Semarang - Namanya memang menyeramkan, buto ijo. Jika dalam bahasa Indonesia kurang lebih berarti raksasa berwarna hijau. Jangan salah, itu hanya sebuah nama. Sebab jika sudah menyentuh tenggorokan, maka hanya sensasi kesegaran yang akan terasa.
Ya, buto ijo adalah salah satu nama minuman khas di Kota Semarang yang biasa dan mudah ditemukan selama Ramadan. Dihidangkan dengan es batu, maka bernama es buto ijo.
Manisnya khas dan tanpa pemanis buatan. Jadi habis minum ini tidak ada rasa aneh yang tertinggal.
Diberi nama demikian karena minuman berwarna hijau ini disajikan dalam gelas atau mangkuk ukuran besar. Es buto ijo terdiri atas buah selasih, agar-agar, dan parutan blewah yang dipadu dengan sirup rajikan berwarna hijau. Rajikan tersebut ditambah es batu dan susu. Bagi yang tidak suka susu kental manis maka bisa diabaikan.
“Bulan puasa inilah saatnya panen atau ramai pembeli,” ujar Galung, 23 tahun, penjual es buto ijo di kawasan Pudakpayung, Banyumanik kepada Tagar pada Jumat, 24 April 2020.
Selain nama yang unik, ada yang membedakan minuman ini dengan minuman es segar lainnya. Yakni bahan sirup yang digunakan untuk pemanis. "Saya meracik sendiri, tidak menggunakan sirup yang dijual di pasaran," ujar dia.
Selama Ramadan ini, Galung menaruh ekspektasi besar akan hasil dagangannya. Sebab berkaca pada puasa tahun-tahun sebelumnya, es buto ijo jualannya laris diburu pembeli. Sebulan Ramadan, ia membuka lapak menyesuaikan waktu jelang berbuka, yakni mulai pukul 15.00-18.00 WIB.
"Alhamdulillah Mas, hari pertama udah laris. Saya sampai lupa telah menjual berapa porsi karena konsentrasi melayani pembeli. Semua minta dilayani dengan cepat sebelum berbuka,” ujar perempuan asal Purworejo, Jawa Tengah itu.
Suami Galung juga berjualan minuman serupa di daerah Tembalang, Semarang. Ia dan suami biasa membanderol seporsi es dengan harga Rp 7000. Outlet franchise yang berpusat di Kediri, Jawa Timur berbentuk gerobak dengan delapan toples yang berisi bahan racikannya. Sehingga pembeli mudah melihat kualitas bahan-bahan yang tercampur.
Di masa pandemi corona, Galung dan suami sepakat hanya melayani pembelian yang dibungkus atau dibawa pulang. Galung sendiri sudah sekitar 3 tahun berjualan di tempat itu.
“Alhamdulillah tiga tahun berjualan es ini bisa buat hidup keluarga dan menabung,” ujarnya
Ibu seorang putri ini pun berharap wabah corona tidak terlalu berdampak pada jualannya. "Semoga, keuntungan pada bulan puasa tahun ini juga seperti tahun-tahun sebelumnya," ucap dia.
Yanti, 42 tahun, yang sore itu membeli es buto ijo mengakui kesegaran dan nikmatnya minuman itu. “Manisnya khas dan tanpa pemanis buatan. Jadi habis minum ini tidak ada rasa aneh yang tertinggal,” ujar perempuan yang tinggal di perumahan di sekitar outlet Galung.
Yanti menyatakan es buto ijo bisa memuaskan dahaga dengan mantap. Apalagi jika diminum saat panas terik atau saat berbuka puasa. Porsinya yang jumbo bisa dinikmati satu keluarga. Tinggal menambahkan air secukupnya dan es batu.
“Sensasi manis dan semua bahan di dalam es itu menyatu di mulut untuk selanjutnya masuk ke tenggorokan dengan lancar,” katanya. []
Baca juga:
- Es Degan Pak Ambon, Legenda Kuliner Semarang
- Resep Kreasi Es buah Segar Cocok Disantap Saat WFH
- Gorengan, Takjil Favorit di Tengah Pandemi Corona