sini memang kepengin," ujar bocah berambut cepak itu.

Persatuan Bulu angkis (PB) Efran, klub badminton lokal Kudus.

Cita-cita saya memang menjadi pebulu tangkis profesional.

Halifia mengatakan bukan hal mudah masuk dalam asuhan PB Djarum. Selain diseleksi ketat, setelah masuk dirinya pun dituntut untuk berlatih dengan sungguh-sungguh. Sekali saja tidak bersemangat, ia akan ditegur.

"Dari bangun tidur, saya latihan, sekolah kemudian latihan lagi. Berat memang. Kalau pas tidak semangat pernah kena teguran," tutur Helifia yang mengaku mengidolakan Liliyana Natsir akrab disapa Butet.

Ia berujar, dengan menu latihan yang sangat ketat dirinya tak punya banyak waktu memikirkan hal lain. Semua sudah terprogram, mulai jadwal bangun tidur, waktu berlatih, beristirahat dan bermain serta libur.

Namun demikian, Halifia mengaku senang. Karena cita-citanya bergabung dengan Persatuan Bulutangkis Djarum dapat tercapai. 

Keinginannya hanya satu, menjadi pemain profesional seperti idolanya, Butet, dan membanggakan ayahnya yang seorang buruh rokok dan ibunya yang membuka toko kelontong, di rumahnya di Desa Sadang, Kecamatan Jekulo, Kabupaten Kudus, Jawa Tengah.

"Cita-cita saya memang menjadi pebulu tangkis profesional. Jadi ke depan harus meningkat prestasinya," tuturnya.

PB DjarumMuhammad Rizky Mubarok (kanan) dan Maharishiel Timotius Gain, atlet binaan PB Djarum. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

***

Hal serupa diungkapkan Muhammad Rizky Mubarok. Bocah asal Solo ini mengaku sudah satu setengah tahun berlatih di GOR Kaliputu, kepunyaan PB Djarum. Cita-citanya hanya satu, menjadi pemain bertaraf internasional seperti idolanya, Anthony Sinisuka Ginting.

Bocah 12 tahun yang akrab disapa Barok itu mengaku, pertama kali tertarik dunia bulu tangkis karena diajak ayahnya.

"Ayah kerjanya ngumpulin ban, lalu dijual (vulkanisir) nah sewaktu saya kecil saya sering diajak latihan oleh ayah saya yang waktu itu rajin bermain badminton. Mulai main waktu TK kemudian fokus saat SD. Sampai kemudian saya lolos audisi bulu tangkis, di Solo," kata Barok.

Sama dengan Hefilia, sejak bangun tidur hingga hendak tidur, semua kegiatannya sudah terjadwal. Mulai dari latihan pagi, sekolah, latihan sore dan istirahat.

"Bangun pagi langsung cuci muka, latihan pagi, sekolah, istirahat, tidur siang, latihan sore, istirahat, bermain dengan teman-teman dan tidur lagi," ucapnya polos.

Barok mengaku, kendala satu-satunya terkait latihan hanyalah penyesuaian. Itupun terjadi pada masa-masa awal.

"Pas karantina dulu memang kerap merasa kangen sama orang tua. Hanya itu saja, selanjutnya ya tidak sulit," ujarnya.

***

Ungkapan serupa dilontarkan Maharishiel Timotius Gain, teman seangkatan Barok. Timotius berasal dari Purwokerto. Ia menikmati menjadi asuhan PB Djarum.

"Kalau bisa menikmati terasa ringan, pertamanya susah jauh dari orang tua dan teman-teman. Semua mendukung saya," ujar penggemar Jonathan Christie itu.

Ditanya cita-cita, ia mengaku hanya ingin menjadi juara. Hal itu disertai tekad untuk memperbaiki setiap jenjang latihan dan pemeringkatan yang diprogramkan.

Kalau bisa menikmati terasa ringan. Pertamanya susah jauh dari orang tua dan teman-teman.

PB DjarumKamar atlet pria di PB Djarum di Kudus, Jawa Tengah. (Foto: Tagar/Padhang Pranoto)

***

Hingga saat ini siswa-siswi PB Djarum mencapai 108 orang, terdiri dari putra dan putri baik senior maupun junior. Dari keseluruhan atlet binaan, semuanya tak hanya mendapatkan latihan fisik, kedisiplinan dan gemblengan mental pun ikut dalam keseharian.

Seperti diungkapkan pelatih putri U11 dan U13 Rio Djojo. Menurutnya, menu latihan sudah dibikin sedemikian rupa, sehingga dapat meningkatkan dan mengukur kemampuan atlet binaan.

Dalam satu minggu, seorang siswa binaan bisa mengenyam dua kali sesi latihan, pagi dan sore atau siang dan malam.

"Ada sesi gimnastik, permainan, latihan pukulan dan sebagainya. Kita jadwalkan latihan Senin sampai Sabtu. Untuk Minggu kita off (libur)," ujar Rio yang berasal dari Surabaya.

Selain latihan, ada pula bentuk kedisiplinan sebagai pendukung latihan fisik. Satu di antaranya harus sudah berada di tempat tidur pada pukul 21.00. Pada jam ini seluruh atlet binaan tidak boleh memegang ponsel.

"Caranya dengan mengumpulkan hape ke kamar pelatih. Agar mereka bisa istirahat, tak bermain hape, supaya pagi bisa fokus latihan," ujar Rio.

Kalau ketahuan merokok, langsung dikeluarkan.

Jika melanggar, hingga menyebabkan fokus berlatih hilang, pelatih bersama manajemen tak segan mendegradasi atlet. Namun hal itu dilakukan secara bertahap.

Fokus dalam latihan dan menjadi juara memang ditanamkan sejak dini. Hal itu diwujudkan dengan pemberian fasilitas, baik pemondokan, kesehatan, alat latihan dan sebagainya secara percuma.

"Akan tetapi kalau ketahuan merokok, langsung dikeluarkan. Orang tua yang datang ke GOR dan menyaksikan atau mengunjungi anaknya, juga akan ditegur ketika merokok di areal latihan. Kalau tidak ditegur, justru kami yang akan ditegur," ujar Rio.

Hal senada diungkapkan pelatih atlet laki-laki junior Engga Setiawan. Ia menyebut, bukan hanya latihan fisik yang penting, gemblengan mental pun diberikan, baik dalam latihan atau setelahnya.

"Seperti tadi ada seorang siswa yang memimpin doa di depan teman-temannya, dan memberikan motivasi. Kata-kata motivasinya ya mereka sendiri yang cari dan menerangkan. Di luar lapangan, mereka juga harus sopan, menyapa orang misalnya," ujar Engga yang sudah 19 tahun berada di bawah naungan PB Djarum.

Engga menyebut, jiwa pejuang ditanamkan pada atlet-atlet binaan PB Djarum. Di sisi lain, faktor kedisiplinan, mencintai agama dan orang tua juga ikut diberikan.

"Kalau yang Islam ya dibimbing untuk salat lima waktu, yang Kristen dipersilakan ke gereja, begitu pula yang Budha, harus tetap mengutamakan ibadah. Namun kalau waktunya bermain ya bermain, tidur ya harus tidur," ujarnya, sambil menunjukan fasilitas kamar tidur yang ditempati atlet laki-laki.

Engga juga tidak melihat adanya niat atau usaha agar atlet-atlet bimbingannya memromosikan produk-produk rokok dari Djarum. Bahkan ia sendiri mengaku tak tersentuh rokok, sejak berlatih sebagai atlet muda di PB Djarum.

"Saya sendiri 19 tahun di sini, sejak berlatih seusia anak-anak itu tidak pernah tersentuh rokok," kata Engga. []

*Bersambung ke sini: Tak Ada Asap Rokok di PB Djarum (Bagian 2-Selesai)

Berita terkait
Perseteruan KPAI dan PB Djarum Soal Eksploitasi Anak
Silang pendapat antara KPAI dengan PB Djarum Foundation mengenai dugaan eksploitasi anak dalam audisi beasiswa bulu tangkis.
Denny Siregar: Ketika KPAI Menggugat PB Djarum
KPAI mendadak menyerang Perkumpulan Bulu tangkis Djarum karena mengeksploitasi anak demi keuntungan perusahaannya. Tulisan opini Denny Siregar.
PB Djarum Kasih Bonus Uang Bagi Peraih Juara Dunia Bulutangkis
PB Djarum Kudus dan PB Mutiara Cardinal Bandung Beri Bonus Rp40 juta bagi peraih juara dunia bulutangkis Junior.
0
LaNyalla Minta Pemerintah Serius Berantas Pungli
Ketua DPD RI, AA LaNyalla Mahmud Mattalitti, meminta pemerintah serius memberantas pungutan liar (pungli). Simak ulasannya berikut ini.