Sejarah dan Tugas Kopassus Komando Pasukan Khusus

Kopassus atau Komando Pasukan Khusus genap berusia 68 tahun pada hari ini, Kamis, 16 April 2020. Ini sejarah panjang korps baret merah tersebut.
Korps Baret Merah Kopassus Komando Pasukan Khusus. (Foto: Instagram/penkopassus)

Jakarta - Kopassus atau Komando Pasukan Khusus pada hari ini, Kamis, 16 April 2020 genap berusia 68 tahun. Korps Baret Merah ini telah mencatatkan sejarah panjang sejak dibentuk pada 1952. Tugas pokok Kopassus adalah membantu Kepala Staf TNI Angkatan Darat dalam membina fungsi dan kesiapan operasional pasukan khusus serta menyelenggarakan Operasi Komando, Operasi Sandi Yudha dan Operasi Penanggulangan Teror sesuai perintah Panglima TNI dalam rangka mendukung Tugas Pokok TNI.

Di tengah pandemi virus corona Covid-19 saat ini, Kopassus juga turun tangan, membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 di jajaran Kopassus, untuk mengefektifkan upaya pencegahan penyebaran virus tersebut.

Seperti pada Selasa, 25 Maret 2020, Kopassus melakukan penyemprotan disinfektan di seluruh lingkungan perumahan dan kantor di lingkungan Kesatriaan Ahmad Yani Cijantung Jakarta Timur. Berikutnya kegiatan penyemprotan disinfektan dilaksanakan secara rutin sampai kondisi dinyatakan membaik.

Kopassus juga melaksanakan pemeriksaan suhu di pintu masuk kesatriaan dan juga dilengkapi dengan penyemprotan disinfektan bagi orang dan kendaraan yang masuk ke dalam kompleks perumahan.

Upaya memutus rantai penyebaran Covid-19 itu bekerja sama dengan Kepolisian Sektor Pasar Rebo, Komando Rayon Militer Pasar Rebo, Dinas Pemadam Kebakaran dan Aparat di Jajaran Kecamatan Pasar Rebo.

Sebagai tindak lanjut dari kegiatan tersebut, Komandan Jenderal Kopassus Mayor Jenderal I Nyoman Cantiasa membentuk Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19 di jajaran Kopassus, untuk mengefektifkan upaya pencegahan penyebaran virus tersebut.

Langkah awal yang mereka lakukan adalah melaksanakan pendataan dari rumah ke rumah untuk mengetahui riwayat dari masing-masing warga sehingga dapat dilakukan langkah-langkah lanjutan jika memang diperlukan.

Disamping itu untuk mendukung keberadaan Satuan Tugas, disiapkan juga barak-barak penampungan jika ditemukan indikasi warga atau keluarga yang dicurigai terinfeksi virus sebelum mendapat penanganan lebih lanjut di rumah sakit rujukan.

KopassusKomando Pasukan Khusus atau Kopassus tergabung dalam Satuan Tugas Penanggulangan Covid-19. (Foto: Instagram/penkopassus)

Sejarah Kopassus

Dilansir dari kopassus.mil.id, Komando Pasukan Khusus lahir bermula ketika Angkatan Perang RI menghadapi pemberontakan di Maluku oleh kelompok RMS (Republik Maluku Selatan) pada bulan Juli 1950.

Pimpinan Angkatan Perang RI saat itu mengerahkan pasukan untuk menumpas gerombolan tersebut. Operasi ini dipimpin Panglima Tentara Teritorium III Kolonel AE Kawilarang, sedangkan sebagai Komandan Operasinya ditunjuk Letnan Kolonel Slamet Riyadi. Operasi ini berhasil menumpas gerakan pemberontakan, tapi juga menelan korban yang tidak sedikit pula dari pihak Tentara Nasional Indonesia.

Setelah dikaji, ternyata dalam beberapa pertempuran, musuh dengan kekuatan yang relatif lebih kecil sering kali mampu menggagalkan serangan TNI yang kekuatannya jauh lebih besar. Hal ini ternyata bukan hanya disebabkan semangat anggota pasukan musuh yang lebih tinggi atau perlengkapan yang lebih lengkap. Namun, juga taktik dan pengalaman tempur yang baik didukung kemampuan tembak tepat dan gerakan perorangan.

Peristiwa inilah yang akhirnya mengilhami Letnan Kolonel Slamet Riyadi memelopori pembentukan suatu satuan pemukul yang dapat digerakkan secara cepat dan tepat untuk menghadapi berbagai sasaran di medan yang bagaimanapun beratnya.

Namun, cita-cita Slamet Riyadi tersebut tidak dapat ia wujudkan karena ia gugur dalam pertempuran. Cita-cita luhur ini kemudian dilanjutkan Kolonel AE Kawilarang. Hingga akhirnya, lewat Instruksi Panglima Tentara dan Teritorial (TT) III No 55/Inst/PDS/52 tanggal 16 April 1952, terbentuklah Kesatuan Komando Teritorium III yang merupakan cikal bakal Korps Baret Merah atau Kopassus.

KopassusBakti Sosial Komando Pasukan Khusus atau Kopassus di Lapangan Lembang, Kampung Cijanggel, Desa Kertawangi Kecamatan Lembang, Kabupaten Bandung Barat, Jawa Barat, Sabtu, 22 Februari 2020. (Foto: Instagram/penkopassus)

Bekas Tentara Belanda Komandan Pertama

Mayor Mochammad Idjon Djanbi, mantan Kapten KNIL (Koninklijk Nederlandsch-Indische Leger), tentara bentukan kolonial Belanda yang pernah bergabung dengan Korps Special Troopen dan pernah bertempur dalam Perang Dunia II.

Satuan ini beberapa kali mengalami perubahan nama, di antaranya Kesatuan Komando Angkatan Darat (KKAD) pada tahun 1953. Kemudian Resimen Pasukan Komando Angkatan Darat (RPKAD) pada tahun 1952, selanjutnya pada tahun 1955 berubah menjadi Resimen Para Komando Angkatan Darat (RPKAD). Kemudian pada tahun 1966, satuan ini kembali berganti nama menjadi Pusat Pasukan Khusus TNI AD (Puspassus) TNI AD.

Pada 1971, nama satuan kembali berubah menjadi Komando Pasukan Sandi Yudha (Kopassandha). Kemudian pada 1985, kembali berganti nama menjadi Komando Pasukan Khusus (Kopassus) sampai sekarang.

Setelah beberapa kali mengalami perubahan dalam organisasi, sesuai Surat Panglima TNI Nomor: B/563-08/05/06/SRU tanggal 23 Maret 2001, struktur organisasi Kopassus saat ini terdapat di beberapa wilayah.

Pertama, Makopassus atau Markas Komando Pasukan Khusus berkedudukan di Cijantung, kemudian Pusdiklatpassus atau Pusat Pendidikan dan Latihan Pasukan Khusus berkedudukan di Batujajar. Grup-1 Kopassus berkedudukan di Serang. Grup-2 Kopassus berkedudukan di Solo, Grup-3 Kopassus berkedudukan di Cijantung. Dan Satuan-81 Kopassus berkedudukan di Cijantung. 

Kepala BNPBLetnan Jenderal TNI Doni Monardo, Komandan Jenderal Kopassus masa bakti 5 September 2014-25 Juli 2015. (Foto: Instagram/Kodam Siliwangi)

Komandan Jenderal Kopassus Sepanjang Masa

  1. Mayor Moch Idjon Djanbi (1952-1956)
  2. Mayor RE Djailani (1956)
  3. Mayor Kaharuddin Nasution (1956-1958)
  4. Mayor Mung Parahadimulyo (1958-1964)
  5. Kolonel Sarwo Edhie Wibowo (1964-1967)
  6. Brigjen Widjoyo Suyono (1967-1970)
  7. Brigjen Witarmin (1970-1975)
  8. Brigjen Yogie Suardi Memet (Mei 1975-April 1983)
  9. Brigjen Wismoyo Arismunandar (April 1983-Mei 1985)
  10. Brigjen Sintong Panjaitan (Mei 1985-Agustus 1987)
  11. Brigjen Kuntara (Agustus 1987-Juli 1992)
  12. Brigjen Tarub (Juli 1992-Juli 1993)
  13. Brigjen Agum Gumelar (Juli 1993-September 1994)
  14. Brigjen Subagyo HS (September 1994-Desember 1995)
  15. Mayjen Prabowo Subianto (Desember 1995-Maret 1998)
  16. Mayjen Muchdi Purwoprandjono (Maret 1998-Mei 1998)
  17. Mayjen Syahrir MS (1998-2000)
  18. Mayjen Amirul Isnaini (1 Juni 2000-2002)
  19. Mayjen Sriyanto Muntasram (2002-15 Februari 2005)
  20. Mayjen Syaiful Rizal (15 Februari 2005-1 September 2006)
  21. Mayjen Rasyid Qurnuen Aquary (1 September 2006-12 September 2007)
  22. Mayjen Soenarko (12 September 2007-1 Juli 2008)
  23. Mayjen Pramono Edhie Wibowo (1 Juli 2008-4 Desember 2009)
  24. Mayjen Lodewijk Freidrich Paulus (4 Desember 2009-8 September 2011)
  25. Mayjen Wisnu Bawa Tenaya (8 September 2011-2012)
  26. Mayjen Agus Sutomo (2012-5 September 2014)
  27. Mayjen Doni Monardo (5 September 2014-25 Juli 2015)
  28. Mayjen Muhammad Herindra (25 Juli 2015-16 September 2016)
  29. Mayjen TNI Madsuni (16 September 2016-2 Maret 2018)
  30. Mayjen TNI Eko Margiyono (2 Maret 2018-25 Januari 2019)
  31. Mayjen TNI I Nyoman Cantiasa (25 Januari 2019-sekarang). []

Baca juga:

Berita terkait
Prabowo Subianto, dari Kopassus ke Menteri Pertahanan
Mantan Danjen Kopassus ini mengatakan Presiden Jokowi memintanya untuk duduk di kursi kabinet kerja jilid dua periode 2019-2024.
Mantan Kopassus Dipastikan Pimpin DPRD Jawa Barat
Taufik Hidayat dipastikan menjadi Ketua DPRD Jawa Barat periode 2019-2024 setelah ditunjuk langusng oleh Prabowo.
Torehan Prestasi dan Terbentuknya Kopassus
Berdaya gerak cepat, daya tempur dan daya tembak yang tinggi, mampu beroperasi di segala medan dan cuaca. Itulah Kopassus.
0
Video Jokowi 'Menghadap' Megawati Sangat Tidak Elok Dipertontonkan
Tontonan video Presiden RI Joko Widodo (Jokowi) yang sedang bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarno Putri, sangat tidak elok.