Zainal Beta, Pelukis Tanah Liat Kelas Dunia

Setelah menyaksikan itulah maka keluar pengakuan dari Affandi bahwa lukisan Zaenal istimewa yang tak ada dimana pun di dunia ini.
Zaenal Beta diantara lukisan tanah liatnya. (Foto: zainalbeta.blogspot.com)

"Saya ingin sekali menyatukan tanah-tanah di Indonesia di atas kanvas melalui sebuah lukisan," kata Zaenal Beta, pria berusia (56) yang piawai melukis di kanvas dengan menggunakan bahan tanah liat.

Keinginan tersebut belum pernah tercapai, tetapi pelukis beraliran ekspresionis berharap ada pihak yang bersedia menjadi sponsor untuk mewujudkan cita-cita yang sudah lama terpendam tersebut.

Tetapi menyatukan tanah di Sulawesi Selatan tanah kelahirannya sudah ia lakukan, dan sudah tak terhitung jumlah lukisan di atas kanvas melalui media tanah liat, setelah mulai berkarya 1980.

Ibu jarinya menunjuk beberapa lukisan di galeri lukisan kawasan Benteng Fort Rotterdam, Makassar, di antara sekian lukisannya, sudah banyak yang dikoleksi orang termasuk kolektor dari Belanda, Jerman, Rusia, Perancis, Australia, dan banyak lagi kolektor dari berbagai negara membeli karya yang langka tersebut.

Ia menyebutkan melukis dengan media tanah liat memang tak ada dalam teori, itu muncul secara tak sengaja, ketika ia masih remaja menemukan sebuah kertas yang jatuh ke tanah, setelah tanah di atas kerja disapu ternyata menurutnya mengandung sebuah objek di si kertas tersebut.

Mulai saat itulah ia berpikir ingin memunculkan sebuah karya lukis yang berbeda dengan orang lain. Jika orang lain memanfaatkan cat untuk sebuah lukisan di atas kanvas, ia justru memanfaatkan warna tanah untuk media lukisannya.

Oleh sebab itu, bukan kuas yang digunakan untuk mewujudkan sebuah karya lukisannya tetapi sebuah bilah yang terbuat dari bambu, katanya berbincang dengan penulis.

Menuruit Zainal, tadinya lukisannya tak pernah dihiraukan orang lantaran tak lazim dilakukan seniman, tetapi setelah ia mengikuti sebuah pameran di Taman Ismail Marzuki (TIM) Jakarta tahun 1986, mulai saat itulah dikenal dan diakui.

Pengakuan hasil karya seni Zainal Beta itu pun setelah maestro lukis Indonesia Affandi mengetahui adanya lukisan dengan tanah liat, maka sang maestro itu pun datang menyempatkan diri ke TIM menyaksikan lukisan karya Zainal Beta ini.

Setelah menyaksikan itulah maka keluar pengakuan dari Affandi bahwa lukisan Zaenal istimewa yang tak ada dimana pun di dunia ini.

"Ketika itu, Pak Affandi datang ke pameran lalu memuji karya saya, beliau menggelari saya sebagai professor lukis Indonesia, sedangkan dirinya hanya doktor, dia bilang begitu karena dia belum pernah melihat sebelumnya ada pelukis menggunakan tanah liat selain saya, saya dianggap penemu lukisan tanah liat," ujar Zaenal sambil tersenyum.

Menurut Zaenal, setelah itulah lukisannya diakui sebuah karya seni yang terus digelutinya hingga sekarang dan terus berinovasi dengan aneka warna tanah liat.

Ketika ditanya dari mana ada tanah liat yang diperoleh untuk melengkapi warga sebuah karya lukisnya, ia menyebutkan sementara ini hanya dari Sulsel saja paling jauh dari Luwo sebuah daerah terjauh di wilayah provinsinya.

Warna tanah di Sulsel sendiri ada 20 warna, merah, coklat, hijau, hitam, putih abu-abu dan sebagainya, kecuali warna biru yang tidak ada.

Dari aneka warna tanah tersebut hampir bisa dipastikan ia bisa menjadikan sebuah karya lukis bagaikan karya yang berasal dari media cat minyak atau cat air.

Oleh karena itu, ia selalu optimistis bisa mewujudkan sebuah lukisan yang diinginkan kalangan pecinta seni lukis.

Tentu saja untuk menciptakan sebuah lukisan itu ia tak sembarangan memanfaatkan tanah liat tersebut dan harus dilakukan persiapan bahan dari tanah liat dengan memilih tanah liat yang halus. Lalu dicampur dengan air yang kemudian disaring untuk mendapatkan karakter tanah liat dengan warna yang pas di kanvas.

Kebanyakan karya Zaenal Beta yang identik dengan nilai budaya khas Sulsel, seperti lukisan perahu Phinisi, lukisan senja dan rumah arsitektur Bugis-Makassar atau budaya lokasl lainnya, sehingga banyak lukisannya yang menghiasi dinding-dinding hotel berbintang di Makassar. Karyanya juga menjadi buruan kolektor lukisan yang datang berkunjung ke Makassar.

Pria berambut gondrong asal Sungguminasa, Kabupaten Gowa ini, tidak pelit membagi ilmunya. Di sanggar lukisnya, Zaenal tekun mengajari murid-muridnya, dari usia kanak-kanak hingga orang dewasa.

Zaenal juga aktif di komunitas Indonesia seniman lainnya yang rutin berkumpul di benteng tempat Pangeran Diponegoro ditahan oleh Belanda tersebut.

Kalau kebetulan sedang jalan-jalan di Benteng Fort Rotterdam, tidak ada salahnya untuk singgah di galerinya. Bagi yang hendak mengoleksi karyanya, Zaenal menjual lukisan tanah liatnya dengan harga yang ramah di kantong pelancong.

Ketika ditanya penerus karyanya, ia menyebutkan dua anaknya sudah pula menggeluti profesi tersebut, tetapi ia pun rela mengajarkan ilmunya atas kamampuannya kepada pelukis-pelukis muda di wilayah tersebut, atau kepada siapa saja yang ingin belajar.

Ketika di tanya lagi cita-citanya dengan ekspresi wajah berharap, ia ingin sekali melakukan karya lukisnya tak hanya di Indonesia, melainkan ke luar negeri, agar karya-karyanya lebih dikenal secara mendunia.

Oleh karena itu ia berharap pemerintah, bisa membantu ia atas nama Bangsa Indonesia memperkenalkan Indonesia melalui sebuah karya lukis unik ini ke belahan dunia lain. (Fet/Ant/Hasan Zainuddin)

Berita terkait
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.