Parepare - Masjid Al-Mujahidin merupakan masjid tertua di kota Parepare, Sulawesi Selatan, sejarah mencatat peletakan batu pertama dilakukan pada tahun 1906 silam.
Awalnya, Masjid ini hanya berupa rumah panggung, orang setempat menyebutnya Langkara. Tempat ini di jadikan sebagai rumah ibadah dan pengajaran agama Islam di wilayah Watang, Bacukiki.
Lokasi berdirinya Masjid tertua ini yakni di Watang yang mempunyai arti pusat. Dengan arti tertentu, Masjid Al-Mujahidin ini menjadi pusat pengajaran dan pengembangan agama Islam di Parepare.
Menurut Tokoh Masyarakat Setempat, Saharuddin, masjid ini juga menjadi saksi korban keganasan Raymond Westerling saat tragedi yang menewaskan 40 ribu jiwa berkecamuk di Sulawesi Selatan.
Baca juga: Berkunjung ke Masjid Tertua Kedua di Dunia
"Imam pertama masjid ini, yaitu H Jubair," ujarnya kepada Tagar Senin 6 Mei 2019.
Selain itu, kata dia tempat ibadah ini juga di jadikan sebagai pengajaran bahasa Arab atau pengajaran agama Islam, dimana waktu itu salah satu tokoh terkemuka penyebaran Agama Islam dari Wajo yang gencar menyebarkan Islam.
"Gurutta (KH) Aji Ambo Dalle dulu juga mengajarkan agama di sini," sebutnya.
Sejak berdirinya, masjid ini telah mengalami tiga kali renovasi. sehingga bentuk yang ada sekarang sudah jauh berbeda dengan bentuk awalnya.
Baca juga: Takut Batal Puasa, Perlu Tahu Sejarah Imsakiyah
Saharudddin menceritakan, pada awalnya Masjid Al-Mujahidin ini berukuran 10 X 10 meter persegi dan bentuknya pun sudah berubah, kini di dalam ruangan Masjid berdiri Kokoh empat tiang utama sebagai penyangga atap.
"Menurut cerita yang saya dapat, bentuk awal masjid ini tidak seperti ini, ini kan sudah luas. Kalau tidak salah Masjid ini memiliki sembilan tiang penyangga yang terbuat dari Aju Seppu (Kayu Besi) dan hanya memiliki dua pintu," jelasnya.
Masjid Al-Mujahidin kini berlantai keramik warnah putih dan berdinding keramik warna hijau yang memiliki tiga pintu utama sebagai jalan masuk jamaah, sejak awal dibangunnya, dinding masjid hanya mengalami perubahan satu kali, sementara luasnya telah tiga kali mengalami perubahan.
"Yang masih kita pertahankan sampai kini yaitu atap masjid, masa mau dirubah semuanya kan tidak. Atap tiga susun dan itu menjadi ciri khas," tambahnya.
Selain atap sebagi ciri khas yang tidak pernah dirubah, di dalam masjid pun masih tersimpan satu buah beduk yang dibuat sejak pertama kali masjid ini di dirikan. []
Baca juga:
- Berada di atas Candi, Masjid Tuha Indrapuri Tertua di Asia Tenggara
- PBNU Kagumi Masjid Zhenjiao di China