Jepara - Sungai dan sumur warga Desa Troso, Kecamatan Pecangaan, Jepara, Jawa Tengah, tercemar pewarna tekstil. Akibatnya, air tidak bisa dikonsumsi.
Perlu diketahui, Desa Troso sendiri, merupakan sentra perajin tenun terbesar di Jepara.
Ahmad Karomi, 30 tahun, warga RT 1 RW 2 Troso menyebut, kondisi ini sudah bertahun-tahun. Menurutnya, di waktu-waktu tertentu sungai berubah warna sesuai dengan warna kain yang tengah dibuat.
Ya memang begini ini kondisinya, kemarin warnanya merah, sekarang warnanya hijau begini.
Seperti pantauan, Tagar, Kamis 14 November 2019 pukul 10.00, warna Sungai Nglendoh Bagus berwarna hijau kebiruan. Padahal aliran sungai tersebut menuju persawahan padi.
"Ya memang begini ini kondisinya, kemarin warnanya merah, sekarang warnanya hijau begini," tuturnya.
Menurutnya, ini disebabkan limbah pewarna produsen tenun Troso yang dibuang tanpa ditampung dahulu melalui Instalasi Pengolahan Air Limbah (IPAL). Ia sangat menyayangkan hal tersebut, karena dulu waktu ia kecil sungai tersebut sebagai tempatnya bermain.
"Tapi dengan kondisi seperti ini, ya tidak ada lagi yang bermain air, wong kondisinya seperti itu. Di sekitar aliran air sini, banyak sekali perajin yang asal buang limbah pewarna ke sungai, tanpa melalui IPAL. Seharusnya kan lewat instalasi pengolahan limbah dulu, atau paling tidak disaring dengan ijuk dan batu dulu lah," ungkap Karomi.
Warga lain, Sariah, 50 tahun mengaku ia terpaksa menutup empat sumur miliknya, karena tercemar. Padahal untuk membuat satu sumur ia harus mengeluarkan uang sekitar Rp 1.500.000.
"Ya itu, empat sumur saya sudah tercemar limbah, saya akhirnya tidak menggunakannya kemudian menutupnya. Kini saya membuat lagi sumur dalam," urainya.
Bukan hanya sumur, aliran limbah juga menimbulkan bau tidak sedap.
Hal itu diakui oleh Siti Aliyah, 45 tahun. Menurutnya kini ia tidak lagi menggunakan air sumurnya.
Empat sumur saya sudah tercemar limbah, saya akhirnya tidak menggunakannya kemudian menutupnya.
"Kalau minum saya sudah tidak lagi menggunakan air sumur. Saya minta ke tetangga. Tapi kalau buat mencuci masih," paparnya.
Terpisah, Kepala Dinas Lingkungan Hidup Jepara Farikha Elida tak menampik kenyataan itu. Menurutnya, sedang dilakukan pemeriksaan laboratorium. Namun secara kasat mata, cemarannya diduga sudah melebihi baku mutu.
"Ini sudah melebihi baku mutu. Kami kemudian akan konsen mengedukasi masyarakat, tentang limbah dan juga sampah yang banyak bertebaran di situ. Desa juga harus turun tangan, tidak hanya DLH," jelasnya.
Ia sendiri mengaku sudah turun ke lapangan, tapi ia tak cemaran limbah sudah memengaruhi sumur warga.
"Waduh saya tidak mengecek itu, karena laporannya hanya sungai. Kalau itu suruh ganti buatkan sumur dalam kami tidak sanggup, karena tanggungjawab ini ada di seluruh dinas terkait dan warga desa. Pihak desa dengan Dana Desa juga seharusnya bisa digunakan untuk sosialisasi, karena kesadaran warga membuang limbah dan sampah ke sungai sangat rendah," pungkasnya. []
Baca juga:
- Pemkab Jepara Gratiskan Wisata Pantai
- Polemik Celana Cingkrang, Pemkab Jepara Ambil Sikap
- Jatah Formasi CPNS Jepara Didominasi Tenaga Pendidik