Semarang - Penjual gorengan di Semarang menatap optimis laju usahanya di masa pandemi virus corona. Gorengan masih tetap akan menjadi menu takjil favorit masyarakat saat berbuka puasa.
"Ya karena gorengan kan tidak pernah dimakan di tempat. Pembeli hanya datang, beli dan kemudian membawa pulang. Jadi, ada corona atau tidak, sepertinya tidak akan berpengaruh pada omzet," tutur Sri, 37, penjual gorengan di kawasan Jalan Soekarno Hatta, Rabu sore, 22 April 2020.
Gorengan adalah makanan kecil yang biasanya terdiri dari mendoan, tahu bakso, tahu susur atau tahu isi sayur, tahu petis, molen, badak atau bakwan sayur, bakwan jagung, ketela dan pisang goreng. Disebut gorengan karena makanan tersebut semuanya dimasak dengan cara digoreng.
Kudapan itu biasanya dijual di gerobak kaca di pinggir-pingir jalan atau perkampungan, lengkap dengan alat penggorengan. Gorengan juga mudah ditemukan di penjual nasi kucing, di seputaran kawasan Surakarta disebut warung nasi hik.
Kalau bulan puasa, menjelang sore hari atau mendekati waktu buka berbuka, baisanya banyak yang cari gorengan untuk menu santapan takjil.
Sudah menjadi kelaziman setiap Ramadan, gorengan menjadi makanan kecil pembuka puasa yang selalu menghiasi meja makan. Harganya yang murah dan sensasi rasa gurih berpadu manis membuat banyak kalangan muslim menjadikan gorengan sebagai menu utama, selain kurma dan minuman manis, untuk membatalkan puasa.
Tak hanya di Semarang, hampir seluruh wilayah di Jawa Tengah, penjual gorengan mudah ditemukan karena peminatnya datang dari semua lapisan masyarakat.
Sri mengakui sepanjang dua bulan terakhir wabah corona, omzet penjualannya menurun imbas imbauan berdiam diri di rumah. "Memang cukup berpengaruh, turun sekitar 30 persen dibanding sebelum ada pendemi corona. Bahkan banyak penjual gorengan atau nasi kucing yang menutup sementara usahanya karena pembeli sepi," tutur dia.
Meski begitu, dari pengalamannya, Sri meyakini gorengan tetap bakal diburu selama Ramadan meski di tengah suasana pandemi virus corona. Termasuk dengan menu nasi kucing yang ia sajikan sebagai pelengkap berbuka puasa.
“Kalau bulan puasa, menjelang sore hari atau mendekati waktu buka berbuka, baisanya banyak yang cari gorengan untuk menu santapan takjil,” ujar dia yang membuka lapak tak jauh dari terowongan jalan tol ini.
Sebagai persiapan, Sri menambah stok gandum untuk bahan gorengannya. Jika hari biasa bisa menghabiskan dua kilogram gandum per hari, maka puasa besok stoknya ditambah hingga dua kilogram. “Pastinya juga akan menambah stok bahan sayuran untuk bahan campuran membuat gorengan,“ ucap ibu tiga anak itu.
Sementara untuk mencegah penyebaran virus corona, selama Ramadan nanti Sri juga akan menyarankan pembeli untuk membungkus dan membawa pulang makanan yang dibeli. "Kalau makan atau makan di sini khawatirnya nanti ada kerumunan. Ya memang lebih baik dibungkus dan dibawa pulang saja. Demi kebaikan bersama," kata dia.
Sri menambahkan ia menjamin makanan yang dijualnya sudah memperhatikan kebersihan dan aspek kesehatan. "Alat masak dan perlengkapan selalu dicuci pakai sabun dan di air mengalir. Gorengan saya tutup. Cara ini terus saya perhatikan, agar konsumen tidak khawatir dari sisi kebersihan,“ ujar dia. []
Baca juga:
- Cegah Corona, MPU Aceh Larang Buka Puasa Bersama
- Kemenag Jeneponto: Tidak Ada Buka Puasa Bersama
- Asupan Makanan Sehat Bikin Kenyang Selama Berpuasa