Sekolah Tatap Muka Risiko Muncul Klaster C-19 di DIY

Epidemiolog UGM menyebut sekolah tatap muka di DIY berisiko memunculkan klaster baru C-19. Untuk itu, perlu asesmen secara menyeluruh.
Ilustrasi Sekolah (Foto: Pixabay)

Yogyakarta - Pemerintah mengeluarkan kebijakan sekolah yang berada di zona hijau dan kuning diperbolehkan melakukan pembelajaran tatap muka. Namun demikian, risiko sekolah tatap muka bisa memunculkan klaster baru virus C-19 atau Covid-19.

Oleh sebab itu, pembukaan sekolah tatap muka baik di zona hijau atau kuning perlu melalui proses asesmen yang menyeluruh. Asesmen dilakukan mulai dari kesiapan daerah hingga sekolah masing-masing terkait dengan protokol kesehatan.

"Misalnya, terkait desain kelas, bagaimana proses siswa datang, pengawasan penggunaan masker, mencuci tangan, menjaga jarak hingga skenario seperti apa yang akan dijalankan jika ada yang terkonfirmasi positif," ucap Epidemiolog dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Bayu Satria, Senin, 17 Agustus 2020.

Bayu mengatakan, sekolah tatap muka memiliki beberapa faktor risiko penularan karena ada kesulitan pengaturan jarak, penggunaan masker, ruang tertutup, waktu yang lama, serta interaksi antar orang secara dekat, terutama pada anak-anak kecil. Oleh karena itu jika tidak dilakukan dengan baik dan benar bahkan di zona hijau maka bisa jadi sumber penularan baru.

Ini perlu kerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk verifikasi serta kejujuran orang tua siswa.

Pihak sekolah harus bisa memastikan pelaksanaan protokol kesehatan berjalan dengan ketat jika akan menyelenggarakan sekolah tatap muka. Salah satunya memastikan siswa yang datang benar-benar sehat, tidak ada gejala dan menjadi kontak dari kasus positif. "Ini perlu kerja sama dengan Dinas Kesehatan untuk verifikasi serta kejujuran orang tua siswa," katanya.

Selanjutnya, pembatasan jumlah siswa di dalam kelas, pengurangan waktu tatap muka, pengaturan ventilasi yang baik, pengaturan kursi serta pembatasan interaksi diluar kelas. Lalu, pengawasan ketat terhadap pemakaian masker melalui edukasi ke siswa baik dari orang tua maupun guru serta adanya ketegasan jika ada yang melanggar.

"Kantin sebaiknya didesain sesuai protokol kesehatan. Tidak lupa asesmen dari pihak eksternal sekolah untuk melakukan pengecekan apakah sudah siap buka atau belum," ujarnya.

Baca Juga:

Ia menyebutkan, saat ini kegiatan pembelajaran sebaiknya dititikberatkan dilakukan secara daring namun dengan kerjasama yang baik antara sekolah dan orang tua. Sebab, menurutnya pembelajaran daring pun akan percuma jika anak-anak di rumah tetap bermain dengan temannya tanpa memakai masker.

Sebelumnya, Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengku Buwono (HB) X menegaskan bahwa pembukaan sekolah secara tatap muka risikonya sangat besar bagi anak-anak. Dengan begitu, sekolah tatap muka di Yogyakarta belum akan dibuka.

Ngarsa Dalem, sapaan lain Sri Sultan HB X, menyatakan, kegiatan belajar tatap muka akan dimulai dari tingkat perguruan tinggi. Kemudian hasil pembelajaran di perguruan tinggi akan dievaluasi. "Mahasiswa kan masuk sekitar September besok. Dari situ akan kami jadikan bahan evaluasi," katanya. []

Berita terkait
Sri Sultan HB X Sentil UPT Malioboro Yogyakarta
Gubernur DIY Sri Sultan HB X menyentil UPT Malioboro karena dianggap tidak menjaga Malioboro dengan baik.
C-19 di Yogyakarta Tembus 1.025 Kasus per 16 Agustus
Pada Minggu, 16 Agustus 2020 ada penambahan 33 kasus C-19. Sampai saat ini di Provinsi DIY tembus 1.025 kasus.
Khawatir Pemudik ke Yogyakarta Saat Libur Panjang
Yogyakarta khawatir pemudik berdatangan saat libur panjang. Para pemudik dikhawatirkan membawa virus.
0
Surya Paloh Sebut Nasdem Tidak Membajak Ganjar Pranowo
Bagi Nasdem, calon pemimpin tak harus dari internal partai. Ganjar Pranowo kader PDIP itu baik, harus didukung. Tidak ada membajak. Surya Paloh.