Sleman - Suporter merasa menjadi korban Pemberi Harapan Palsu (PHP) PSSI dan PT Liga Indonesia Baru (LIB) setelah menunda pelaksanaan Liga 1 dan Liga 2. Slemania, suporter PSS Sleman, menilai penundaan terkesan mendadak karena diputuskan beberapa hari menjelang laga pertama atau pekan ke-4 Liga 1.
Liga ditunda pelaksanaannya selama satu bulan ke depan. Setelah Polri mengumumkan tak memberi izin keramaian, PSSI kemudian menunda liga sampai November 2020.
Salah satu kelompok suporter PSS pun angkat bicara terkait penundaan tersebut. Menurut Ketua Umum Slemania Rengga Dian Sanjaya, PSSI hanya memberi harapan palsu dengan batalnya kompetisi yang sudah di depan mata.
Kami menghadapi jadwal laga yang berubah secara mendadak. Ini menunjukkan sikap tidak profesional. Kini, liga tiba-tiba ditunda
"Ya jadi korban PHP lagi (dari PSSI dan operator liga)," tutur Rengga di Sleman, Selasa, 29 September 2020.
Kompetisi Liga 1, semula akan bergulir kembali di tengah pandemi Covid-19. Liga mulai digelar pada Kamis, 1 Oktober 2020 yang mempertemukan tuan rumah PSS melawan Persik Kediri di Stadion Maguwoharjo, Sleman.
Namun, sejak Senin, 28 September 2020 malam, kabar tidak diizinkannya kompetisi sepak bola tertinggi di Tanah Air itu digulirkan sudah beredar. Ini seiring adanya pertemuan mendadak antara Kapolri, Menpora dan PSSI.
Mabes Polri tak mengeluarkan izin keramaian untuk penyelenggaraan Liga 1 dan 2 lantaran kasus Covid-19 di Tanah Air masih tinggi. PSSI pun menerima keputusan itu dan bersama Menpora mengumumkan kompetisi ditunda hingga satu bulan ke depan.
"Sesungguhnya tidak masalah liga batal digelar atau akhirnya ditunda. Toh, ini juga demi kemanusiaan. Tapi yang jelas kami kecewa kepada operator liga dan PSSI karena pembatalannya menjelang hari H," kata Rengga.
Menurutnya, adanya kesan mendadak dalam mengeluarkan keputusan penundaan telah menunjukkan sikap tidak profesional PT LIB selaku operator kompetisi.
"Makanya kami, suporter, menjadi korban PHP. Ini dirasakan juga masyarakat sepak bola," ujar dia.
"Kami menghadapi jadwal laga yang berubah secara mendadak. Ini menunjukkan sikap tidak profesional. Kini, liga tiba-tiba ditunda," kata Rengga lagi.
Permasalahan Bukan Hanya Polri
Permasalahan penundaan sebenarnya bukan hanya dari Polri yang tak mengeluarkan izin keramaian. Namun, Rengga melihat permasalahan ada di operator liga yang tidak merencanakan secara matang terkait masalah perizinan ini.
"Jika sudah tahu izin bakal susah keluar karena situasi dan kondisi yang tidak memungkinkan dengan adanya pandemi, kenapa harus memaksakan liga itu dilanjutkan. Akhirnya malah jadi seperti ini," tuturnya.
Baca juga:
Resmi Ditunda, PSSI Minta Liga 1 Digelar November
Liga 1 Indonesia Bisa Dihentikan Setiap Saat, Ini Alasannya
Dengan ditundanya liga, Rengga menyarankan agar PSS mempersiapkan diri sebaik mungkin. Bahkan klub sebaiknya tidak memikirkan hasil akhir kompetisi musim ini. Klub sudah berpikir ke depan untuk persiapan kompetisi musim berikutnya.
"Jadikan musim ini sebagai pondasi untuk musim depan. Perbaik sektor-sektor yang menjadi permasalahan musim ini," kata Rengga. []