Smelter Pemurnian Nikel Ancam Kesehatan Warga di Bantaeng

Pemerintah Aceh menandatangani kerja sama perdagangan kelapa sawit dengan Yayasan Inisiatif Dagang Hijau (IDH) Indonesia.
Material pabrik PT. Huadi Nickel Alloy berupa gundukan pasir yang lebih tinggi daripada tembok pembatas dan posisinya berjarak sangat dekat dengan rumah warga. (Foto: Tagar/Fitriani)

Bantaeng - Warga di Dusun Mawang, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng, sangat terganggu dengan keberadaan smelter pemurnian nikel milik PT Huadi Nickel Alloy yang berdiri di daerah mereka sejak 2014 lalu.

Material milik perusahaan tersebut menimbulkan debu. Merusak tanaman, dan mengotori udara sehingga mengancam kesehatan warga.

Pada Selasa 16 Juli 2019 lalu, Kepala Dinas Lingkungan Hidup, Kabupaten Bantaeng, Abdullah justru memberikan pernyataan yang bertolak belakang.

Menurut dia, dinasnya belum pernah menerima keluhan warga setempat atas aktivitas pabrik tersebut.

"Dampak apa yang kita pertanyakan? Dampak apa yang kita lihat? Belum ada pernah saya dengar masyarakat mengeluh kulitnya tercemar," kata Abdullah, seolah menegaskan bahwa tidak ada dampak lingkungan yang terjadi.

Hal ini berbanding terbalik dengan fakta lapangan yang ditemukan Tagar pada saat melakukan penelusuran di sekitar smelter atau pabrik, tepatnya di Dusun Mawang, Kecamatan Pajukukang, Kabupaten Bantaeng.

Hampir di sepanjang jalanan kampung Dusun Mawang, sebuah tembok setinggi tak lebih dari tiga meter menjadi pemisah antara material pabrik berupa pasir dengan perkampungan yang dihuni warga.

Ironisnya material berdebu tersebut lebih tinggi daripada tembok itu sendiri, sehingga ketika angin bertiup maka dengan mudahnya membawa butiran debu menempel di rumah-rumah warga yang tepat berada di sisi tembok pembatas.

Jarak yang begitu dekat sangat berisiko bagi warga. Karena akan terhirup dan tentunya akan berdampak pada kesehatan bagi warga setempat, utamanya anak-anak.

"Kita di sini sudah banyak yang sampai batuk-batuk karena debu dan suara pabrik kalau malam bikin susah tidur, ribut sekali," kata Daha, salah satu warga Dusun Mawang sat ditemui pada Senin 5 Agustus 2019.

Dusun Mawang tampak sebagai daerah yang panas dan gersang. Tanahnya kering ditambah udara panas berembus dari arah pabrik.

"Di sini tanaman sudah tidak ada yang jadi sejak pabrik beroperasi. Pintu ditutup terus karena debu tebal sekali, aromanya juga menyengat ada bau besinya itu debu," tambah Daha.

Menurutnya, sebelum beroperasi terdapat desas-desus, pabrik akan membawa keuntungan bagi warga Dusun Mawang, karena mereka akan diberi lapangan kerja dan menjadi bagian dari PT Huadi Nickel Alloy.

Namun ternyata, perusahaan yang berdiri sejak 2014 dan beroperasi resmi pada 2018 lalu hanya memberi angan-angan bagi warga Dusun Mawang.

"Susah sekali masuk, padahal dulu janjinya akan memprioritaskan orang sini tapi ternyata tidak," ketus Daha, mengenang perjuangan beberapa orang yang bolak-balik memasukkan lamaran kerja.

Tanggapan PT Huadi

Sementara itu pihak manajemen PT Huadi Nickel Alloy, tidak menampik jika timbunan material menghasilkan debu. Perusahaan sedang memikirkan rekayasa teknologi bagaimana mengurangi dampak.

"Memang penempatan stock pile untuk bahan baku berbatas dinding dengan penduduk. Tetapi angin timur yaitu bulan Mei hingga Oktober bertiup ke arah pemukiman masyarakat. Sedang dipikirkan rekayasa teknik untuk dapat mengurangi dampak debu yang disebabkan oleh angin yang bertiup kencang ke arah barat. Yang terdampak memang berada di sisi barat yaitu Dusun Mawang," kata Manajer Human Resources Department PT Huadi Nickel Alloy, Lily, Jumat 9 Agustus 2019.

Ditanya kenapa material pabrik diletakkan sangat dekat dengan perumahan warga setempat, bahkan posisinya lebih tinggi dari tembok itu sendiri, menurut Lily, posisi stock pile atau penampungan bahan baku memang di sisi barat dari pabrik yang berbatasan dengan Dusun Mawang.

"Perusahaan belum setahun beroperasi sehingga dampak perubahan arah angin ternyata mulai ada sejak Mei tindakan mengurangi debu ini lebih diintensifkan dengan memperbanyak volume penyiraman sehingga tidak kering dan tidak mudah terbang terbawa angin. Juga sedang dianalisis rekayasa teknis yang lain yang dapat mengurangi debu yang berterbangan ke arah pemukiman," jawabnya.

Sedangkan menyangkut penerimaan karyawan, Lily berkilah, pihaknya hanya menggunakan tenaga usia produktif dan sesuai dengan kebutuhan perusahaan.

"Tetapi jika ada informasi yang seperti ini akan dilakukan pemetaan kembali, data kependudukan yang jelas dan usia produktif di masyarakat sekitar pabrik, sehingga terakomodir sesuai dengan data akurat dan dapat dipertanggungjawabkan," tuturnya. []

Berita terkait
Petani di Bantaeng Ditemukan Tewas Penuh Luka
Perempuan paruh baya itu tewas dengan sejumlah luka di bagian kepala.
Pelaku Pembobol Rumah Kosong di Bantaeng Ditangkap
Dua pelaku pencurian spesialis rumah kosong, RA dan ER, berhasil diringkus oleh aparat kepolisian sektor Bissappu, Polres Bantaeng