Strategi Jokowi Pilih Menteri Kabinet Baru

Beberapa strategi yang dipakai Presiden Jokowi untuk memilih sosok menteri dalam Kabinet Indonesia Kerja (KIK) jilid kedua.
Presiden Joko Widodo bersama sejumlah menteri Kabinet Kerja dan tokoh agama saat menghadiri Upacara Peringatan Hari Lahir Pancasila di Gedung Pancasila, Komplek Kementerian Luar Negeri, Jakarta pada Sabtu 1 Juni 2019. (Foto: Bayu Prasetyo)

Jakarta - Ketua Umum Perjuangan Rakyat Nusantara (Pernusa), Norman Hadinegoro, mengungkapkan beberapa strategi yang mungkin dipakai Presiden Joko Widodo (Jokowi) untuk memilih sosok menteri dalam Kabinet Indonesia Kerja (KIK) jilid kedua.

Menurut dia, saat ini sudah ada ribuan orang yang melamar untuk mengisi posisi-posisi strategis termasuk di kementerian. Norman menilai, pelamar musti menakar terlebih dulu kapasitas diri masing-masing. Mulai dari kematangan pemikiran, saat pengambilan keputusan, kesehatan, hingga kesiapan mental diri, dan keluarga calon menteri.

"Pelamar sudah kasak kusuk mendekati Istana. Dari purnawirawan ribuan orang, anggota partai mencapai 17 ribu orang, dan relawan 7 ribu orang. Diperkirakan mencapai 25 ribu pelamar (yang) minta jadi Komisaris, Deputi, Direksi BUMN bahkan melamar jadi menteri," kata Norman melalui keterangan tertulis yang diterima Tagar pada Jumat, 5 Juli 2019.

"Perlu dipikir ulang berkali kali, bercermin dari segala hal, dari mental, idiologi, kesehatan, dan minta saran ke anak, istri dan keluarga," ujar dia.

Norman mengatakan, Jokowi hanya akan memilih orang-orang yang memiliki irama kerja cepat, sehingga bisa bekerja dengan ritme yang sama dalam memajukan Indonesia. Pelamar yang tak mampu bergerak cepat, sebaiknya mengurungkan niat mereka.

Dia juga menilai, Jokowi tidak akan memilih sosok yang akrab dengan kolusi dan nepotisme. Orang-orang seperti ini, disarankan pula untuk mundur dari pencalonan atau pengajuan diri.

"Gaya hidup dan aktivitas keluarga anda selalu dimonitor KPK, LSM, dan Ormas. Anda dituntut lebih bersih dari skandal masa lalu dan harus bisa bersih," ujar dia.

Jokowi juga disebut Norman hanya akan memilih sosok petarung tangguh dan eksekutor yang baik untuk dijadikan pembantu di pos-pos kerja pemerintahannya. Selain itu, orang-orang yang mudah tersinggung dengan kritik tidak akan menjadi sosok pilihan bagi presiden.

"Jaman sosial media akan mengintai. Anda harus siap untuk dikritik, dihina, dicaci-maki oleh masyarakat, atau wajah anda ditempelkan pada badan binatang di meme sosial media," kata dia.

Lebih lanjut, Norman menyarankan kepada calon menteri atau calon pimpinan pos-pos kerja strategis, agar mulai menyesuaikan gaya hidup keluarganya dengan gaya hidup sederhana keluarga presiden Jokowi.

Dua juga mengatakan bahwa Jokowi yang memiliki wawasan kebangsaan, kenusantaraan, serta berpedoman kepada Pancasila dan asas Bhineka Tunggal Ika, tidak akan memilih calon menteri atau calon petinggi BUMN yang memiliki pemahaman sempit terhadap identitas tertentu.

"Jika anda dan keluarga anda masih berpandangan sempit dan fanatik dengan suatu identitas tertentu, misalnya simpatisan partai dan ormas terlarang, pasti ditolak," kata dia.

Jokowi dan Maruf Amin ditetapkan sebagai presiden dan wakil presiden terpilih dalam Pemilihan Presiden (Pilpres) 2019, melalui rapat pleno oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU).

Penetapan dilakukan usai putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang menolak gugatan capres-cawapres nomor urut 02, atas dugaan kecurangan hasil Pilpres yang dilakukan secara terstruktur, sistematis dan masif oleh kubu nomor urut 01, pemerintahan dan penyelenggara pemilihan umum.

Setelah penetapan oleh KPU, sejumlah nama disebut-sebut masuk dalam daftar calon menteri kabinet KIK jilid dua. Di antaranya ada nama Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), yang digadang-gadang sebagai Menteri Pemuda dan Olahraga.

Baca juga:

Berita terkait