Sejarah Takjil Gulai di Masjid Gedhe Yogyakarta

Masjid Gedhe Kauman Yogyakarta punya sejarah kenapa gulai kambing jadi menu favorit takjil Ramadan 2019.
Panitia Masjid Gedhe Kauman sedang menyiapkan menu takjil kepada jamaah. Setidaknya setiap hari 1.600 sampai 2.000 porsi disiapkan. (Foto : Tagar/Ridwan Anshori)

Yogyakarta - Kagungan Dalem Masjid Ageng Yogyakarta, atau lebih dikenal Masjid Gedhe Kauman, selalu dibanjiri jamaah. Apalagi pada bulan Ramadan 1440 Hijriah ini.

Tiap sore menjelang waktu berbuka, masjid yang didirikan oleh pendiri Keraton Yogyakarta, Sri Sultan HB I ini, menyediakan ribuan porsi makanan untuk takjil. Menu makanan yang disediakan berganti-ganti, namun tetap kental dengan masakan tradisional Jawa.

Makanan yang menjadi favorit adalah gulai kambing. Masakan berkuah ini selalu dihidangkan di awal Ramadan, lalu rutin setiap Kamis. Makanan tradisional lainnya brongkos, sambal goreng krecek, opor ayam dan asem-asem ayam.

Ketua Takmir Masjid Gedhe Kauman Azman Latif mengatakan, setiap hari rata-rata menyediakan 1.600 sampai 2.000 porsi makanan untuk berbuka. Makanan tersebut dibagikan secara gratis kepada jamaah.

"Tiap hari ganti menu biar nggak bosan. Tapi yang favorit gulai kambing. Kalau pun jadwalnya menu gulai kambing, panitia menyediakan lebih banyak," katanya di Yogyakarta, Jumat 10 Mei 2019.

Panitia Masjid Gedhe KaumanPanitia Masjid Gedhe Kauman sedang menyiapkan menu takjil kepada jamaah. Setidaknya setiap hari sebanyak 1.600 sampai 2.000 porsi disiapkan. (Foto: Tagar/Ridwan Anshori)

Pada awal Ramadan lalu, gulai kambing yang dihidangkan sebagai takjil. Sebanyak 1.800 porsi dibagikan gratis kepada jamaah. Masyarakat sudah hafal, hari pertama Ramadan menunya gulai kambing. Setiap Kamis juga gulai kambing.

"Karena menjadi favorit, saat jadwal gulai kambing, panitia menyediakan lebih banyak dibanding jadwal menu lain," jelas Latif.

Ada sejarahnya mengapa gulai kambing menjadi menu favorit masayarakat. Sajian gulai kambing ini sudah ditradisikan sejak pemerintahan Sri Sultan HB VIII. Era yang sama saat pendiri Muhammadiyah, KH. Ahmad Dahlan masih hidup.

Sebagai keturunan kerajaan Mataram Islam, Raja Sri Sultan HB VIII bersedekah kepada rakyatnya, khususnya kaum dhuafa dengan makanan yang bergizi. Saat itu, gula kambing menjadi makanan mewah.

Menurut Latif, pemberian gulai kambing ini bertujuan agar masyarakat merasakan kegembiraan saat Ramadan. "Tujuan agar masyarakat dalam menjalankan ibadah, tidak merasa susah dan sedih," kata dia.

Ribuan porsi takjil di masjid yang dibangun 1773 ini, dibiayai dari pemasukan kas masjid, dari infak jamaah dan gotong royong warga. "Saat Ramadan para dermawan berbondong-bondong memberi donasi, uang terkumpul Rp 650 juta," ungkapnya.

Masyarakat biasanya berdatangan ke masjid yang berada sebelah barat Alun-alun Utara Yogyakarta menjelang Salat Asar. Selepas Asar, warga yang datang semakin banyak.

Sambil menunggu berbuka dan menyantap hidangan, jamaah mendengarkan tausiyah menjelang waktu berbuka. Para penceramah antara lain Kapolda DIY, anggota DPR RI, pejabat maupun mantan pejabat tinggi negara, serta tokoh lain yang sudah terjadwal. 

Baca juga: 

Berita terkait