Septinus Arui, Guru Tanpa Gaji di Hutan Papua

Septinus Arui, guru tanpa gaji di hutan Papua. Ia dikelilingi anak-anak yang membuatnya bahagia. Ini kisah hidupnya.
Septinus Arui sedang mengajar di Sekolah Dasar (SD) 102 Kampung Wasnembri. (Foto: Tagar/Edy Afasedanya)

Manokwari - Brigadir Polisi (Brigpol) Septinus Arui berdiri di tengah anak-anak berseragam putih merah yang sedang berbaris di lapangan. Ia merapikan baju seorang anak yang tampak berantakan. Septinus kelihatan sabar dan menikmati perannya sebagai guru.

Septinus Arui adalah warga asli tanah Papua. Tugas Brigpol Septinus sebagai anggota Polri tidak hanya menjaga ketertiban dan keamanan di wilayah hukumnya. Dia pun menjadi guru yang mengajar di SD 102 Wasnembri, Papua Barat.

Kampung Wasnembri berada di Distrik Mubrani, Kabupaten Tambrauw, Papua Barat. Untuk mencapai sekolah tersebut, Brigpol Septinus harus membelah hutan belantara yang terjal dan berliku. Dia rela mengajar di pedalaman Papua demi semata-mata mencerdasakan kehidupan berbangsa dan bernegara. Pengabdian yang sungguh luar biasa.

“Saya tidak menerima gaji menjadi guru ini. Saya ingin anak-anak di pedalaman Papua pintar-pintar,” ujar Brigpol Septinus kepada Tagar.

Di luar profesinya sebagai guru, Brigpol Septinus merupakan anggota Bhabinkamtibmas kampung Arfu, Papua Barat. Sebagai warga asli kampung Wasnembri, dia mengaku prihatin dan sedih melihat anak-anak pedalaman yang belum mendapat akses pendidikan sebagaimana mestinya.

“Saya pingin anak-anak di kampung ini bisa lebih maju seperti anak-anak di daerah lain di Indonesia,” tandasnya.

Saya tidak menerima gaji menjadi guru ini. Saya ingin anak-anak di pedalaman Papua pintar-pintar.

Septinus AruiSeptinus Arui sedang mengajar di Sekolah Dasar (SD) 102 Kampung Wasnembri. (Foto: Tagar/Edy Afasedanya)

Dia menuturkan tidak pernah lelah membagikan ilmu kepada murid-muridnya. Walaupun di satu sisi punya tanggung jawab yang besar sebagai anggota Polri, akan tetapi semangatnya mengajar tidak pernah padam demi kepintaran anak-anak.

“Jadi guru ini panggilan jiwa dan suka rela. Tidak mengharapkan gaji sepeser pun. Apa yang saya kerjakan ini demi memajukan dunia pendidikan di tanah Papua Barat, khusus di Tambrauw, kampung Wasnembri,” ungkapnya.

Brigpol Septinus sudah satu tahun menjalani profesinya sebagai guru. Dia merasa terpanggil menjadi guru lantaran kurangnya tenaga pendidik untuk mengajar di sekolah tersebut. Untuk mencapai tempatnya mengajar, Brigpol Septinus harus menempuh jarak dengan waktu satu jam 30 menit dengan mengendari sepeda motor. Anggota polisi juga menjadi pembina salah satu gereja di kampungnya.

Kondisi Sekolah

Septinus menjelaskan kondisi SD 102 Wasnembri, Papua Barat sungguh memprihatinkan. Puluhan muridnya harus belajar di bawah atap seng yang panas jika cuaca kemarau, dan tembok sekolah yang bolong-bolong. Mereka juga bersekolah tanpa alas kaki.

Dia berharap pemerintah daerah setempat untuk serius memperhatikan bangunan sekolah di pedalaman Papua. Memperbaiki bangunan sekolah agar anak-anak dapat aman dan nyaman saat kegiatan belajar-mengajar.

“Saya pun berharap murid-murid rajin ke sekolah walaupun kondisinya seperti ini,” ujarnya.

Kepala SD 102 Wasnembri, Ruland Kapisa mengapresiasi kinerja Septinus. Ruland mengatakan Setptinus merupakan guru yang rajin, paling aktif dan tidak banyak mengeluh dalam mengajari murid-muridnya.

“Masyarakat di sini senang sama dia. Mereka mengucapkan terima kasih kepada Septinus yang sudah mengabdikan dirinya untuk mengajar anak-anak di sini,” pungkas Ruland.

Sementara itu, Kapolsek Amberbaken, Iptu Heru Sundawan, akan mengusulkan kepada Kapolda Papua Barat untuk memberikan penghargaan kepada Brigpol Septinus.

“Kami bangga sekali kepada Brigpol Septinus. Sebagai pimpinan, saya mendukung sekali kinerja sebagai guru tanpa melalaikan tugasnya sebagai anggota bhabinkamtibmas,” ujarnya. []

Baca juga:

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.