Solusi Banjir Jakarta Agar Anies Tidak Galau

Pengamat tata kota punya solusi untuk menangani banjir di Jakarta agar Gubernur DKI Anies Baswedan tidak galau.
Anak-anak bermain air saat banjir melanda permukiman di kawasan Rawajati, Jakarta Selatan, Jum'at (26/4/2019). Banjir akibat curah hujan yang tinggi di kawasan Bogor itu mengakibatkan ratusan rumah di enam RT Kelurahan Rawajati terendam hingga mencapai ketinggian empat meter dan sejumlah warga diungsikan. (Foto: Antara/Risky Andrianto)

Jakarta - Pengamat Tata Kota Nirwono Yoga memiliki sejumlah solusi untuk menangani banjir di wilayah Jakarta. Menurut Nirwono, masukannya ini dapat diterapkan agar Gubernur DKI Jakarta Anies Baswedan tidak galau dalam menghadapi banjir yang kerap melanda Ibu Kota.

"Semoga pemda dan gubernurnya (Anies) bisa lebih fokus menangani banjir, tidak galau lagi," kata Nirwono Yoga kepada Tagar pada Sabtu 27 April 2019.

Lantas apa yang harus dilakukan Anies untuk mengatasi banjir di Jakarta? Berikut solusi yang ditawarkan oleh Nirwono Yoga:

1. Rehabilitasi saluran air kota/makro atau primer, kawasan/meso atau sekunder dan lingkungan mikro atau tersier. Saluran air harus terhubung baik, bebas dari sampah, limbah, dan endapan lumpur. Penataan saluran air dilakukan harus bersamaan dengan pembangunan trotoar dan penaataan jaringan utilitas (bawah tanah) secara terpadu.

2. Revitalisasi menyeluruh danau, embung, dan waduk (SDEW) di wilayah DKI Jakarta. Dalam hai tersebur Pemprov DKI Jakarta harus melakuakn pengukuran dan pematokan ulang batas wilayah SDEW dengan kesepakatan bersama dengan Kementerian (PU-Pera, ATR/ BPN, dan Dagri), pemerintah provinsi dan kota/kabupaten. Batas badan SDEW harus langsung dibuatkan sertifikasi lahannya.

Revitalisasi dengan pendekatan integralistik ekologi hidraulis (rekayasa ekologihidraulis, alami lestari). SDEW ini dikeruk, diperdalam dan diperdalam agar kapasitas daya tampung lebih besar. Bahkan daerah tepian SDEW ini harus ditanami dengan beragam vegetasi dan pepohonan. 

Penanaman itu dilaukan untuk menahan tanah agar tidak longsor, menurunkan suhu, menahan air, dan memperbaiki kualitas baku mutu air, meningkatkan kualitas ekosistem dan keragaman satwa liar.

Banjir Jakarta Jumat 26 April 2019Warga bertahan di rumahnya saat banjir melanda kawasan Rawajati, Jakarta Selatan, Jumat (26/4/2019). Banjir akibat curah hujan yang tinggi di kawasan Bogor itu mengakibatkan ratusan rumah di enam RT Kelurahan Rawajati terendam hingga mencapai ketinggian empat meter dan sejumlah warga diungsikan.(Foto: Antara/Indrianto Eko Suwarso)

3. Penataan bantaran sungai secara menyeluruh. Dalam hal itu, badan kali harus dikeruk, diperdalam dan diperlebar agara daya tampung air sungai meningkat. Namun yang tak bisa dilupakan juga adalah penataan bantaran sungai harus ditata kembali kebentuk alami dan dihijaukan dengan tanaman tepian air dan pepohonan yang berakar kuat supaya tanah tidak mudah longsor dan tergerus dengan air sungai.

Untuk dapat mengeksekusi hal itu, pemerintah daerah dalam hal ini adalah Pemprov DKI Jakarta, harus melakukan sosialisasi kepada masyarakat terhadap perencanaan penataan bantaran kali. Pemprov DKI Jakarta dapat memberikan wawasan yang luas kepada masyarakatnya mengenai risiko tinggal di kawasan rawan banjir dan longsor. 

Dalam mengeksekusi terhadap perencanaan itu, warga harus sukarela mau direlokasi ke tempat yang aman dari bencana hingga kepemukiman yang lebih layak huni.

4. Pengembangan ruang terbuka hijau (RTH) sebagai daerah resapan air berupa taman, hutan kota, kebun kota, kebun raya, taman pemakaman, lapangan olahraga, jalur hijau (bantaran kali, median jalanm bantaran kereta api, kolong jalan/jembatan layang, dan lain sebagainya.

RTH ini memang memberikan manfaat secara ekologi yaitu dapat menjadi pengendali banjir, iklim mikro lingkungan, peredam abrasi, dan rob pantai, penjaga keseimbangan ekosistem dan keanekaragaman hayati hingga ruang publik interaksi warga.

Banjir Jakarta Jumat 26 April 2019Warga terdampak banjir mengungsi di bawah flyover di kawasan Rawajati, Jakarta Selatan, Jum'at (26/4/2019). Banjir akibat curah hujan yang tinggi di kawasan Bogor itu mengakibatkan ratusan rumah di enam RT Kelurahan Rawajati terendam hingga mencapai ketinggian empat meter dan sejumlah warga diungsikan. (Foto: Antara/Risky Andrianto)

5. Pemprov DKI Jakarta perlu melibatkan masyarakat membangun sumur resapan di halaman rumah dan menyediakan kolam penampung dibawah area parkir perkantoran pusat pembelanjaan hingga halaman sekolah.

Dia mengatakan ada empat tipe banjir yang selama ini selalu saja melanda Jakarta, yaitu banjir kiriman, banjir lokal, banjir rob, dan banjir besar.

Nirwono memandang banjir kiriman itu terjadi akibat kawasan hulu sungai hujan deras, sementara daerah hilir hujan ringan atau tidak hujan. Maka dari itu, ketika kawasan puncak hujan lebat, volume air sungai meningkat dan mengalir deras dari hulu ke hilir. 

Akibatnya, lanjut Nirwono, daerah aliran sungai menyempit, sehingga membuat kapasitas pemukiman yang padat membuat kapasitas daya tampung sungai berkurang. Bahkan tak dapat dipungkuri, ketika hujan lebat, air sungai akan meluap hingga dapat membanjiri pemukiman warga.

" Kalau banjir lokal ini bisa terjadi jika dikota hujan lebat, tetapi di kawasan puncak tidak hujan atau hanya gerimis saja. Banjir di kota bisa terjadi melihat kondisi saluran air kota yang buruk yang diakibatkan karena sampah, lumpur, kabel, pipa dan lain-lain. Jadi saluran air tidak terhubung baik. Akibatnya air didalam saluran meluber, menggenangi jalan, terowongan, dan daerah cekungan," ucapnya.

Kata dia, banjir rob itu terjadi pada kawasan wiilyah pantai/pesisir atau yang berada di bawah permukaan air laut. Tentu saja, kawasan wilayah tersebut sangat rentan banjir ron. Banjir ini bisa terjadi setiap bulan purnama dimana permukaan air laut pasang.

Sementara, hujan besar itu terjadi ketika pada waktu yang sama dari hulu hingga hilir hujan lebat. Bahkan saat bersamaan bulan purnama pula, sehingga terjadi rob dikawasan pantai/pesisir. "Saat air hujan melimpah, air sungai juga meluap, air saluran juga meluber dan air laut melimpas, bisa dipastikan kota akan dilanda banjir besar," pungkasnya.

Seperti diketahui, banjir melanda Jakarta sejak beberapa hari lalu. Data dari Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) DKI Jakarta menyebutkan 32 titik terkena banjir luapan Sungai Ciliwung hingga Jumat pukul 12.00 WIB.

Pada Sabtu 27 April 2019 pagi, titik banjir bertambah menjadi 37. Titik banjir tersebut berada di wilayah Jakarta Timur dan Jakarta Selatan. Untuk wilayah Jakarta Selatan, banjir merendam Kelurahan Pengadegan RW 001, 002, dan 011. Kemudian, Kelurahan Rawajati RW 001, 003, dan 007; Kelurahan Cikomo RW 001; dan Kelurahan Kebon Baru RW 010. 

Lalu di wilayah Jakarta Timur, banjir merendam RW 001, 002, 003, 005, 008, 012 Kelurahan Cawang; RW 001, 002, 004, dan 005 Kelurahan Balekambang; RW 005, 006, 007, 015, 016 Kelurahan Cililitan; RW 004 sampai RW 008 Kelurahan Kampung Melayu; dan RW 006, 007, 011, dan 014 Kelurahan Bidara Cina.

Baca juga:


Berita terkait