Sekolah Tinggi Ilmu Beruk Pertama Ada di Pariaman

Sekolah Tinggi Ilmu Beruk pertama di Indonesia, bahkan di dunia ada di Pariaman, Sumatera Barat. Hal ini dimaksudkan untuk melatih ketangkasan.
Kepala sekolah STIB Hamidul berfoto dengan salah satu beruk yang sekolah si STIB Pariaman. (Foto: Tagar/Rina Akmal).

Pariaman - Pariaman menjadi salah satu daerah penghasil kelapa terbesar di Sumatera Barat, tidak heran jika banyak warganya yang memelihara beruk (monyet) untuk dimanfaatkan memetik buah kelapa. Di sini telah di bangun sekolah khusus beruk yang pertama di Indonesia, bahkan dunia.

Agar dapat mengerti apa yang diperintahkan, beruk perlu dilatih terlebih dahulu. Perlu diketahui, melatih beruk juga tidak bisa dilakukan sembarangan, kalau di sini harus dilakukan orang yang memiliki kemampuan khusus secara turun temurun.

Namun, saat ini Badan Usaha Milik Desa (BUMDes) Apar Mandiri Pariaman yang berada di Desa Apar, Kecamatan Pariaman Timur Kota Pariaman Sumatera Barat mendirikan Sekolah Tinggi Ilmu Beruk (STIB) Apar Mandiri. 

STIB ini selain untuk melatih beruk, juga dijadikan juga sebagai objek wisata di Pariaman.

Ada yang memandu wisatawan menjelaskan proses di STIB, sampai pelatih mengajarkan beruk, sehingga wisatawan yang berkunjung memahami tahapan dan proses pelatihan beruk.

Dari pantauan Tagar di lapangan pada Senin 16 September 2019, tampak sejumlah pengunjung berfoto dengan beruk yang didampingi pelatinya. Pengunjung juga dapat menyaksikan langsung beruk yang sedang belajar memutar-mutar kelapa dan memilih kelapa yang akan dijatuhkan.

Kepala sekolah STIB Hamidul mengatakan, ada enam kurikulum dalam STIB Apar ini, yang pertama soal pengenalan diri pada beruk selama tiga bulan, salah satunya dengan memberi makan, minum, dan yang lainnya. 

Kurikulum kedua, kata dia, selama dua bulan beruk belajar mengenal kelapa yang sudah ditandai dan layak konsumsi.

Pada kurikulum ketiga, lanjutnya, beruk belajar memutar-mutar kelapa bolong yang ditancapkan ke kayu. Kemudian pada kurikulum ke empat beruk akan belajar menjatuhkan kelapa yang digantung selama dua bulan. 

Jadi, selama tiga bulan, beruk belajar menjatuhkan kelapa yang sudah tua atau muda sesuai arahan gurunya, serta kurikulum ke enam monyet siap turun diterjunkan untuk praktik karena dirasa sudah memiliki ketangkasan.

Menurut Hamidul, sebenarnya sekolah beruk ini sudah dikenal sejak zaman Belanda di Pariaman, tetapi di Desa Apar ini direvitalisasi dan dikombinasikan dengan pariwisata agar wisatawan bisa melihat langsung bagaimana proses beruk dilatih di STIB.

Tidak hanya itu, pihak pengelola STIB juga telah menyiapkan pemandu wisata di kawasan tersebut. Untuk menjelaskan kepada wisatawan yang datang ke sekolah ini, tentunya tentang tahapan-tahapan yang dilalui dalam STIB.

"Ada yang memandu wisatawan menjelaskan proses di STIB, sampai pelatih mengajarkan beruk, sehingga wisatawan yang berkunjung memahami tahapan dan proses pelatihan beruk," kata dia.

STIB di PariamanKepala sekolah STIB Hamidul berfoto dengan salah satu beruk yang sekolah si STIB Pariaman. (Foto: Tagar/Rina Akmal).

Sementara itu, Kepala Desa Apar Hendrick mengatakan hadirnya STIB di Desa Apar atas inovasi dan dukungan Walikota Pariaman. Hal ini guna menunjang parawisata di Kota Pariaman ini.

"Di sini akan diaktifkan lagi stasiun kereta, jadi mungkin bisa saja ada dari masyarakat nantinya yang melewati desa ini, turun sebentar dari kereta apinya untuk melihat wisata STIB ini," kata Hendrick.

Hendrick mengatakan, selain dari inovasi dan dukungan walikota, di Desa Apar ini hubungan beruk dan manusia sudah terjalin sejak lama. Sebab, banyak dari masyarakatnya menggunakan beruk sebagai hewan untuk memetik buah kelapa.

"Disisi lain, di STIB ini beruk akan dilatih oleh pelatih yang berpengalaman, dengan mengunakan kurikulum yang telah disiapkan sebelumnya, dengan kurun waktu 4 sampai 6 bulan. Sehingga setelah keluar dari STIB berul itu akan mahir dan bisa membantu manusia untuk memetik kelapa," katanya.

Menariknya, di STIB seluruh beruk itu akan mengikuti tahapan-tahapan sesuai dengan kurikulum di sini. Hal tersebut diyakini akan menjadi daya tarik tersendiri bagi orang untuk berkunjung ke Pariaman, karena sekolah ini merupakan pertama di Indonesia, bahkan di Dunia. []

Berita terkait
Angkek-angkek, Batu Peramal Nasib di Tanah Datar Sumbar
Percaya tidak percaya, sebuah batu di Kabupaten Tanah Datar, Sumatera Barat, bisa meramal nasib seseorang. Batu angkek-angkek namanya.
Sensasi Wisata Bahari di Pariaman, Belum Banyak Orang Tahu
Selain pemandangan yang eksotis, di sepanjang Pantai Gandoriah juga ditumbuhi pohon pinus sehingga menjadikan kawasan objek wisata.
Pergantian Tahun, Pemkot Pariaman Larang Wisatawan Bermalam
Pergantian tahun, Pemkot Pariaman larang wisatawan bermalam. "Tujuannya agar tak ada hal buruk yang merugikan pengunjung maupun adat istiadat," kata Yota Balad.
0
Sejarah Ulang Tahun Jakarta yang Diperingati Setiap 22 Juni
Dalam sejarah Hari Ulang Tahun Jakarta 2022 jatuh pada Rabu, 22 Juni 2022. Tahun ini, Jakarta berusia 495 tahun. Simak sejarah singkatnya.