Sengketa Antara China dan Malaysia Soal Klaim Maritim

China dan Malaysia telah memasuki kebuntuan yang tenang tetapi berlarut-larut di laut di mana klaim kedaulatan kedua negara tumpang tindih
Kapal angkatan laut Malaysia berpatroli di perairan dekat Pulau Langkawi, 16 Mei 2015. (Foto: Dok/voaindonesia.com/Reuters).

Jakarta - China dan Malaysia telah memasuki kebuntuan yang tenang tetapi berlarut-larut di laut di mana klaim kedaulatan kedua negara tumpang tindih, dan masing-masing pihak menunjukkan tekad yang semakin kuat untuk berdiri tegak melawan yang lain. Ini dikatakan oleh para analis yang mengikuti perkembangan hubungan kedua negara itu.

Awal bulan November 2020, kapal penjaga pantai China 5402 ditempatkan di dekat Luconia Shoals (kawasan laut dangkal Luconia) di jalur laut utara Kalimantan yang menurut Malaysia termasuk dalam zona ekonomi eksklusif maritimnya. Ini keterangan dari Asian Maritime Transparency Initiative (AMTI) di Washington, DC, AS, yaitu prakarsa yang berusaha mempromosikan keterbukaan dan pertukaran maritim di Asia.

Beijing mengatakan jalur laut itu berada dalam garis batasnya yang mencakup sekitar 90% Laut China Selatan. Perhitungannya, menurut otoritas China, berdasarkan catatan sejarah penggunaan wilayah itu. Brunei, Malaysia, Filipina, Taiwan, dan Vietnam memperebutkan sebagian atau seluruh klaim China atas laut seluas 3,5 juta kilometer persegi yang kaya akan ikan dan juga energi itu.

Pada 19 November, kapal China mengganggu anjungan pengeboran Malaysia dan kapal pemasok yang beroperasi 44 mil laut (81,5 kilometer) di lepas pantai. Ini informasi dari AMTI, yang berada di bawah Pusat Studi Strategis dan Internasional (CSIS), lembaga swasta yang menjadi wadah para ilmuwan Amerika. Malaysia mengerahkan kapal angkatan lautnya sebagai tanggapan, dan kapal itu membayangi kapal China. Ini laporan 25 November 2020.

Insiden semacam ini menjadi hal biasa, kata para ilmuwan di Malaysia, meskipun biasanya tidak menjadi perhatian karena kedua pemerintah sebagian besar rukun dan mengesampingkan perselisihan.

Para pejabat di Vietnam dan Filipina telah lebih sering berbicara menentang China dalam dekade terakhir, terutama ketika China menguruk beberapa pulau di laut yang disengketakan untuk digunakan sebagai pangkalan militer. Di bawah Presiden Donald Trump, pemerintah Amerika telah meningkatkan dukungan militernya untuk Asia Tenggara dan Taiwan sebagai cara untuk menahan China (lt/ab)/voaindonesia.com. []

Berita terkait
China Desak Malaysia Adil Selidiki Nelayan yang Ditangkap
Malaysia menangkap 60 warga China dan 6 kapal nelayan yang masuk ke perairannya tanpa izin, China minda agar penyelidikan secara adil
China Caplok Perairan ZEE Indonesia di Laut Natuna Utara
Dengan nine-dash line yang dibuat China secara sepihak, perairan Laut Natuna Utara masuk dalam perairan China sehingga bisa saja dicaplok
Jepang Protes Agresivitas Beijing di Laut China Timur
Jepang manfaatkan kunjungan Menlu China untuk protes peningkatan aktivitas Beijing di sekitar pulau-pulau yang disengketakan di Laut China Timur
0
DPR Terbuka Menampung Kritik dan Saran untuk RKUHP
Arsul Sani mengungkapkan, RUU KUHP merupakan inisiatif Pemerintah. Karena itu, sesuai mekanisme pembentukan undang-undang.