Seniman Magelang Melukis dengan Bahan Limbah Plastik

Sujono, seniman kreatif asal Magelang. Perupa ini melukis dengan pewarna berbahan limbah plastik
Sujono, seniman asal Magelang, saat menuangkan kreatifitasnya dalam melukis menggunakan bahan baku limbah plastik. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Magelang - Berangkat dari keprihatinan banyaknya sampah plastik di lingkungan sekitar tempat tinggalnya. Sujono, seniman kreatif di Kabupaten Magelang, Jawa Tengah, mampu menghasilkan ragam karya lukisan dengan nilai seni tinggi.   

Kerajinan tangan yang dihasilkan dari daur ulang limbah plastik atau sampah anorganik saat ini menjadi hal biasa. Sebut saja baju unik dari limbah plastik, kemudian tas, sepatu, hingga perabotan rumah tangga. 

Banyak crafter dan orang kreatif yang mampu melakukan hal itu. Menuangkan ketrampilan mereka dalam menyulap limbah plastik menjadi kerajinan bernilai tinggi.

Saat pameran di Malaysia, saya bawa tiga lukisan antara lain tentang semangat serangga bertani, kemudian berjudul Fresh yang visualnya serangga mengayuh becak.

Namun, bagaimana jika limbah plastik itu diubah jadi bahan baku pewarna untuk melukis? Belum banyak, bahkan mugkin belum ada seniman di Tanah Air yang berkarya menggunakan bahan itu. 

Sujono, demikian nama seniman itu. Ia cukup terkenal di Magelang dan sekitarnya. Akrab disapa Sujono Keron. Ia dikenal sebagai perupa atau seniman serba bisa. Juga peduli dengan kondisi sosial dan lingkungan sekitar.  

Pria yang berasal dan tinggal di Dusun Keron, Desa Krogowanan, Kecamatan Sawangan, Kabupaten Magelang itu merupakan seniman yang sudah malang melintang di dunia seni budaya Magelang.

Seniman Serba Bisa

Lukisan plastik 1Salah satu karya Sujono, seniman Magelang yang menggunakan pewarna berbahan limbah plastik. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Tak ada yang meragukan kemampuan Sujono dalam hal membikin kerajinan tangan. Sebut saja topeng serangga dan wayang serangga. Sujono bahkan menciptakan tarian Jingkrak Sondang yang sudah dipentaskan baik di Magelang maupun luar daerah.

Pria 50 tahun ini juga mahir dalam hal koreografer, penata panggung. Di tangannya, banyak acara sukses digelar. Dan yang pasti, Sujono lihai menyapukan kuasnya di atas kanvas hingga menghasilkan lukisan bernilai jual tinggi.

Sejak masih duduk di bangku sekolah tingkat SMP, Sujono sudah menunjukkan bakat melukisnya. Ia tak pernah mengenyam pendidikan formal seni, khususnya melukis. Semua didapat dan dipelajari secara otodidak. 

Prestasinya diawali dengan juara I lomba lukis tingkat Kecamatan Sawangan saat itu. Lukisan yang dihasilkan ketika itu masih seperti lukisan perupa lainnya, yakni dari cat minyak dan akrilik.

Seiring berjalannya waktu, Sujono terus mengasah kemampuannya dalam bidang melukis. Meski demikian, dia tidak kemudian terus fokus pada bidang tersebut. Ia malah mulai peduli dengan kondisi sekitar. 

Saya kemudian mulai melukis menggunakan limbah sampah plastik sejak tahun 2017.

Ya, meski sudah punya kemampuan seni yang terbilang mumpuni, Sujono masih tetap menaruh perhatian besar pada kehidupan sosial di lingkungan tempat tinggalnya. Apalagi, Sujono berasal dari dusun yang sangat dekat dengan kehidupan petani.

Dia menyadari, lingkungan asri dan hijau yang menjadi ladang mata pencarian para petani saat ini tak lagi sebersih dulu. Ancaman sampah plastik ada di setiap titik, di jalan, di pekarangan, bahkan sampai di saluran irigasi yang menjadi pemasok utama air persawahan.

Jika dibiarkan terus menerus, plastik akan merusak kesuburan tanah, mencemari kejernihan air, dan ekosistem di sekelilingnya.

Kondisi tersebut membuat Sujono prihatin. Dia merasa perlu ambil bagian dalam upaya mengatasi polusi tersebut. Dia lalu berpikir, bagaimana cara agar polusi berupa sampah plastik itu bisa diatasi, atau minimal dikurangi.

Berbekal kemampuannya, Sujono memiliki ide pertama memanfaatkan sampah plastik untuk bahan baku pembuatan kostum tarian. Sejumlah kostum berbahan limbah plastik telah terlahir dari tangannya, paling banyak berupa kostum serangga.

Kostum-kostum buatan Sujono ini sudah dipakai untuk pentas dalam berbagai acara di banyak tempat. Kreasinya tersebut membuahkan apresiasi dan decak kagum dari para penonton dan masyarakat.

Pewarna Bahan Limbah Plastik

Lukisan plastik2Karya lukisan lain seniman Magelang, Sujono, yang menggunakan pewarna dari bahan limbah plastik. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Lambat laun, dia juga tercetus ide untuk menggunakan sampah plastik berwarna-warni sebagai bahan baku pewarna lukisan. Dia melihat, sampah-sampah yang terbuang memiliki warna yang menarik dan beragam.

Sujono kemudian mulai merealisasikan idenya tersebut. Banyak percobaan dilakukan, sampai dihasilkan sebuah kesimpulan. Dia pun menemukan rumus dan cara jitu melukis menggunakan limbah plastik.

"Saya kemudian mulai melukis menggunakan limbah sampah plastik sejak tahun 2017," ujar Sujono, Minggu, 12 Juli 2020.

Dengan niat awal mengurangi pencemaran lingkungan berupa limbah plastik, Sujono mantap meneruskan usahanya menyalurkan bakat melukis. Dia memanfaatkan limbah plastik yang mudah ditemui di sekitarnya.

Berbagai sampah plastik yang dimanfaatkannya antara lain kaleng oli plastik, bola plastik, ember plastik, pralon, tas kresek, tali rafia, bungkus-bungkus makanan, sisa-sisa potongan plastik, dan lain sebagainya.

Untuk mendapatkan limbah plastik yang diinginkan, Sujono tidak kesulitan. Ia disuplai tetangganya, juga pengepul, serta bank sampah.

Plastik-plastik yang sudah terkumpul kemudian dicuci hingga bersih. Setelah kering dan bersih, plastik dipotong kecil-kecil dan dikelompokkan sesuai warna yang ada. Untuk memenuhi pewarnaan, tak jarang Sujono memesan limbah plastik sesuai kebutuhan kepada pengepul atau bank sampah.

“Plastik yang sudah dicuci dan bersih langsung dipotong-potong kemudian dikelompokkan sesuai warnanya yang sejenis," tutur Sujono.

Setiap kali akan melukis, dia membutuhkan sejumlah bahan dan peralatan pendukung. Di antaranya kuas, kanvas, gunting, panci, kompor, dan tentu saja limbah plastik.

Dimulai dengan mempersiapkan semua peralatan. Sujono kemudian memanasi plastik sesuai warna yang diinginkan di atas kompor, menggunakan sebuah panci atau wadah tahan panas lainnya.

Plastik yang sudah dicuci dan bersih langsung dipotong-potong kemudian dikelompokkan sesuai warnanya yang sejenis.

Seniman Magelang2Sujono, tak hanya seniman kreatif. Perupa Magelang ini juga peduli lingkungan. Ia menggunakan limbah plastik sebagai bahan pewarna lukisannya. (Foto: Tagar/Solikhah Ambar Pratiwi)

Lelehan plastik itu lantas dicampur dengan lem bakar, tujuannya agar menempel saat disapukan ke kanvas nantinya. Lem bakar juga dioleskan di bagian kanvas agar plastik bisa menempel kuat dan tidak lepas.

Menurut pria yang juga aktif di Komunitas Lima Gunung ini, plastik baru dipanasi dan dicampur dengan lem bakar saat hanya akan digunakan. Pewarna hasil olahannya itu langsung dituangkan di kanvas dalam keadaan panas, karena bahan plastik akan mengeras saat dingin.

"Setelah dicampur dengan lem bakar dan mendidih, baru dioleskan di kanvas,” ucapnya.

Dibandingkan dengan melukis cara kebanyakan, teknik melukis menggunakan limbah plastik ini tentu berbeda jauh. Tidak hanya bahan bakunya yang anti mainstream, namun juga cara menyapukan pewarna ke kanvas.

Sujono harus ekstra hati-hati lantaran lelehan plastik yang digunakan berada dalam kondisi panas. Salah-salah, lelehan plastik tersebut bisa menempel di bagian tubuhnya dan meninggalkan bekas luka.

Meski berbahaya, namun Sujono tak menggunakan alat pelindung tertentu saat melukis. Dia menjalani dan menikmati aktivitas tersebut seperti biasa di rumahnya.

Dalam mengekspresikan keahliannya, Sujono biasa memakai kanvas ukuran 60 cm x 80 cm dan 1 m x 1,5 m. Sebagian besar lukisannya menggambarkan kehidupan serangga.

Dia terus mengolah kemampuannya melukis menggunakan bahan baku limbah plastik. Dengan ketekunannya, dia mampu menghasilkan sejumlah lukisan yang kemudian mulai dipamerkan setahun kemudian, atau di tahun 2018.

Beberapa pameran yang pernah diikutinya antara lain di Studio Mendut, Limanjawi Art House Borobudur dan di Malaysia.

“Saat pameran di Malaysia, saya bawa tiga lukisan antara lain tentang semangat serangga bertani, kemudian berjudul Fresh yang visualnya serangga mengayuh becak,” ujar pria yang juga pegiat Sanggar Saujana Dusun Keron itu.

Bagi kurator, lukisan yang dihasilkan Sujono mungkin unik dan berbeda dari kebanyakan. Hal ini yang kemudian mempengaruhi nilai jual dari hasil karya tersebut.

Saat disinggung soal harga lukisan dari limbah plastik ukuran 60 cm x 80 cm, Sujono menyebut, pernah laku berkisar Rp 8 juta sampai Rp 10 juta. Tentu sebanding dengan kesulitan yang dihadapi saat menghasilkan satu lukisan.

Terlepas dari nilai jual tinggi tersebut, Sujono mengaku akan terus menekuni seni melukis menggunakan limbah plastik. Hal ini dilakukan sekaligus untuk kampanye isu lingkungan.

Menurutnya, polusi berupa limbah sampah plastik harus diatasi demi kelangsungan hidup yang lebih baik. Jika bukan dimulai dari kita sendiri, lalu dari mana lagi? Demikian semangat yang terkandung di balik senyumnya. []

Baca juga: 

Berita terkait
Djoko Pekik, Pelukis yang Karyanya Dibeli Jokowi
Presiden Joko Widodo (Jokowi) membeli karya seorang pelukis bernama Djoko Pekik yang saat ini tinggal di daerah Bantul, Yogyakarta.
Zainal Beta, Pelukis Tanah Liat Kelas Dunia
Setelah menyaksikan itulah maka keluar pengakuan dari Affandi bahwa lukisan Zaenal istimewa yang tak ada dimana pun di dunia ini.
Perupa Medan Ciptakan Lukisan Bermedia Karet
Lima perupa Sumatera Utara menggunakan media alternatif karet yang dibentuk dengan pengantar panas.