Oleh: Syaiful W. Harahap*
Foto-foto siswa-siswi SMPN 1 Turi, Sleman, DI Yogyakarta, dengan menyebutkan mereka sebagai siswa-siswi yang selamat dari terjangan arus sungai yang deras Sungai Sempor, Dusun Dukuh, Desa Donokerto, Kecamatan Turi, Kabupaten Sleman, jadi petunjuk betapa pelaksanaan susur sungai itu tidak profesional.
Siswi-siswi memakai rok panjang sampai mata kaki dan pakai penutup kepala yang terurai. Pakaian ini bukan standar untuk kegiatan luar ruang karena akan menyulitkan bagi siswi. Jika tetap mengacu ke aturan terkait dengan aurat, maka rok panjang diganti dengan celana panjang ketat semacam training suit. Penutup kepala pun yang hanya menutup kepala sampai leher tanpa ada bagian yang berurai.
Kegiatan itu disebut sebagai kegiatan Pramuka di SMP tsb., tapi tampaknya tidak mengacu ke standar operasi prosedur kepramukaan yang mengutamakan keselamatan.
Standar jika kegiatan di air, apalagi air mengalir, adalah pelampung yang terpasang. Tidak ada kaitannya dengan bisa atau tidak bisa berenang karena yang bisa berenang pun bisa jadi dapat masalah ketika kakinya kram (kejang otot pada otot kaki, perut, dan sebagainya). Jika kram tentu akan kesulitan berenang.
Disebutkan ketika siswa masuk ke air di lokasi Outbound Valley Sempor Dukuh, Sleman, DI Yogyakarta, pada hari Jumat, 21 Februari 2020, siang arus air sungai masih normal. Tapi, dikabarkan di hulu turun hujan yang menyebabkan aliran deras sungai yang sampai pada lokasi outbound pukul 15.00.
Arus air sungai yang deras menghanyutkan siswa-siswi yang sedang menyusuri sungai. Lagi-lagi tidak ada standar di sini yaitu bentangan tali sebagai pegangan bagi siswa-siswi yang menyusur sungai. Ini kelalaian yang sangat konyol.
Sebagai tempat outbound dan kegiatan Pramuka adalah kewajiban pengelola outbound dan pembina Pramuka untuk mencari tahu prakiraan cuaca. Dengan menyebutkan arus sungai normal ketika kegiatan dimulai merupakan pembenaran terhadap kelalaian yang tidak mencari prakiraan cuaca. Apalagi sekarang sedang musim penghujan tentulah amat naif pengelola outbound di sungai dan pembina Pramuka tidak mencari prakiraan cuaca.
Dilaporkan kegiatan diikuti oleh 250-an siswa. Data terakhir sampai pukul 00.00 WIB 239 siswa-siswi selamat, 6 meninggal dunia, dan 5 hilang. Kematian anak-anak ini sia-sia hanya karena keteledoran atau kelalaian pengelola outbound dan pembina Pramuka SMPN 1 Turi.
Ini nama-nama siswa yang jadi korban:
1. Sofia Aulia, Kelas 8, alamat Sumberejo
2. Arisma, Kelas 7, alamat Ngentak Tepan
3. Nur Azizah, Kelas 8, alamat Kembang Arum
4. Latifa, alamat Kembang Arum
5. Belum teridentifikasi
6. Belum teridentifikasi
Tentu saja pengelola outbound dan pembina Pramuka harus mempertanggungjawabkan kematian dan derita siswa-siswi itu secara hukum di depan hakim di sidang pengadilan negeri. Siswa-siswi yang selamat pun akan menderita sepanjang hidupnya karena trauma sehingga perlu pendampingan secara psikologis (Bahan-bahan dari: bnpb.go.id dan sumber-sumber lain). []
* Syaiful W. Harahap, Redaktur di tagar.id