Sejarah SBM yang Sedang Berkonflik dengan Rektorat ITB

Pendiri Sekolah Bisnis dan Management InstitutTeknologi Bandung (SBM ITB) Profesor Sudarso Wiryono menjelaskan sejarah SBM dari awal.
Ilustrasi - Gedung SBM ITB. (Foto: Tagar/Expres)

Jakarta - Pendiri Sekolah Bisnis dan Management InstitutTeknologi Bandung (SBM ITB) Profesor Sudarso Wiryono menjelaskan sejarah SBM yang saat ini tengah berkonflik dengan rektorat. Hal ini disampaikan Sudarso saat melakukan wawancara dengan Siti Afifiyah di kanal YouTube Tagar TV belum lama ini.

Di awal sesi tanya jawab, Siti Afifiyah menanyakan sejarah awal berdirinya SBM, kenapa memakai nama ITB dan kenapa management waktu itu ingin terpisah dan dengan siapa? "Saya ingin tahu bagaimana sejarah awal berdirinya SBM, kenapa memakai nama ITB dan kenapa management waktu itu ingin terpisah dan dengan siapa Bapak pendiri, seperti apa, Pak? Silahkan," ucap Siti Afifiyah.

Sudarso atau yang kerap disapa Darso mengatakan SBM didirikan tahun 2003 tanggal 31 Desember 2003 dengan SK 203 Tahun 2003 oleh Rektor Kusmayanto Kadiman dengan status ITB itu adalah PT BHMN.


Nah ini juga menjadi programnya SBM karena ukuran keberhasilan kita bahwa kalo ada mahasiswa asing yang sekolahnya juga SBM berarti sudah paling tidak selevel dengan sekolah-sekolah bagus di luar negeri.


"Waktu itu hanya ada beberapa, belum banyak seperti sekarang. Sekarang ada 16 kan, waktu itu baru ada 5, ada UI, IPB, ITB, UGM, dan satu lagi itu USU kalau tidak salah. Nah karena ini adalah PT BHNM, itu yang milik negara ya dan ITB sesuai dengan statuta waktu itu statuta No 55 Tahun 2000 menyatakan bahwa sebagai perguruan tinggi yang otonominya mandiri." ucap Darso.

Namun, lanjutnya, otonominya itu ada di tingkat ITB, ditingkat universitas. Karena saat itu belum punya pengalaman. Kusmayanto, katanya, membuat eksperimen. "Percobaan ini munpung ada fakultas yang baru didirikan, mau diberikan otonomi untuk mencoba apakah otonomi pada tingkat fakultas ini bisa survive atau bahkan bisa tumbuh dan berkembang," ujarnya.

Oleh karena itu, kata Darso, maka berbeda dengan fakultas-fakultas yang lain, ini diberi nama sekolah dengan padanannya school, ia mencontohkan, kalau di Amerika, sekolah bisnis itu semuanya bukan faculty tapi school. 

"Harvard Business School, School Of Management, semuanya school, sekolah. Nah disitu didalamnya adalah otonomi diberikan sebagai tujuan Pak Rektor waktu itu dan pada saat kita didirikan “silahkan, kamu saya hak otonomi, tapi kamu harus mencari uang sendiri, kamu harus bisa hidup sendiri, tidak boleh menggunakan sepeser pun uang dari APBN atau anggarannya ITB," ujar Darso menjelaskan.

Darso mengatakan, waktu itu modalnya adalah program MMBAT (Magister Management Business Administation Technology) dengan mahasiswanya kurang lebih 150 orang. Pendapatan MBA waktu itu atau MMBAT ini waktu itu sekitar Rp 300 juta rupiah. 

"Nah, masuk menjadi salah satu program studinya SBM tadi. Jadi disana dikelola, kita kembangkan. Tahun 2004 kita menerima mahasiswa untuk S1. Nah, S1 waktu itu kira-kira sekitar 100an lah mahasiswa. Kita kelola dengan kita membuat brand mark dari awal itu adalah sekolah standar istilahnya itu Internasional," sambungnya.

Ia menjelaskan bahwa SBM awalnya meniru gaya School Of Management, MIT, Harvard Business School, dan sebagainya danbrand marknya adalah International. 

Memang, lanjutnya, salah satu tujuan kenapa SBM itu ingin membuat sekolah bisnis yang berkualitas karena waktu itu dari hasil survei teman dari dosen IPM dari Australian National University mereka mengatakan bahwa sekian ribu setiap tahunnya, sekian ribu calon mahasiswa dari jurusan SMA yang keluar dari Indonesia untuk bersekolah di luar negeri. 

"Kemudian kita hitung, kalau sekian ribu, 1 orang itu uang kuliahnya sekian 1000 dolars, dia hidupnya misalnya ambil aja 1000 dollar per bulan kali sekian 1000 maka itu berapa juta dollar uang devisa Indonesia yang mengalir. Nah itu kemudian kita berniat untuk bisa mengambul porsi dari anak-anak yang sekolah di luar negeri. Kita standarnya adalah standar internasional, berbahasa inggris, dan mungkin “sedikit mahal”," ucap Darso.

"Kita sudah berjanji, kalau dalam tiga tahun ini banyak yang apa, anak-anak orang kaya itu masuk ke SBM maka kita boleh mengatakan ini sudah mulai berhasil. Nanti kita lihat lagi dalam jangka waktu lima tahun, sepuluh tahun, seperti apa," ujarnya.

Ternyata, lanjutnya, SBM yang baru didirikan membuktikan bahwa itu berhasil dengan orang-orang yang yang ikut membantu pemerintah untuk menghemat devisa yang mengalir keluar.

Ia juga mengatakan bahwa sekolah atau SBM ini punya standar kualitas internasional dan karena waktu itu, ITB juga diundang untuk membuat, dan membuka program di Malaysia. 

"Waktu itu dengan pengalaman kita, pengalaman SBM, kita juga melakukan survey dan sebagainya, dan ternyata sayang waktu itu ITB tidak jadi membuka program di Malaysia," ucapnya.

Alasannya, lanjut Darso, karena waktu itu ITB lebih baik fokus di Indonesia saja tapi dengan pelayanan pendidikan yang bagus sehingga akan menarik mahasiswa-mahasiswa asing itu masuk ke universitas. 

"Nah ini juga menjadi programnya SBM karena ukuran keberhasilan kita bahwa kalo ada mahasiswa asing yang sekolahnya juga SBM berarti sudah paling tidak selevel dengan sekolah-sekolah bagus di luar negeri. Karena memang kemudian kita bisa menarik mahasiswa-mahasiswa asing juga ke Indonesia. Kita sudah punya banyak mahasiswa baik S1 maupun MBA atau S2 nya," ucapnya. []

Berita terkait
Komisi X Jembatani Konflik Antara FD SBM ITB dan Rektorat ITB
Pada rapat tersebut, Komisi X mendengarkan aspirasi dari FD SBM ITB terkait swakelola yang berlangsung di SBM ITB selama 18 tahun.
Sandiaga Uno Dukung Penerapan Swakelola SBM ITB
Penasehat Sekolah Bisnis dan Manajemen (SBM) Institut Teknologi Bandung (ITB) Sandiaga Uno mendukung penerapan swakelola terhadap SBM ITB.
FD SBM ITB dan Rektor ITB Sepakat Negosiasi
Konflik antara Forum Dosen (FD) Sekolah Bisnis Manajemen (SBM) ITB dan Rektor ITB Reini Wirahadikusumah memasuki babak baru. Simak ulasannya.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.