Sejarah Kota Kendari, Wilayah Kerajaan Konawe

Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, status Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibu kota Onder Afdeling Laiwoi.
Mesjid Terapung Al Alam yang menjadi salah satu ikon Kota Kendari. (Foto: Wikipedia)

Jakarta - Kendari merupakan Ibu Kota Provinsi Sulawesi Tenggara (Sultra), yang sejak abad ke-19 berada dalam wilayah kekuasaan Kerajaan Konawe.  Dahulu, daerah itu menjadi daerah pusat kegiatan masyarakat Suku Tolaki.

Suku ini merupakan kelompok masyarakat terbesar yang mendiami daerah Sulawesi Tenggara.

Pada masa Pemerintahan Kolonial Hindia Belanda, status Kota Kendari ditetapkan sebagai Ibu Kota Onder Afdeling Laiwoi. Pada 1831 seorang pelaut kebangsaan Belanda bernama Jacques Nicholas Vosmaer mendapat tugas dari Gubernur Jenderal Hindia Belanda untuk melakukan observasi terhadap jalur perdagangan di pesisir timur Sulawesi. 

Lokasinya yang berada di bibir Teluk Sulawesi membuat Vosmaer membangun kantor dagang bersamaan dengan Istana Kerajaan Konawe pada 9 Mei 1832 dan memulai kegiatan perdagangan di sana. 

Sejak itulah pada setiap 9 Mei kemudian ditetapkan sebagai hari jadi Kota Kendari hingga saat ini.

Pada masa pendudukan Jepang selama Perang Dunia Kedua, Kendari difungsikan sebagai pangkalan angkatan udara dan laut Jepang untuk menghalau jalur laut dari Australia ke Hindia Belanda saat itu. 

Pasukan udara Jepang yang berbasis di Kendari juga beberapa kali menyerang pangkalan militer Belanda yang tersebar di Jawa dan beberapa kepulauan lain di sekitar Jawa dan Sulawesi.

Setelah Jepang menyerah kepada sekutu pada 1945, Kendari ditetapkan sebagai Ibu Kota Sultra melalui penerbitan Undang-Undang (UU) Nomor 13 Tahun 1964 tentang Penetapan Peraturan Pemerintah Pengganti UU Nomor 2 tahun 1964.

Peraturan itu berisi tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Tenggara dengan Mengubah UU No. 47 Prp Tahun 1960 tentang Pembentukan Daerah Tingkat I Sulawesi Utara-Tengah dan Daerah Tingkat I Sulawesi Selatan-Tenggara.

Saat ini, Kendari memiliki luas wilayah mencapai 296 km² dan terdiri dari 11 kecamatan. Pada 2017, jumlah penduduk yang mendiami Kendari mencapai 359.371 jiwa.

Kota ini berkembang menjadi salah satu kota terbesar di Sulawesi. Kegiatan ekonomi masyarakat disana sebagian besar berprofesi sebagai nelayan dan petani. 

Selain itu, Kendari memiliki potensi wisata, yaitu pantai, pulau, dan laut, seperti Pulau Bungkutoko dan Pulau Bokori.

Di Ibu Kota Sulawesi Tenggara itu juga terdapat Perguruan Tinggi Negeri (PTN) terbaik se Indonesia yang diberi nama Universitas Halu Oleo (UHO). 

Betapa bangganya masyarakat disana, memiliki universitas negeri yang menempati peringkat 53 dari 100 PTN terbaik di Indonesia. Hal itu berdasarkan rilis yang dikeluarkan Kementerian Riset dan Teknologi pada 2018

Baca juga:

Berita terkait
Di Sulawesi Tenggara, 28 Siswa Raih Nilai Sempurna Matematika UN
Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Sulawesi Tenggara mencatat terdapat 28 siswa yang meraih nilai sempurna Matematika pada Ujian Nasional 2017.
Demo Kendari, Polri: Anggota Tak Dibekali Peluru Tajam
Kepala Biro Penerangan Masyarakat Divisi Humas Polri Brigjen Pol Dedi Prasetyo menegaskan personel kepolisian bekerja sesuai SOP saat demonstrasi.
PSI: Tangkap Pelaku Penembakan Mahasiswa di Kendari
Juru Bicara Politikus Partai Solidaritas Indonesia (PSI) meminta pelaku penembakan yang menewaskan mahasiswa di Kendari segera ditangkap.
0
Parlemen Eropa Kabulkan Status Kandidat Anggota UE kepada Ukraina
Dalam pemungutan suara Parlemen Eropa memberikan suara yang melimpah untuk mengabulkan status kandidat anggota Uni Eropa kepada Ukraina