Situs Patiayam Kudus Dibidik Jadi Rujukan Wisata Purbakala

Dinas Pariwisata dan Kebudayaan Kudus memproyeksikan situs Patiayam jadi rujukan wisata purbakala Tanah Air. Sosialisasi dimasifkan.
Petugas Museum Patiayam Kudus tunjukkan koleksi gading gajah purba. Museum tersebut diproyeksikan bisa jadi rujukan wisata purbakala Tanah Air. (Foto: Tagar/Nila Niswatul Chusna)

Kudus - Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Kudus gencar menggelar sosialisasi situs Patiayam. Kegiatan ini dilakukan sebagai upaya memproyeksikan museum tersebut sebagai salah satu rujukan wisata purbakala di Tanah Air.

Kepala Bidang Kebudayaan pada Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Kudus, Lilik Ngesti W mengaku pihaknya mengandeng seluruh elemen masyarakat untuk membumikan Museum Patiayam. Tak hanya komunitas, pihaknya juga menggandeng guru sejarah hingga pelaku biro wisata.

"Kami gandeng semuanya. Untuk kegiatan sosialisasi hari ini kami undang Forum Komunikasi Percepatan Pariwisata Kudus (FKPPK), Asosiasi Pelaku Industri Pariwisata (Apita), guru sejarah, pelaku Biro Perjalanan Wisata (BPW)," ujarnya saat ditemui awak media dalam acara Sosialisasi Museum Patiayam di Hotal @HOM Kudus, Senin, 16 November 2020.

Museum Patiayam yang terletak di sisi timur Kudus itu layak dan pantas menjadi rujukan wisata purba.

Untuk membuka pengetahuan masyarakat mengenai dunia purbakala, pihaknya mengundang narasumber dari Museum Ronggowarsito dan Balai Pelestarian Situs Manusia Purba (BPSMP) Sangiran.

"Museum Patiayam yang terletak di sisi timur Kudus itu layak dan pantas menjadi rujukan wisata purba. Ini yang coba kami tekankan ke masyarakat,” terangnya.

Menurut dia, Situs Patiayam sangat potensial untuk dikembangkan sebagai objek wisata arkeologi dan ilmu lain yang terkait dengan jejak sejarah peradaban manusia. Sebab koleksi fosil di Situs Patiayam tidak kalah dengan koleksi yang ada di BPSMP Sangiran.

"Dahulu daerah di Situs Patiayam merupakan selat Muria yang memisahkan Pulau Muria dengan Pulau Jawa. Sehingga fosil yang ditemukan di daerah tersebut sangat beragam dan lengkap. Tidak hanya fosil biota laut, fosil hewan dan tumbuhan darat dan rawa-rawa juga ada. Bahkan di sana juga ditemukan fragmen tengkorak dan gigi premolar manusia purba homo erectus di tahun 1987," jelas dia.

Tak hanya itu, keunggulan dari situs satu ini adalah fosil-fosil yang ada ditemukan dalam keadaan utuh. Timbunan abu vulkanik dan daerah sekitar yang jauh dari sungai, membuat proses pembentukan fosil terjadi dengan baik serta tidak hanyut terbawa erosi.

Baca juga: 

Dengan dukungan penuh dari pemerintah dan masyarakat, Lilik berharap bisa mengembangkan Situs Patiayam dengan lebih maksimal. 

"Kami berharap Situs Patiayam bisa dilirik dan bisa setara dengan Situs Sangiran. Pemanfaatan dan pengembangan situs Patiayam diharapkan dapat menjadi rujukan penelitian purbakala dan destinasi wisata bagi masyarakat," pungkasnya.

Diketahui, Museum Purbakala Patiayam memiliki koleksi ribuan fosil dan fragmen fosil. Fosil-fosil yang ditemukan di Situs Patiayam sangat beragam, mulai tumbuhan purba, binatang purba. 

Di antaranya trigonochepalus (gajah purba), elephan sp (sejenis gajah purba), rhinoceros sondaicus (badak), ceruss zwaani (rusa), brachygnatus dubois (babi), felis sp (macan), crocodilus sp (buaya). Juga berbagai macam artefak hingga kepala manusia purba. [] 

Berita terkait
Dewan Tinjau Sejumlah Situs Bersejarah di Banda Aceh
Sejumlah anggota Dewan Perwakilan Rakyat Kota (DPRK) Banda Aceh meninjau situs cagar budaya di kawasan Kota Banda Aceh.
Situs Cagar Budaya Darud Donya Wisata Sejarah Baru di Aceh
Disbudpar Aceh memiliki fungsi untuk melakukan pemeliharaan, perlindungan, dan pemanfaatan terhadap situs sejarah di Bumi Serambi Mekkah.
Nuansa Mistis Sampah Purbakala di Aceh Tamiang
Tokoh masyarakat setempat yang ditemui, membenarkan bahwa warga masih memercayai bahwa lokasi Bukit Kerang merupakan tempat yang angker