Sejarah Hari Raya Nyepi dan Maknanya Bagi Umat Hindu

Tahun ini umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi pada Minggu 14 Maret 2021, apa itu nyepi, bagaimana sejarahnya, urut-urutan prosesinya, maknanya.
Ilustrasi - Umat Hindu di Bali. (Foto: Tagar/Pixabay)

Jakarta - Tahun ini umat Hindu merayakan Hari Raya Nyepi pada tanggal 14 Maret 2021. Nyepi sendiri sudah dirayakan sejak tahun 78 Masehi, sebagai perayaan atas tahun baru Saka, dalam kalender Saka yang digunakan umat Hindu sebagai acuan penanggalan. Sejarah Nyepi berakar pada pertempuran jangka panjang yang terjadi di India antara beberapa suku, yang akhirnya dimenangkan Suku Saka.

Tapi bukannya menghancurkan para musuhnya, raja Suku Saka malah merangkul mereka untuk membuat satu kerajaan besar, dengan kebudayaan yang beragam. Dari sinilah Hari Raya Nyepi bermula, sebagai hari kebersamaan, kebangkitan, pembaruan, dan persatuan.

Urutan Prosesi Perayaan Hari Nyepi

Melasti

Dimulai dengan upacara Melasti, yang bermakna membuang kotoran atau sifat negatif. Umat Hindu melakukan upacara ini di laut, sebagai tempat membuang segala hal buruk, sambil berdoa memohon kekuatan menjalankan Catur Brata Penyepian.

Tawur Agung

Prosesi kedua disebut Tawur Agung dan Pange-rupukan. Tawur Agung adalah ritual suci sehari menjelang Nyepi, untuk mengembalikan sari kehidupan yang telah digunakan manusia, sekaligus untuk mengembalikan keharmonisan antara manusia dengan manusia, dan semua elemen alam semesta beserta Tuhan.

Pelaksanaan Tawur Agung disertai dengan upacara Penge-rupukan, dengan menebar nasi tawur dan meletakkan obor di sekeliling rumah, dan mengarak ogoh-ogoh.

Catur Brata Penyepian

Pada hari berikutnya, umat Hindu merayakan Nyepi dan melaksanakan Catur Brata Penyepian, yaitu empat pantangan dalam rangka mensucikan diri, selama 24 jam, mulai dari jam 6 pagi waktu setempat.

Pertama, Amati Geni, tidak menyalakan api, cahaya, listrik, atau sejenisnya.

Kedua, Amati Lelungan, umat tidak boleh keluar lingkungan rumah selama satu hari penuh.

Ketiga, Amati Lelanguan, umat dilarang bersenang-senang, berpesta atau sejenisnya.

Keempat, Amati Karya, umat dilarang bekerja.


Hindu BaliIlustrasi - Umat Hindu di Bali. (Foto: Tagar/Pixabay)


Ngembak Geni

Prosesi terakhir adalah Ngembak Geni, yang menandai berakhirnya hari raya Nyepi, dan semua umat diperbolehkan kembali beraktivitas seperti biasa.

Ogoh-ogoh

Meski tidak terkait secara langsung dengan Upacara Hari Raya Nyepi, prosesi pengusungan patung Ogoh-ogoh begitu identik dengan perayaan Nyepi. 

Ogoh-ogoh adalah seni patung dalam kebudayaan Bali, menggambarkan kepribadian Bhuta Khala, sehingga bentuk Ogoh-ogoh dibuat menyeramkan sedemikian rupa.

Ogoh-ogoh juga bisa diartikan sebagai cerminan sifat-sifat negatif dalam diri manusia.

Umat Hindu di Bali mengusung Ogoh-ogoh, lalu membawanya berkeliling desa atau kampung, dengan tujuan agar Bhuta Kala yang merupakan manifestasi unsur negatif pada sebuah desa, nantinya ikut bersama Ogoh-ogoh, yang kemudian akan dihancurkan dan dibakar.

Seperti yang tadi sudah saya sebutkan, tradisi mengarak ogoh-ogoh di Bali, biasa disebut dengan "Penge-rupukan", yang dilakukan tepat sehari sebelum Hari Raya Nyepi.

Jika ditilik dari sejarah, tradisi ini sudah berlangsung sejak tahun 1970-an. Beberapa sumber lain juga menyebut, Ogoh-ogoh mulai marak pada awal 1980-an. Menyusul tradisi serupa yang sudah ada sebelumnya, yaitu Tradisi Ndong Nding, Ngaben Ngwangun, dan tradisi Barong Landung.

Penamaan Ogoh-ogoh diambil dari sebutan dalam bahasa Bali, yaitu Ogah-ogah, yang berarti sesuatu yang digoyang-goyangkan.

Awalnya, Ogoh-ogoh dibuat dari anyaman bambu bertulang kayu. Kemudian, di era modern, para pengrajin menyiasati material bambu dan kayu yang terbilang berat, dengan material gabus atau sterofoam.

Selain ringan dan murah, bahan gabus dipilih karena bisa lebih mudah dibentuk menjadi karakter-karakter raksasa, yang bentuknya terbilang sulit. Menggunakan gabus juga mempercepat proses pembuatan.

Pergeseran juga terjadi pada bentuk dan karakter Ogoh-ogoh. Selain Butha Kala, Ogoh-ogoh juga sering dibuat dengan bentuk menyerupai naga, gajah, dan makhluk hidup pada umumnya.

Belakangan, ada juga yang membuat ogoh-ogoh dengan bentuk menyerupai tokoh-tokoh terkenal, seperti pemimpin dunia, artis dan bahkan penjahat.

Tradisi asal Bali ini kemudian mulai merambah ke kota lain, seperti Yogyakarta dan Jakarta, yang rutin menggelar tradisi pengusungan Ogoh-ogoh setiap jelang Hari Raya Nyepi.

(Cory Olivia)


Berita terkait
PHDI dan MDA Bali Sepakat Batalkan Nyepi 3 Hari
Batalnya digelar Nyepi Sipeng selama tiga hari berdasarkan rapat PHDI dan MDA Bali.
Nyepi 3 Hari, Pelabuhan Ketapang Belum Rencana Tutup
PT ASDP Pelabuhan Ketapang Banyuwangi masih belum menerima pemberitahuan dari Pemprov Bali terkait pelaksanaan Nyepi 3 Hari.
Libur Nyepi Usai, Pelabuhan Ketapang Kembali Dibuka
PT ASDP Ketapang Banyuwangi kembali membuka penyeberangan ke Pulau Bali pasca libur Hari Raya Nyepi.
0
Aung San Suu Kyi Dipindahkan ke Penjara di Naypyitaw
Kasus pengadilan Suu Kyi yang sedang berlangsung akan dilakukan di sebuah fasilitas baru yang dibangun di kompleks penjara